Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Kamis, 23 Juni 2016

Pesanku Menjelang nan Fitri

Pesanku Menjelang Fitri
Oleh: Jamani

Berawal dari lafaz azan kulantunkan ditelingamu, terucap ayat Qur’an dan doa atas kehadiran buah hatiku tercinta didunia fana. Tangisanmu membuat kebahagiaan yang tak terhingga, tetes mata bahagia menyambutmu. Tak sia-sia mencari nafkah dan berdoa atas lahirmu. Aku dan wanita yang kusayangi sudah menyiapkan siapa namamu. Tangisanmu setiap malam membuat resah dan gelisah. Ternyata bahasamu lebih dimengerti bundamu, daripada aku. Dengan kasih dan sayang, seiring waktu, dari yang tak tahu berbicara bahasaku, yang tak tahu berjalan sepertiku, makan dan minum seperti aku, dan hari ini kau sudah dewasa, matang dalam berfikir, hidup dengan kemandirian. Hari ini kau jauh, tak bisa kuraba, aku mengerti kau melaksanakan tanggungjawabmu. Aku tak menuntut nak ?. tahukah kau kabarku hari ini, salahku tak bisa seperti orangtua lainnya. Ketika mereka rindu ia menghubungimu dengan alat canggih yang tak seperti dulu kau saat kuliah mengirimiku surat. Aku teringat dengan kalimat suratmu “Ayah apa kabarnya sekarang, mudah-mudahan ayah dan mak sehat, anakmu disini juga sehat”. Tapi kalimat itu tak pernah terbaca olehku, bahkan aku ingin mendengar kata-kata itu ditelingaku, seperti tetanggaku. Aku tak menyalahkanmu nak ? sebentar lagi idul fitri, aku teringat saat aku m
embelikanmu pakaian, dan ibumu memakaikan pakaian barumu, kau sangat senang dan bahagia. Mungkin hari ini pendamping hidupmu yang merawatmu nak ?. aku bahagia nak”. Ketika ku tulis pendamping hidup” aku ingat dengan ibumu yang sudah meninggalkanku terlebih dahulu didunia ini. Sekarang aku tinggal sendiri. Aku punya kau yang jauh disana, dan saudara-saudaramu yang dekat. Entah mengapa aku merasa sendiri ya nak ?.kadang aku melihat diriku, kulitku sudah keriput, rambutku sudah memutih, dan kakiku terasa kaku, bahkan pakaianku tak mampu ku cuci, bahkan makan dan minumpun, tanganku tak mampu menyuapiku sendiri. “ini mungkin yang dikatakan “tua renta”. Tapi sudahlah nak, aku tetap tegar dan bersyukur karena Tuhan masih sayang memberi kesempatan untuk melihat anak-anakku hari ini. anakku yang satu sudah menjadi pengusaha, setiap hari ia membentakku untuk tidak menghisap yang sudah menjadi kebiasaan burukku, ia melarangku pergi kepasar, dengan dalih mereka takut terjadi apa-apa pada fisikku,hm...Kemudian abangmu yang satu sekarang sudah menjadi abdi negara, ia selalu menuntutku seperti yang lainnya, menjadi orang yang tahu diri dan tidak usah menyusahkan oranglain. Kadang ia mengambil hasil panen tanaman yang ku tanam saat kau masih kecil, ia merasa haknya, padahal aku masih ingin merasakan hasil keringatku sendiri. Aku tak marah, karena ia anakku, dan pantas seorang anak mengambil hak dariku. Satu lagi, abangmu sudah sehat dari penyakitnya ia sudah bisa mandiri, satu lagi sudah punya kebun cengkeh, kadang ia datang sebulan, dua bulan sekali kerumah. Dan satu lagi adikmu yang membongkar rumah kita dulu, dan hari ini aku tinggal dirumah asing yang penuh debu dan semen, ya mungkin belum rizkinya untuk merenovasinya jauh ke negeri jiran, tak tahu kabarnya apa sekarang. Tapi sudahlah nak, tak patut aku ceritakan ini semua padamu”. Tapi satu yang ku pinta dan pesankan kepadamu; tak tahulah mengapa aku harus berkata seperti ini di ujung ramadhan ini. begini nak pesanku ? ketika yang maha pemberi hidup memanggilku, aku ingin kau yang memandikanku, aku ingin tanganmu membasuh seluruh tubuhku, aku ingin tanganmu yang mencuci tubuhku dengan siraman tanganmu, aku ingin kau balut tubuhku dengan tanganmu, aku ini bibirmu mengucapkan empat takbir untukku, aku ingin kau mendoakanku dengan “allahumma fighrlahu warhamhu wafuanhu” dan terakhir nak angkat jasadku ditempat dimana asalku diciptakan. Itulah pesannku nak, tak perlu kau hiasi rumah abadiku dengan tanda yang mahal atau membuatnya seperti rumah, jangan nak. Kutunggu kehadiranmu, jika kau tak sempat ku tunggu doamu, semoga dihari yang fitri kita selalu mendoakan ya nak..salam buat mennantu dan cucuku... tertanda ayahmu yang sangat merindukanmu.

