Memaknai Peristiwa Qurban dalam KehidupanOleh : Jamani
Matinya hati adalah kehidupan dan kehidupan hati adalah ilmu
Imam Al-Ghazali
Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran
Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi
Jumat, 25 September 2015
Khutbah Hari Ini; Memaknai Peristiwa Qurban dalam Kehidupan
Para hadirin jemaah jumat rahikumullah
Hadirin
jemaah jumat rahima kumullah :
Sabtu, 05 September 2015
Memaknai Ilmu Sebagai Amanah
MEMAKNAI ILMU SEBAGAI AMANAH ALLAH SWT
OLEH : JAMANI
Marilah kita banyak bersyukur,
atas segala karunia dan nikmat allah swt yang kita rasakan hingga detik
ini, selain diberikan jasad yang sehat, kita juga tergolong manusia yang sangat
beruntung, meskipun disela kesibukan dalam memenuhi kebutuhan hidup, maka
dengan cahaya keimanan yang tertanam dalam jiwa kita, sehingga kita dapat hadir
untuk melaksanakan shalat fardhu jum’ah sebagaimana perintah allah dan
rasulullah saw
“maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya”
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu,
Dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
Sholawat dan salam kita persembahkan kepada ikutan kita nabiyyallah
muhammad saw.
Yang membawa umatnya dari kegelapan kepada cahaya terang benderang !
Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Marilah kita senantiasa selalu meningkatkan amal sholeh, agar kita selalu
dalam petunjuk-nya, rahmat dan rahim-nya, sehingga mendapatkan predikat taqwa
yang dimuliakan disisi-nya.
Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Hidup ini adalah ujian, salah satu ujian itu berupa amanah, menjalankan
amanah adalah satu kewajiban, salah satu amanah tang akan disampaikan pada
khutbal kali ini adalah amanah ilmu sebagai titipan dan milik allah swt.
Allah swt berfirman :
“hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengkhianati allah dan rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (q.s al anfal: 27).
Bedasarkan ayat ini, kita bisa
memahami bahwa allah dengan tegas melarang sifat khianat. Rasulullah dengan
tegas membimbing umatnya untuk menjalankan amanah ilmu sekecil apapun amanah
yang diberikan. Meskipun satu ayat.
Para hadirin jemaah jum’at rahima
kumullah
Berkenaan dengan menjalankan amanah
ilmu seperti yang dikemukakan, ada 4 prinsip yang mendasari kita dalam
menjalankan amanah ilmu, harta dan keluarga.
1. Menyampaikan ilmu dengan menjaga hak allah swt
2. Menyampaikan ilmu dengan menjaga hak sesama manusia
3. Menyampaikan ilmu dengan menjauhkan diri dari sifat berlebihan.
4. Menyampaikan ilmu dengan mengandung sebuah pertanggungjawaban
Kaum muslimin rahimakumullah
Dalam konteks keislaman, para ulama, pengajar, pelajar, mahasiswa dan
sarjana harus menunaikan amanah yang ada di pundak mereka dengan mengamalkan
ilmu yang mereka dapatkan dan menyampaikannya kepada orang lain.
Dengan ilmu yang disampaikan haruslah memberikan dampak kebaikan dan
manfaat bagi orang lain, menimbulkan rasa aman, menimbulkan kedamaian, tumbuhnya kasih sayang dan persaudaraan
ukhuswah islamiyah,
Pertama dengan mendepankan prinsip menjaga hak allah swt.
Dalam menyampaikan kebenaran, yakinlah bahwa kebenaran hanya milik allah,
bukan dengan klaim / pengakuan kebenaran yang kita miliki dan pelajari.
Hal inilah yang saat ini berkembang di masyarakat kita, munculnya
kelompok-kelompok dari eksklusiv, sekuler dan liberalis yang menciptkan
pepercahan ummat,
Bergitu juga sebagai penuntut ilmu seharusnya tidak langsung menerima,
haruslah kita lebih mengkaji, bukan sekedar mendengar dan membaca kitab-kitab
secara tekstual, tetapi belajar yang dituntun dan dibimbing sehingga
menghindari distorsi atau penyimpangan pemahaman dalam keberislaman di
masyarakat.
Kemudian dalam menyampaikan ilmu kita harus menghormati hak sesama
manusia, yaitu hak ingin dicintai dan dihargai, bukan saling mendikte,
melecehkan, apalagi saling memvonis sehingga menyakitkan dan sampai memutuskan
tali kasih sayang allah,Dalam hal ini allah swt berfirman :
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?
