INOVASI PEMBELAJARAN; STUDENT TO STUDENT
Oleh : Jamani
Berawal dari ungkapan bijak Socrates “Kelas
adalah pertempuran antara guru dengan anak didiknya, dan senjatanya adalah
pertanyaan”. Pembelajaran merupakan sentralnya kegiatan belajar mengajar antara
guru dan siswa yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan,
emosional, spritual, kecakapan hidup dan keagungan moral. Jamal Ma’mur Asmani
(2014:25) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki
strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Lebih lanjut,
salah satu langkah utama untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai
teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
M. Firdauz Zarkasi (2009) dengan istilah
“Belajar mengajar” adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukannya, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan.
Sangat jelas bahwa guru harus mempersiapkan
segala perencaanaan sebelum ia mengajar, salah satunya dikenal dengan
“strategi”. strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan strategis
guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual yang efektif
dan efesien untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Jamal, 2014: 27).
Lebih sederhana Hilda Jaba dalam Firdaus
(2009:24) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru dalam proses
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju
tercapainya tujuan pembelajaran. Herdian (2012) strategi pembelajaran adalah cara-cara
tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. misalnya contextual teaching-learning, Quantum
teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry
learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Berangkat dari uraian tersebut, maka sudah
keharusan bagi guru untuk mencipta, meramu atau memformulasi strategi-stratgei
yang tepat sebelum ia mengajar, sehingga dalam proses pembelajaran dapat
berjalan sistematis, efektif dan efesien. Pembelajaran yang sistematis akan
memudahkan peserta didik untuk memahami tujuan ia belajar sehingga tidak
membingungkan. Sedangkan ketepatan strategi dan efesiensi waktu akan
menghasilkan akhir belajar yang sesuai harapan.
Sunhaji (2009:21-22) menjelaskan bahwa ada
dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses
belajar mengajar. Pertama. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan
agar mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. Kedua perilaku
yang digariskan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai siswa, baik secara
individual maupun kelompok.
Sedangkan beberapa penilaian yang dapat
digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa sekaligus mengetahui
tingkat keberhasilan mengajar guru itu sendiri adalah istimewa /maksimal, baik
sekali/ optimal, baik/minimal dan kurang. Lanjut Suhandi (2009) bahwa nilai istimewa diberikan apabila seluruh
bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Nilai baik sekali
diberikan apabila sebagian besar bahan pelajaran yang diajarkannya dapat dikuasai
siswa (85% sampai dengan 94 %). Nilai bail minimal diberikan apabila bahan
pelajaran yang diajarkan hanya 75 % sampai dengan 84 % yang dikuasai siswa. Sedangkan
nilai kurang dan 75 % yang bisa dikuasai siswa.
Dari pendapat di atas, sangat jelas bahwa daya
serap siswa dalam memahami apa yang mreka pejari dan bagaimana perilaku siswa dalam
belajar. Hal tersebut merupakan hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
merencanakan strategi pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran nantinya dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu guru harus mampu
menguasai konsep atau materi yang akan diajarkan dan penggunaan metode yang
tepat.
Asmani (2014:28) menjelaskan bahwa penguasaan
materi adalah langkah utama yang membuat guru harus banyak membaca, menulis,
berdiskusi dan mempertajam analisis. Sedangkan metodologi adalah cara untuk
meramu materi yang banyak, seperti suguhan atau jamuan makan yang indah, lezat
dan menyenangkan sehingga membuat
ketagihan orang yang memcicipinya. Lanjutnya, bahwa materi tanpa metodologi
yang kurang menarik, membosankan dan kehilangan daya pikat, sehingga
dikhawatirkan anak didik lari. Sedangkan metodologi tanpa materi akan terasa
hampa, kosong dan kering ilmu. Oleh karena itu kedua-duanya harus sama-sama
dikuasai dan dipraktikkan sehingga hasil pembelajaran memuaskan semua pihak
(lihat. Asmani, 2014: 29).
Mengacu dari pendapat tersebut, bahwa
penguasaan materi dan metode sangatlah penting bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermakna, sehingga guru tidak asal menilai hasil belajar anak
didik yang hanya berdasarkan satu atau dua sumber. Ditambah lagi dengan metode
yang monoton tanpa variatif yang akan mengakibatkan kurangnya motivasi siswa
dalam belajarnya.
Nah, disini penulis mencoba untuk berinovasi
dalam meramu beberapa strategi pembelajaran di atas dengan tetap mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan strategi pembelajaran yang sudah ada dengan
memodifikasi berbagai strategi yang dikenal “student to student” dengan
pendekatan Saintifik yang saat ini populer dalam Kurikulum 2013 yaitu mengamati; menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/mengolah informasi; dan mengkomunikasikan.