Rabu, 22 Juni 2016

INOVASI PEMBELAJARAN; STUDENT TO STUDENT

INOVASI PEMBELAJARAN;  STUDENT TO STUDENT
Oleh : Jamani

Berawal dari ungkapan bijak Socrates “Kelas adalah pertempuran antara guru dengan anak didiknya, dan senjatanya adalah pertanyaan”. Pembelajaran merupakan sentralnya kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan, emosional, spritual, kecakapan hidup dan keagungan moral. Jamal Ma’mur Asmani (2014:25) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Lebih lanjut, salah satu langkah utama untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
M. Firdauz Zarkasi (2009) dengan istilah “Belajar mengajar” adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Sangat jelas bahwa guru harus mempersiapkan segala perencaanaan sebelum ia mengajar, salah satunya dikenal dengan “strategi”. strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual yang efektif dan efesien untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Jamal, 2014: 27).
Lebih sederhana Hilda Jaba dalam Firdaus (2009:24) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran.  Herdian (2012) strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. misalnya contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Berangkat dari uraian tersebut, maka sudah keharusan bagi guru untuk mencipta, meramu atau memformulasi strategi-stratgei yang tepat sebelum ia mengajar, sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan sistematis, efektif dan efesien. Pembelajaran yang sistematis akan memudahkan peserta didik untuk memahami tujuan ia belajar sehingga tidak membingungkan. Sedangkan ketepatan strategi dan efesiensi waktu akan menghasilkan akhir belajar yang sesuai harapan.
Sunhaji (2009:21-22) menjelaskan bahwa ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Pertama. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan agar mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. Kedua perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok.  
Sedangkan beberapa penilaian yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa sekaligus mengetahui tingkat keberhasilan mengajar guru itu sendiri adalah istimewa /maksimal, baik sekali/ optimal, baik/minimal dan kurang. Lanjut Suhandi (2009)  bahwa nilai istimewa diberikan apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Nilai baik sekali diberikan apabila sebagian besar bahan pelajaran yang diajarkannya dapat dikuasai siswa (85% sampai dengan 94 %). Nilai bail minimal diberikan apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 % sampai dengan 84 % yang dikuasai siswa. Sedangkan nilai kurang dan 75 % yang bisa dikuasai siswa.
Dari pendapat di atas, sangat jelas bahwa daya serap siswa dalam memahami apa yang mreka pejari dan bagaimana perilaku siswa dalam belajar. Hal tersebut merupakan hal yang harus dipertimbangkan guru dalam merencanakan strategi pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran nantinya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu guru harus mampu menguasai konsep atau materi yang akan diajarkan dan penggunaan metode yang tepat.
Asmani (2014:28) menjelaskan bahwa penguasaan materi adalah langkah utama yang membuat guru harus banyak membaca, menulis, berdiskusi dan mempertajam analisis. Sedangkan metodologi adalah cara untuk meramu materi yang banyak, seperti suguhan atau jamuan makan yang indah, lezat dan menyenangkan  sehingga membuat ketagihan orang yang memcicipinya. Lanjutnya, bahwa materi tanpa metodologi yang kurang menarik, membosankan dan kehilangan daya pikat, sehingga dikhawatirkan anak didik lari. Sedangkan metodologi tanpa materi akan terasa hampa, kosong dan kering ilmu. Oleh karena itu kedua-duanya harus sama-sama dikuasai dan dipraktikkan sehingga hasil pembelajaran memuaskan semua pihak (lihat. Asmani, 2014: 29).
Mengacu dari pendapat tersebut, bahwa penguasaan materi dan metode sangatlah penting bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna, sehingga guru tidak asal menilai hasil belajar anak didik yang hanya berdasarkan satu atau dua sumber. Ditambah lagi dengan metode yang monoton tanpa variatif yang akan mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajarnya.