Mereka itulah orang-orang yang
dila'nati allah dan ditulikan-nya telinga mereka dan dibutakan-nya penglihatan
mereka (q.s muhammad 22-23)
Para hadirin
jemaah jumah rahima kumullah
jangalah kita menyampaikan ilmu yang melampaui
batas dan berlebihan, ketahuilah bahwa kita sangat sedikit dititipkan tentang
ilmu dan ajarkanlah dengan bimbingan dan tuntunan sebagaimana yang diajarkan
rasululullah dengan sifatnya penuh kebijaksanaan, penuh kecintaan dan kasih
sayang, sesuai porsi dan kemampuan yang
kita miliki,
Dengan meyakini
bahwa setiap kata; kalimat dan pernyataan ilmu yang disampaikan sehingga
menjadi perilaku dan pemahaman seseorang dalam kehidupannya, akan dimintai
pertanggujawaban dihadapan allah swt di akhirat kelak.
Para hadirin
sidang jum’ah rahimakumullah
Adapun hikmah
dalam meyakini bahwa ilmu itu milik allah swt.
Pertama,
1.
Membuat manusia sadar bahwa betapa tidak
berarti dirinya dihadapan allahswt, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia
adalah ibarat setitik air laut dibandingkandengan air laut secara keseluruhan.
Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu
menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepadayang maha mengetahui
segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber- taqorub
kepada-nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.
2.
Dengan menyadari bahwa ilmu allah swt sangat
luas, tidak ada satupun -betapa pun kecil dan halusnya- yang luput dari ilmu
nya, maka manusia akan dapat mengontroltingkah laku, ucapan amalan batinnya
sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai allahswt.
3.
Keyakinan terhadap ilmu allah swt akan menjadi
terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya
Demikilanlah khutbah singkat ini , semoga ilmu yang kita miliki
yang sangat sedikit ini dapat bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat dan
yakin bahwa setiap kata, kalimat yang kita ucapkan akan dimitai
pertanggunjwaban dihadapan allah swt.
Dan jadikanlah ilmu kita ini membawa kedamaian, kasih sayang
sehingga terciptanya ukhuwah islamiyah dalam kehidupan kita.
Rabu, 30 Juli 2014
Khutbah Idul Fitri 1435 H
Memaknai Idul Fitri;
Menjalin Silaturahim di Hari Kemenangan
Oleh : Jamani, S.Pd.I
Disampaikan 1 Syawal 1435 H Di Masjid
Nurul Iman Sukadana
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WALILLAHIL HAM
Alhamdulillah ! maha terpuji Rabb sekalian alam, pada hari ini seluruh
alam memuji kebesaran dan keagungan Allah, seluruh umat Islam di dunia menyambut
hari kemenangan dihari yang fitri. Kalimat takbir, Tasbih dan Tahmid menggema diseluruh alam dan menggetarkan jiwa,
tak terkecuali, tua muda, anak-anak, kaya-miskin, semua bersuka cita dihari idul
fitri nan bahagia.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WALILLAHIL HAM
Subhanallah ! Maha suci Allah dengan kesucian-Nya, beruntunglah
bagi yang menyucikan jiwanya dihari yang suci, dan merugilah bagi yang
mengotorinya..
Lailah ha
illahllah ! , Tiada tuhan melainkan Allah, allah yang Maha
berkuasa atas segala sesuatu, maha pemberi pertolongan, maha pemberi petunjuk
dan maha menghendaki segala sesuatu, maha pengampun atas manusia dari kesalahan
dan kehilapan yang kita perbuat.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Pada hari Ini Allah mengajarkan suatu sikap Mulia kepada
kita dengan Firman-Nya :
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan (ramadhan) dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur (Q.S Albaqarah ayat: 185).
Dalam hadist juga disebutkan sebagaimana Riwayat Ummamah Radhiyallah :
“Barang siapa mengerjakan amal ibadah pada malam Hari Raya Aidilfitri
dengan mengharapkan keredaan Allah semata-mata, hatinya tidak akan mati pada
hari kiamat sebagai matinya hati orang-orang yang kafir ingkar pada hari
kiamat.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaafh shalat id Yang
dirahmati Allah,
Sebulan penuh kita berpuasa, menahan segala lapar
dan dahaga, sebulan penuh kita diberikan bimbingan melalui membaca Al-Qur’an..