Strategi “student to
Student” merupakan strategi yang dikembangkan penulis dari strategi Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa) yang ditawarkan Mel Silbermaran (2007) yaitu strategi
pembelajaran aktif yang menggunakan pertanyaan dari siswa sebagai bahan utama
dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Adapun
Kelebihan Questions Students Have adalah: (1) Dapat mengaktifkan siswa
secara penuh; (2)Melatih rasa percaya diri siswa; (3) Melatih siswa untuk
berbuat jujur (4) Meningkatkan kreatifitas siswa; (5) Dapat memeperdalam penguasaan
materi pelajaran; (6) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan kelemahan
dari strategi ini adalah memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.
dan pertanyaan dari siswa seringkali tidak sesuai dengan topik yang dibahas (lihat. Mel Silberman, 2007 yang diterjemahkan Sarjuli, dkk).
dan pertanyaan dari siswa seringkali tidak sesuai dengan topik yang dibahas (lihat. Mel Silberman, 2007 yang diterjemahkan Sarjuli, dkk).
Berangkat dari kelemahan strategi diatas, yaitu
memakan waktu lama dan pertanyaan siswa tidak sesuai topik, maka penulis menyikapina
dan mengembangkannya melalui pendekatan saintifik yaitu :
1.
Sebelum kegiatan inti dimulai , guru
memberikan penjelasan tentang bagaimana cara belajar yang akan dilakukan dengan
menjelaskan langkah-langkah atau tahapan belajar dengan “student to student,
sehingga siswa tidak bingung.
2. Pada
kegiatan inti, sebelum bertanya siswa di arahkan untuk mengamati terlebih dahulu media visual dengan waktu yang ditentukan
seperti gambar, video dan teks bacaan untuk mengingatkan kembali pengalaman
belajar siswa.
3. Setelah
itu siswa diberikan secarik kertas untuk menuliskan pertanyaan yang berhubungan dengan media yang mereka amati, dengan
setting waktu yang sudah ditentukan misalnya siswa mengajukan satu pertanyaan
dengan waktu 2 atau 3 menit .
4. Dalam
waktu yang ditentukan guru mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa,
kemudian guru mengembalikan kembali pertanyaan siswa secara acak. Setelah itu
siswa diberikan waktu 5 sampai 10 menit untuk menjawab pertanyaan yang mereka
dapatkan.
5. Kemudian
setelah siswa menjawab guru mengumpulkan kembali jawaban-jawaban tersebut dan
memilah pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, misalnya siswa mampu menjelaskan pengertian, contoh
perilaku dan sebagainya.
6. Guru
memilah pertanyaan yang relevan, dan jawaban yang mendekati, sehingga yang
diambil hanya yang mewakili. katakalah dalam 30 siswa ada 5 atau 8 yang
dijadikan sebagai sampel. Setelah itu hanya guru menyampaikan hasil kerja siswa
dengan metode ceramah yang bervariatif sehingga pembelajaran dapat menyenangkan
dan tumbuhya kepercayaan siswa, misal “ baiklah anak-anak sekarang kita akan
bacakan seorang penanya dari saudara, Bapak, atau Ibu, ....dan dijawab oleh
seorang Pakar...Fiqh, Dr. KH, atau Ustadz (disini penulis mencotohkan panggilan
sesuai mata pelajaran yang penulis ampu).
7. Setelah
guru membacakan jawaban siswa tersebut, guru kembali menegaskan kembali kepada
siswa yang lainnya untuk meminta pendapat (mengasosiasi)
jawaban tersebut.
8. Setelah
didapatkan dari berbagai jawaban berupa pendapat dan komentar (mengkomunikasikan), guru bersama siswa
menyimpulkan dengan menguraikan jawaban yang benar.
9. Setelah
pertanyaan dan jawaban dibacakan serta jawaban yang disampaikan, guru
memberikan test tertulis atau latihan lisan kepada siswa dengan pertanyaan yang
sesuai dengan materi yang dibahas.
10. Sebagai
tindak lanjut guru memberikan tugas dan latihan di rumah.
Demikianlah uraian singkat tentang strategi “student
to student”. Sebagai catatan strategi ini bisa dilakukan 1 atau 2 kali
pertemuan atau lebih sesuai topik yang dipelajari.
Dalam pelaksanaannya penulis sudah melakukannya
beberapa kali pertemuan, dan alhamdulillah anak didik ketagihan dengan strategi
ini dan mudah-mudahan strategi ini dapat bermanfaat bagi ingin mencoba. Terima kasih.
Selamat Mencoba !!!!!!!
Penulis : Guru PAI SMKN 1 Sukadana
Email : zamedukasi@yahoo.co.id
HP. : 085252014985
0 comments:
Posting Komentar