Nah, disini penulis mencoba untuk berinovasi dalam meramu beberapa strategi pembelajaran di atas dengan tetap mengacu pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan strategi pembelajaran yang sudah ada dengan memodifikasi berbagai strategi yang dikenal “student to student” dengan pendekatan Saintifik yang saat ini populer dalam Kurikulum 2013 yaitu mengamati; menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/mengolah informasi; dan mengkomunikasikan.
Strategi “student to Student” merupakan strategi yang dikembangkan penulis dari strategi Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa) yang ditawarkan Mel Silbermaran (2007) yaitu strategi pembelajaran aktif yang menggunakan pertanyaan dari siswa sebagai bahan utama dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Adapun Kelebihan Questions Students Have adalah: (1) Dapat mengaktifkan siswa secara penuh; (2)Melatih rasa percaya diri siswa; (3) Melatih siswa untuk berbuat jujur (4) Meningkatkan kreatifitas siswa; (5) Dapat memeperdalam penguasaan materi pelajaran; (6) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan kelemahan dari strategi ini adalah memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.
dan pertanyaan dari siswa seringkali tidak sesuai dengan topik yang dibahas (lihat. Mel Silberman, 2007 yang diterjemahkan Sarjuli, dkk).
Berangkat dari kelemahan strategi diatas, yaitu memakan waktu lama dan pertanyaan siswa tidak sesuai topik, maka penulis menyikapina dan mengembangkannya melalui pendekatan saintifik yaitu :
1.      Sebelum kegiatan inti dimulai , guru memberikan penjelasan tentang bagaimana cara belajar yang akan dilakukan dengan menjelaskan langkah-langkah atau tahapan belajar dengan “student to student, sehingga siswa tidak bingung.
2.      Pada kegiatan inti, sebelum bertanya siswa di arahkan untuk mengamati terlebih dahulu media visual dengan waktu yang ditentukan seperti gambar, video dan teks bacaan untuk mengingatkan kembali pengalaman belajar siswa.
3.      Setelah itu siswa diberikan secarik kertas untuk menuliskan pertanyaan yang berhubungan dengan media yang mereka amati, dengan setting waktu yang sudah ditentukan misalnya siswa mengajukan satu pertanyaan dengan waktu 2 atau 3 menit .
4.      Dalam waktu yang ditentukan guru mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, kemudian guru mengembalikan kembali pertanyaan siswa secara acak. Setelah itu siswa diberikan waktu 5 sampai 10 menit untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan.
5.      Kemudian setelah siswa menjawab guru mengumpulkan kembali jawaban-jawaban tersebut dan memilah pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, misalnya siswa mampu menjelaskan pengertian, contoh perilaku dan sebagainya.
6.      Guru memilah pertanyaan yang relevan, dan jawaban yang mendekati, sehingga yang diambil hanya yang mewakili. katakalah dalam 30 siswa ada 5 atau 8 yang dijadikan sebagai sampel. Setelah itu hanya guru menyampaikan hasil kerja siswa dengan metode ceramah yang bervariatif sehingga pembelajaran dapat menyenangkan dan tumbuhya kepercayaan siswa, misal “ baiklah anak-anak sekarang kita akan bacakan seorang penanya dari saudara, Bapak, atau Ibu, ....dan dijawab oleh seorang Pakar...Fiqh, Dr. KH, atau Ustadz (disini penulis mencotohkan panggilan sesuai mata pelajaran yang penulis ampu).
7.      Setelah guru membacakan jawaban siswa tersebut, guru kembali menegaskan kembali kepada siswa yang lainnya untuk meminta pendapat (mengasosiasi) jawaban tersebut.
8.      Setelah didapatkan dari berbagai jawaban berupa pendapat dan komentar (mengkomunikasikan), guru bersama siswa menyimpulkan dengan menguraikan jawaban yang benar.
9.      Setelah pertanyaan dan jawaban dibacakan serta jawaban yang disampaikan, guru memberikan test tertulis atau latihan lisan kepada siswa dengan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dibahas.
10.  Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas dan latihan di rumah.