Sebulan penuh beribadah melalui shalat-shalat malam tarawih dan witr
bersama,..dan Allah memberikan suatu malam suci lailatul qadr bagi hambanya
yang dikehendaki.. dan mengajarkan kita membersihkan jiwa dari kekotoran,
kebakhilan, kekikiran, ketamakkan serta kesombongan melalui zakat fitrah.
Semoga kita dapat berjumpa kembali di bulan
Ramadhan al Mubarok di tahun depan, yang mana tahun ini kita tidak berpuasa
penuh, belum menghatamkan Qur’an dan belum sempat beribadah shalat malam
sepenuhnya serta ibadah-ibadah lainnya..hal inilah yang membuat Rasulullah SAW
melepaskan Ramadhan dengan linangan air
mata, berpisah dengan Bulan penuh Kemuliaan.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Adapun tema Khutbah id pada pagi ini yakni Memaknai
Idul Fitri melalui Jalinan Silaturahim
di Hari Kemenangan. Marilah kita
bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita Kepada Allah dan memakknai hari yang
mulia ini dengan banyak bersyukur atas nikmat Karunia dan Kasih-sayang Allah
SWT, sehingga hari ini kita masih dipertemukan di idul fitri nan Mulia,
diberikan kesehatan dan panjang umur sehingga dapat berkumpul bersama
sanak-saudara, di sisa-sisa usia kita.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WALILLAHIL HAM
Sebagaimana Firman Allah SWT yang diawal tadi Q. S
An-Nisa Ayat 1 yang berarti:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( QS.
An-Nisa ; 1 )
Dengan maha kasih sayang Allah kepada kita semua, Hari
raya idul fitri tahun ini akan lebih Mulia, jika kita tidak menodai jiwa yang
telah suci “seperti Bayi Yang Baru lahir” dengan tidak memutuskan hubungan
silaturahim: Sebagaimana
Sabda Rasulullah SAW: “Tidak ada satu
kebaikanpun yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan
tidak aka satu dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping
akan diperoleh diakherat, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi.”
Dalam
sebuah riwayat lain, dari Anas r.a, ia berkata bahwa Rasullah saw bersabda, “Barangsiapa yang
suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya (dipanjangkan
umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturahmi. [Mutafaq ‘alaih]
Kemudian
Ali r.a meriwayatkan dalam sebuah hadist, Rasulullah telah bersabda:
“Barangsiapa yang mengambil tanggungjawab atas suatu perkara, aku akan menjamin
baginya empat perkara. Barangsiapa bersilaturahmi, umurnya akan dipanjangkan,
kawan-kawannya akan cinta kepadanya, rezekinya akan dilapangkan, dan ia aman
masuk ke dalam surga.
Rasululullah
juga Menegaskan kepada kita dalam sabdanya :
Tidak
akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi “ ( HR. Al-Bukhari &
Muslim )
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Lepaskankan-lah semua hati yang penuh rasa dendam, egois,
gengsi untuk meminta maaf akibat hal-hal duniawi yang sifatnya sementara.
Hilangkan persengketaan yang hanya membuat hari yang fitri ini tiada bermakna.
Apalah arti berpakaian serba baru kalau hati masih
penuh kedongkolan dalam rumah tangga, apalah arti rumah bercat warna-warni
kalau sesama saudara, tetangga saling sengketa dan tidak saling sapa, apalah
arti juadah makanan dan kue serba ada kalau hati penuh kedengkian dan
keegoaan...
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Ada beberapa hubungan kasih-sayang yang harus kita jalin di hari yang
Fitri :
Yang Pertama, Menjaga dan hubungan silaturahmi terhadap
Ibu dan Bapak.
Sangat beruntunglah bagi kita hingga hari ini, masih
sempat bersalaman, menyaksikan senyuman kedua orangtua, meminta maaf, atas
kehilapan kata-kata, sikap dan perbuatan yang selama ini sempat menitiskan air
matanya, menyinggung perasaannya, berbohong kepadanya, memperlakukannya seperti
anak kecil, tapi ia sebagai orang tua dengan kasih sayang dan keikhlasannya
memaafkan kita dengan penuh kebahagiaan karena sang anak mencium tangannya
dihari yang fitri...
Namun, ada juga diantara kita tahun lalu masih
dapat bersama-sama dan bersalaman dengan kedua orang tua, tapi tahun ini orang
tua telah tiada, ibu yang mengandungnya, membesarkannya, membimbing, serta
kasih sayang yang selalu tercurah kepadanya, ...tetapi pada tahun ini kita
hanya meratapi nisan yang bertuliskan namanya..
