MENGAPA TIDAK PUASA ?
Oleh : Jamani
Berawal dari Pertanyaan “mengapa tidak puasa
?”sebuah pertanyaan yang mempunyai jawaban sangat bervariatif sesuai perspektif
masing-masing
Sebelumnya, penulis akan mengemukakan beberapa dalil tentang kewajiban puasa, keutamaan dan hikmah bulan ramadhan. Seperti dalam Q.s al-Baqarah : 183 : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Kemudian dalam hadist Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia “Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Sebelumnya, penulis akan mengemukakan beberapa dalil tentang kewajiban puasa, keutamaan dan hikmah bulan ramadhan. Seperti dalam Q.s al-Baqarah : 183 : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Kemudian dalam hadist Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia “Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Dari dalil ini sudah sangat jelas bahwa puasa
ramadhan wajib bagi umat Islam yang tak bisa dikompromi bahkan ada pendapat keras
yang diambil dari http://dzulqarnain.net
para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap
kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara.
Sebelum menjawab, selanjutnya penulis
kemukakan beberapa keutamaan berpuasa dibulan ramadhan berdasarkan dari
berbagai sumber. Berikut ini beberapa keutamaan ramadhan. Pertama, ampunan dan pahala
yang sangat besar bagi orang yang berpuasa. Allah menyebutkan sederet orang-orang
yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,“…Allah telah menyediakan, untuk mereka,
ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Ahzâb: 35]. Kedua,
puasa adalah tameng terhadap api neraka. Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim
dari Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu, Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “… dan puasa
adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa, janganlah
ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain
mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang berpuasa.’.kemudian
Juga disebutkan dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu
Hurairah radhiyallâhu ‘anhu
riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa
merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada
peperangan.” Ketiga,
puasa adalah pemutus syahwat. Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai
sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia
menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa karena
sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.” Keempat, orang yang berpuasa
mendapat ganjaran khusus di sisi Allah. Hal tersebut karena puasa merupakan
bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalankan
ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima
ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis kesabaran ini
seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal menjalankan ketaatan yang diperintah
dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang
dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani
kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelemahan pada tubuh. Karena puasa
merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala
khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala
seperti itu. Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ berfirman, “Sesungguhnya,
hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas (Az-Zumar:
10)
Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua
kegembiraan. Keenam, bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi. Tiga keutamaan yang disebut terakhir
termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setiap amalan Anak Adam,
kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesungguhnya, (amalan) itu
adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang
yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’ Bagi orang
yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan
kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesungguhnya, bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik
Imam Muslim). Ketujuh,
puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh
perjalanan selama tujuh puluh tahun. Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena
(amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka (sejauh
perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”
Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang
berpuasa. Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya, di surga, ada
pintu yang dinamakan Ar-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa akan masuk
melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya, kecuali
mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka
memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu) itupun
dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.”
Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa
hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Fitnah
seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus
dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.”
(Konteks hadits adalah milik Imam Muslim). Hal ini juga terdapat dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat
Muslim, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Shalat
lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah
penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia
menjauhi dosa besar.” Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada
beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah (1), zhihâr (2)sebagian amalan haji (3), pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada
di bawah perjanjian’ tanpa sengaja (4)dan pembunuhan hewan buruan saat ihram.
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan
seseorang dimasukkan ke dalam surga. Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah,
Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk
mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga.
Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”Kesebelas, puasa memberi
syafa’at pada hari kiamat. Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Puasa dan Al-Qur`an akan
memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap makanan
dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at
baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka
izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka,
keduanya mendapat izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR.
Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh
Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395).
Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan
pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika
Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan
syaithan-syaithan dibelenggu.”
Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan
dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”
Demikianlah
keutamaan-keutamaan tentang berpuasa ramadhan bulan yang penuh kemuliaan, pengampunan,tarbiyah
dan keberkahan.
Namun
dari kewajiban dan keutamaan diatas, mengapa masih ada umat islam tidak
berpuasa yang sudah memenuhi syarat untuk berpusa ?
Dalam hal ini al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah
ayat 185 menjawab: Maka, barang siapa di antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa)
sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Selain
itu Dari jawaban di atas sangat jelas
bahwa tidak berpuasa karena sakit, atau berada dalam perjalanan. Menurut KH.
Yahya Zainal Ma'arif (Buya Yahya) Pengasuh LPD Al-Bahjah Ceribon. Berikut ini 9
orang yang boleh untuk tidak berpuasa: anak kecil; orang gila; orang sakit; orang
tua renta; hamil, menyusui, haid, nifas, musafir (lihat http://pintuislami.blogspot.co.id).
Tapi
bagaimana yang sehat, muda (baligh), normal dan kuat fisiknya dan tidak dalam
perjalanan ? pertanyaan inilah yang perlu dijawab oleh umat islam dengan
berbagai alasan. Penulis mencoba menguraikan beberapa jawaban yang diperoleh
dari berbagai sumber yang tidak berpuasa selain dari jawaban al-qur’an yang
dikemukakan sebelumnya. Pertama, dari pemuda (pelajar) yang sudah akil baligh,
mengapa tidak puasa ? 1. Tidak biasa tidak makan dan minum disiang hari. 2. Belum
saatnya. 3. Lemah dan tidak bersemangat. 4. Tidak makan sahur. 5. Karena teman.
6. Dirumah orangtua juga tidak puasa.Kemudian kedua, jawaban dari orang awam,
diantaranya 1. Puasa itu urusan masing-masing. 2. Puasa itu hanya bagi yang
mampu. 3. Karena bekerja keras, nanti tidak konsentrasi 4. Tergantung mod. 5. Karena
menurut guru dan ilmu yang saya peroleh, percuma puasa kalau tak tahu hakikat
puasa. 6. Masih ada kesempatan tahun depan dan masih banyak lagi
jawaban-jawaban yang tidak berdasar untuk mencari alasan tidak berpuasa.
Berangkat
dari jawaban tersebut, penulis menyimpulkan bahwa mengapa mereka yang tidak
puasa karena tidak ada iman yang kuat disertai dengan kurangnya kebiasaan
melakukan puasa-puasa sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW, dan ilmu yang
diperoleh dengan tidak berdasar serta faktor keluarga dan lingkungannya. Maka sangat
jelaslah Allah memerintahkan puasa bagi orang-orang yang beriman. Hanya orang
yang berimanlah yang mampu berpuasa. Dalam hal ini keyakinan yang kuatlah untuk
sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah dan RasulNya untuk meraih taqwa. Selain
iman yang kuat, orang yang berpuasa memahami betapa meruginya meninggalkan
puasa karena ia tahu betapa dahsyatnya Ramadhan,didalamna terdapat berbagai
keutamaan-keutamaan dalam meraih pengampuanan, keberkahan dan berbagai tarbiyah
untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Sangat pantaslah Rasululullah
menangis d Semoga kita termasuk orang yang penuh
berpuasa di bulan ramdhan tahun ini dan mengisinya dengan amalan-amalan sebagaimana
diajarkan rasululullah SAW. Kita tidak tahu mungkin tahun ini kita dipertemukan
dan janganlah menyia-nyiakannya serta tidak ada alasan untuk tidak berpuasa
selain ketentuan di atas. Wallahu ‘alam
bish shawwab Kemudian d
0 comments:
Posting Komentar