Demikianlah uraian singkat tentang strategi “student to student”. Sebagai catatan strategi ini bisa dilakukan 1 atau 2 kali pertemuan atau lebih sesuai topik yang dipelajari.
Dalam pelaksanaannya penulis sudah melakukannya beberapa kali pertemuan, dan alhamdulillah anak didik ketagihan dengan strategi ini dan mudah-mudahan strategi ini dapat bermanfaat bagi ingin mencoba. Terima kasih. Selamat Mencoba !!!!!!!

Penulis : Guru PAI SMKN 1 Sukadana

HP. : 085252014985

Selasa, 14 Juni 2016

Memaknai Ramadhan Meraih Taqwa



Memaknai Ramadhan Meraih taqwa

Oleh : Jamani



Kaum muslimin sidang jumah rahima kumullah

Marilah kita senantiasa bersyukur atas segala karunia dan segala limpahan nikmat yang kita rasakan hingga saat ini, , disisa usia kita, allah dengan rahman dan rahimnya kita masih dipertemukan dengan ramadhan yang penuh berkah, bulan penuh kemuliaan dan bulan pengampunan.
 Sangat merugilah bagi yang menyia-nyiakannya. Rasulullah saw menegaskan, “barangsiapa berpuasa ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari allah swt, niscaya allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari allah swt, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (H. Bukhari muslim).

Kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,

Melalui keutamaan bulan ramadhan ini “khatib mengajak khususnya pribadi dan seluruh jamaah, marilah kita selalu meningkatkan iman dan ketaqwaan kita kepada allah swt. Yakni melaksanakan perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,

Hari ini kita sudah memasuki hari yang ke-5 untuk berpuasa dibulan yang penuh rahmat ini, ada dua hal yang kita garis bawahi yaitu istilah membatalkan dan mengurangi nilai pahala puasa.

1.         Membatalkan

Kita sering melihat banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban yang agung ini. Jika kita lihat di bulan ramadhan di jalan-jalan ataupun tempat-tempat umum, banyak saudara muslim tidak melakukan kewajiban ini atau sengaja membatalkannya. Padahal mereka kuat secara fisik mereka malah terang-terangan makan dan minum di tengah-tengah saudara mereka yang sedang berpuasa tanpa merasa berdosa sama sekali. Padahal mereka adalah orang-orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan tidak punya halangan sama sekali. Mereka adalah orang-orang yang bukan sedang bepergian jauh, bukan sedang berbaring di tempat tidur karena sakit dan bukan pula orang yang sedang mendapatkan halangan haidh atau nifas. Mereka semua adalah orang yang mampu untuk berpuasa.
Dalam hal ini sebuah kisah dari sahabat abu umamah al bahili radhiyallahu ‘anhu. Beliau (abu umamah) menuturkan bahwa beliau mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata,”naiklah”. Lalu kukatakan,”sesungguhnya aku tidak mampu.” Kemudian keduanya berkata,”kami akan memudahkanmu”. Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara yang sangat keras. Lalu  aku bertanya,”suara apa itu?” Mereka menjawab,”itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.”
Kemudian dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek, dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (abu umamah) bertanya,”siapakah mereka itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya.” (hr. An nasa’i dalam al kubra, sanadnya shahih. Lihat shifat shaum nabi, hal. 25).

Kedua, mengurangi nilai puasa,

Jika seseorang berniat ibadah puasa dimalam hari (sebelum fajar menyingsing), lalu ia meninggalkan segala hal yang dapat membatalkan puasanya, seperti makan, minum, dan berhubungan intim dengan istri, maka puasanya dapat dikatakan sah. Artinya, telah terlepas kewajiban berpuasa darinya. Namun apakah hal tersebut pasti membuahkan pahala?

Pada dasarnya, segala perkara yang sia-sia -apalagi maksiat- dapat merusak pahala puasa seseorang. Oleh karena itu, seyogyanya kita menghindarinya sekuat tenaga agar kita dapat meraih pahala yang sempurna dengan izin allah melalui puasa yang kita laksanakan. Atau paling tidak jangan sampai puasa kita –meskipun sah– tidak berbuah pahala, melainkan hanya mendapat lapar dan haus semata, na’uudzu billaah min dzalik. Diantara perkara-perkara tersebut adalah :

Berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), bertindak bodoh, dan melakukan perkara yang sia-sia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”apabila seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mencela atau mengajaknya bertengkar maka katakanlah : ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa (dua kali)’ ” (hr. Bukhari dan muslim)