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Akan tetapi Lebih menyedihkan dihari raya tahun
ini,ada diantara kita tidak sempat memohon ampun atas kehilafan yang diperbuat
disaat sisa hidupnya, tangan kita berat untuk memandikan ketika orang tua kita
ingin mandi, berat tangan kita untuk menyuapkan makanan ketika ia lapar, berat
tangan kita ketika ia haus, jijik tangan kita ketika ia ingin membuang hajat, mengulur-ngulur
waktu dan hitung-hitungan pergi berobat ketika ia sakit sampai –sampai ketika ia dalam
sakratul maut, bukan tangan kita yang memandikan, bukan tangan kita membalutnya
dengan kain kapan, bukan bibir kita yang mengucapkan takbir menyolatkan dan
bahkan bukan kaki kita yang mengantarnya liang kubur,..dan yang paling memilukan
kita tidak disisinya ketia ia sakratul maut, dan bahkan ketika ia sudah dikubur
kita tidak pernah mendoakannya...padahal doa kitalah yang sangat diharapkannya
untuk mendapat nikmat kubur, bebas dari siksaan kubur....
Apalah guna nisan bertuliskan tinta emas, selain
doa anak yang sholeh.
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Ingatkah kita dimasa kenangan indah di masa kecil.
Ingatkah kita ketika kita memegang tangan ibu, ingatkah kita ketika tangisan
kita sepanjang malam ketika kita masih bayi ingatkah dengan tangannya yang
menyuapkan makanan dan minuman, dan orangtua kita tetap sabar dan bahagia
menemani kita meskipun esok hari mesti
bekerja?, lalu mengapa sekarang kita merasa congkak kepada mereka dan
menganggap mereka tak berharga lagi bagi kita? Apakah kita lupa ketika dulu di
perut ibu kita menyedot darahnya, makan zat besi dan kalsium darinya, setelah
lahir punggung ibu menjadi sakit dan tidak bisa berdiri tegak karena melahirkan
kita? Namun ia tetap bahagia merasakan kelelahan itu dengan ikhlas ?
Firman ALLAH SWT :
“dan
ucapkanlah “wahai rabbku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
mendidik aku waktu kecil, (Q.S al-Isra: 24’)
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat
id Yang dirahmati Allah,
Allah SWT juga Berfirman :
“ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyusuinya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakmu (Q.S Luqman: 14).
Adapun yang kedua yakni Menjaga hubungan Keluarga, Suami-Istri dan Anak
Keluarga adalah amanah Allah, seorang suami akan mulia jika memuliakan
istrinya dan sebaliknya istri akan murka jika suaminya tidak memurkainya.
Kemudian orangtua akan mulia dan terhormat jika lebih menghargai dan
menghormati apa yang dilakukan anak-anaknya. anak-anaknya akan selalu patuh dan
taat kepada kedua orangtua meski orangtua kita miskin, tak punya harta, karena orangtuanya
mencintainya dengan ketalaudanan yang baik.
Sebagaimana Firman Allah SWT :
“Hai Orang-Orang yang Beriman jagalah
Dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Maksudnya marilah kita menjadikan
keluarga kita anak kita, istri kita, orangtua kita, sangat berharga dan selalu
menjaga kehamonisan rumah tangga agar ada syurga (kebahagiaan) didalamnya.
Keluarga adalah pondasi kesuksesan. Karena dengan menjaga hubungan antar
sanak saudara dapat mendatang rahmat Allah SWT. Sebaliknya jika hubungan sanak
saudara kita terpecah belah maka kehancuran akan kita peroleh. Kekuatan
keluarga adalah kekuatan keluarga dan diri kita. Siapa lagi yang mengurus kita,
jika kita dalam musibah, siapa lagi yang mengurus kita jika kita meninggal
nantinya...
siapa lagi kalau bukan saudara kita yang masih hidup..pantaskah kita
memutuskan hubungan dengan mereka. Apakah karena harta, jabatan, kedudukan dan
lainnya sehingga membutakan mata hati kita untuk memaafkannya di hari yang
Fitri ini?
Bangsa dan Agama kita akan Kuat terletak
pada Keluarga yang kuat Kasih-sayangnya !
Hancurnya suatu bangsa dan Agama karena
berawal dari keluarga yang tercerai berai!
ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Kemudian
yang terakhir yakni selalu Menjaga Hubungan dengan tetangga dan masyarakat
Di hari yang Fitri ini, marilah kita saling memaafkan antar tetangga
kita dan masyakarat. Meskipun kita pernah dijelekkan, dihina, dimusuhi dan ia tidak
pernah berkunjung, mari kita buka pintu kemaafan dan bersilaturahmi kerumahnya.
Hilangkan keegooan, hilangkanlah kesombongan diri, hilangkanlah kedengkian
kita..agar kita mendapat kasih sayang dan Rahmat serta ampunan dari Allah SWT.
Kapan lagi, kita harus saling memaafkan, sebelum ia menghembuskan nafas
terakhirnya, tiada guna kata maaf kepada orang yang sudah tiada. Kitalah yang
memulainya..
ALLAHU
AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WALILLAHIL HAM
Para Hadirin Jemaah shalat id Yang
dirahmati Allah,
Demikian khutbah ini, semoga dihari yang Fitri Tahun ini kita raih taqwa
dengan menyambung tali silaturahmi yang sudah lama terputus sehingga hari yang
fitri nan mulia ini sangat bermakna. Bangsa kita akan kuat bilama umatnya rukun
dan damai, Masyarakat kita akan kuat jika didalam keluarga selalu terjaga dan
harmonis,
Untuk mengakhiri khutbah ini, Beberapa Pertanyaan untuk kita renungkan bersama:
Pantaskah kita yang akan mati ini, sombong dengan harta dan kedudukan ?
Pantaskah kita yang akan mati ini, angkuh dengan ilmu yang kita miliki ?
Pantaskan kita yang akan mati ini, menelantarkan orangtua yang menyanyangi
kita ?
Pantaskan kita yang akan mati ini, menganiaya anak kita yang menjadi amanah Allah
?
Pantaskah kita yang akan mati ini, bersengketa dengan tetangga dan masyarakat
kita yang akan mengurus jenazah kita ?
Kita sendirilah yang dapat
menjawabnya, Wallahu’alam bisawwab
Semoga Allah selalu Menyucikan Hati Kita dihari yang fitri ini dan
Mengampuni Dosa-Dosa Kita seperti Bayi Yang Baru Lahir! Amin Ya Robbal’alamin.
Jumat, 23 Mei 2014
RE-ORIENTASI DAN DE-STRUKTURALISME ISRA’ MI’RAJ DALAM UPAYA PENEGUHAN NILAI-NILAI TAUHID MENUJU MASYARAKAT KAYONG UTARA YANG MARDHOTILLAH”
Dalam
konteks perkembangan Islam di Indonesia, Isra’ Mi’raj tampaknya mulai
terkontaminasi dengan strukturalisme-nya Levi Strauss yang selalu cenderung
kepada kontinuitas belaka bukan lagi sebagai ajang refleksi diri untuk pencerahan
(aufklarung) tetapi hanya sebagai warisan dari sejarah yang harus diperingati
jika tanggal di kalender sudah merah. Hal seperti ini harusnya menjadi
perhatian kita demi sebuah pencapaian makna yang terkandung dalam Isra’ Mi’raj.
Makna yang terkandung dalam Isra’ Mi’raj yakni suatu proses yang diharapkan
bisa melahirkan nilai (values) dan kontribusi bagi diri sendiri dan umat
manusia. Proses yang dimaksudkan dalam Isra’ Mi’raj yakni sholat, sholat yang
ideal bagi manusia adalah sebuah proses penyadaran manusia untuk selalu
bercermin kepada Al Qur’an dan Hadits sehingga bisa memaksimalkan hidup secara
Vertikal dan horizontal.
”Maha Suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
yang telah Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat” (QS. 17:10).
Dari ayat
tadi bisa dilihat bahwa Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk melihat
realitas yang ada, yakni dia hanya seorang hamba yang perlu proses pencapaian
akan sebuah nilai (values) kebenaran mutlak dengan berbagai cara diantaranya
sholat. Setelah menjalankan proses tersebut diperlukan suatu review (peninjauan kembali atas diri)
apakah sudah mengarah ke pencapaian tersebut atau malah mundur dari pencapaian
tersebut.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
– lah hati menjadi tentram”. (QS. 13:28).
Dengan ayat
tadi bisa kita lihat pentingnya sebuah proses review akan nilai-nilai kehidupan kita.
Semoga
Refleksi Isra’ Mi’raj ini bisa memberikan kontribusi penting bagi kita sehingga
bisa membekali diri kita dalam memperlancar komunikasi diantara kita yang
selama ini membeku karena kekurangan kita sebagai hamba-Nya.