Kemudian berkata dan melaksanakan kedustaan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan sesuatu dengan dasar kedustaan itu, maka tidak ada gunanya ia meninggalkan makanan dan minumannya itu disisi allah”(hr. Bukhari)
Mendengar, melihat, membicarakan, dan melalukan segala perkara yang diharamkan olehâ allah

Hikmah syariat yang tertinggi yang berada dibalik perintah puasa adalah agar seseorang dengan ibadah puasanya ini dapat menjadi hamba allah yang bertaqwa. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa juga telah diwajibkan atas umat-umat sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa” (qs. Al baqarah : 183)

Banyak sekali orang yang ketika berpuasa dan ketika menunggu waktu berbuka yang penuh berkah, mereka tidak melewatinya dengan beramal sholeh dan melakukan hal-hal yang bermanfaat, namun justru menghabiskannya dengan sekian banyak perbuatan maksiat, baik yang diucapkan oleh lisan, seperti menggunjing orang (ghibah), mengadu domba sesama muslim (namimah), mencaci-maki orang, dan semisalnya, semua ini –tanpa keraguan sedikitpun– merusak nilai-nilai dan janji pahala puasa yang istimewa dari allah ta’ala dan merusak inti tujuan dan hikmah disyari’atkannya puasa itu sendiri, yaitu untuk meraih derajat taqwa.



Makan dan minum adalah perkara yang – pada asalnya – mubah dilakukan oleh orang yang tidak sedang berpuasa, namun ia menjadi haram dilakukan pada saat puasa, dan dapat membatalkan puasa. Akan tetapi bagaimana dengan perbuatan maksiat? Perbuatan maksiat kapan saja ia tetap haram, baik saat berpuasa ataupun tidak. Bahkan kemaksiatan yang merupakan keburukan ini akan semakin bertambah buruk jika dilakukan oleh seseorang yang sedang melaksanakan puasa, dibanding pada saat yang lainnya. Perbuatan maksiat itu dapat merusak keutuhan puasa dan dapat membatalkan pahala puasa yang telah dijanjikan allah ta’ala. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadits nabawi diatas, ”apabila seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mencela atau mengajaknya bertengkar maka katakanlah : ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa (dua kali)’ ” (hr. Bukhari dan muslim).

Dan hadits yang lain, “barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan sesuatu dengan dasar kedustaan itu, maka tidak ada gunanya ia meninggalkan makanan dan minumannya itu disisi allah”â (hr. Bukhari)
Demikianlah khutbah singkat ini, marilah kita berusaha melaksanakan puasa ini sesuai dengan hikmah tertinggi puasa itu sendiri, yaitu agar dapat menjadi hamba allah ta’ala yang bertaqwa kepada allah ta’ala dengan sebenar-benar taqwa, yaitu dengan cara mengikhlaskan ibadah puasa hanya untuk allah ta’ala dan menjalankan sesuai dengan tuntunan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meninggalkan segala hal yang dapat merusak nilai dan pahala puasa kita tahun ini.

Senin, 13 Juni 2016

Mengapa Tidak Puasa



MENGAPA TIDAK PUASA ?
Oleh : Jamani

Berawal dari Pertanyaan “mengapa tidak puasa ?”sebuah pertanyaan yang mempunyai jawaban sangat bervariatif sesuai perspektif masing-masing
Sebelumnya, penulis akan mengemukakan beberapa dalil tentang kewajiban puasa, keutamaan dan hikmah bulan ramadhan. Seperti dalam Q.s al-Baqarah : 183 : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Kemudian dalam hadist Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia “Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, me­ngeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Dari dalil ini sudah sangat jelas bahwa puasa ramadhan wajib bagi umat Islam yang tak bisa dikompromi bahkan ada pendapat keras yang diambil dari http://dzulqarnain.net para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara.
Sebelum menjawab, selanjutnya penulis kemukakan beberapa keutamaan berpuasa dibulan ramadhan berdasarkan dari berbagai sumber. Berikut ini beberapa keutamaan ramadhan. Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa. Allah menyebutkan sederet orang-­orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,“…Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Ahzâb: 35]. Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka. Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang berpuasa.’.kemudian Juga disebutkan dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan.” Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat. Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.” Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah. Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalan­kan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis ke­sabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal men­jalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelema­han pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ber­firman, “Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabar­lah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas (Az-Zumar: 10) Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan. Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi. Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipat­gandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesung­guhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang yang ber­puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’ Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesung­guhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim). Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun. Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauh­kan wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.” Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa. Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar­-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu) itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.”
Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.” (Konteks hadits adalah milik Imam Muslim). Hal ini juga terdapat  dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Shalat lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.” Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah (1), zhihâr (2)sebagian amalan haji (3), pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja (4)dan pembunuhan hewan buruan saat ihram.
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga. Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari kiamat. Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap maka­nan dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka, keduanya men­dapat izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395).
Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu.”
Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa­-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Demikianlah keutamaan-keutamaan tentang berpuasa ramadhan bulan yang penuh kemuliaan, pengampunan,tarbiyah dan keberkahan.
Namun dari kewajiban dan keutamaan diatas, mengapa masih ada umat islam tidak berpuasa yang sudah memenuhi syarat untuk berpusa ?
Dalam hal ini al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 185 menjawab: Maka, barang siapa di antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Selain itu Dari jawaban di atas sangat jelas bahwa tidak berpuasa karena sakit, atau berada dalam perjalanan. Menurut KH. Yahya Zainal Ma'arif (Buya Yahya) Pengasuh LPD Al-Bahjah Ceribon. Berikut ini 9 orang yang boleh untuk tidak berpuasa: anak kecil; orang gila; orang sakit; orang tua renta; hamil, menyusui, haid, nifas, musafir (lihat http://pintuislami.blogspot.co.id). Tapi bagaimana yang sehat, muda (baligh), normal dan kuat fisiknya dan tidak dalam perjalanan ? pertanyaan inilah yang perlu dijawab oleh umat islam dengan berbagai alasan. Penulis mencoba menguraikan beberapa jawaban yang diperoleh dari berbagai sumber yang tidak berpuasa selain dari jawaban al-qur’an yang dikemukakan sebelumnya. Pertama, dari pemuda (pelajar) yang sudah akil baligh, mengapa tidak puasa ? 1. Tidak biasa tidak makan dan minum disiang hari. 2. Belum saatnya. 3. Lemah dan tidak bersemangat. 4. Tidak makan sahur. 5. Karena teman. 6. Dirumah orangtua juga tidak puasa.Kemudian kedua, jawaban dari orang awam, diantaranya 1. Puasa itu urusan masing-masing. 2. Puasa itu hanya bagi yang mampu. 3. Karena bekerja keras, nanti tidak konsentrasi 4. Tergantung mod. 5. Karena menurut guru dan ilmu yang saya peroleh, percuma puasa kalau tak tahu hakikat puasa. 6. Masih ada kesempatan tahun depan dan masih banyak lagi jawaban-jawaban yang tidak berdasar untuk mencari alasan tidak berpuasa.
Berangkat dari jawaban tersebut, penulis menyimpulkan bahwa mengapa mereka yang tidak puasa karena tidak ada iman yang kuat disertai dengan kurangnya kebiasaan melakukan puasa-puasa sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW, dan ilmu yang diperoleh dengan tidak berdasar serta faktor keluarga dan lingkungannya. Maka sangat jelaslah Allah memerintahkan puasa bagi orang-orang yang beriman. Hanya orang yang berimanlah yang mampu berpuasa. Dalam hal ini keyakinan yang kuatlah untuk sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah dan RasulNya untuk meraih taqwa. Selain iman yang kuat, orang yang berpuasa memahami betapa meruginya meninggalkan puasa karena ia tahu betapa dahsyatnya Ramadhan,didalamna terdapat berbagai keutamaan-keutamaan dalam meraih pengampuanan, keberkahan dan berbagai tarbiyah untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Sangat pantaslah Rasululullah menangis dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?” Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih. Kemudian dari Ummu Mukminin Aisyah ra , Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Adalah Rasululluh SAW apabila masuk (tanggal) sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Baginda SAW bersedih dan bersiap-siap menghidupkan (beramal) pada malam hari (Riwayat Muttfaq Alaihi). Dalam Hadits lain Rasulullah Saw yang dituturkan Ibn Mas’ud ra: “Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku mengharapkan Ramadhan terus ada "sepanjang tahun ”(HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami). Semoga kita termasuk orang yang penuh berpuasa di bulan ramdhan tahun ini dan mengisinya dengan amalan-amalan sebagaimana diajarkan rasululullah SAW. Kita tidak tahu mungkin tahun ini kita dipertemukan dan janganlah menyia-nyiakannya serta tidak ada alasan untuk tidak berpuasa selain ketentuan di atas. Wallahu ‘alam bish shawwab