Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Tampilkan postingan dengan label Pencerahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pencerahan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Juni 2012

Marhaban Ya..Ramadhan al-Mubarrok

marhaban ya ramadhan al-mubarrokMarhaban ya ramadhan al-mubarrok
Sebuah catatan..
sebuah catatan buat ramdhanku..yang akan ku raih mahabbahnya..
ada kalimat "syaitan2 akan terbelenggu di bulan Ramadhan" kata syaitan terbelenggu itu apabila al-Insan mampu menahan diri dari segala potensi nafsunya. karena banyak tu..yang tak puasa, yang tampak maupun samar..bergunjing..dan segala keburukan lainnya..loh kalaulah syaitan itu dibelenggu yang diidentikkan dengan "menggoda" jadi siapa yang terbelenggu..sebenarnya puasa taqwa itulah yang membelenggu..sifat2
syaitan..maka marilah kita belenggu sifat2 itu...
Apakah sifat-sifat itu..tentu sebagai al-Insan yang berpontensi nafsu..tahu segala sikap dan perbuatan yang diaktualkan dalam kehidupan sehari apakah itu kebiasaan atau ada motif dan sebagainya..contohnya orang ingin kekayaan (mateialistik), cinta keindahan dan kenyamanan (hedonis), ingin kenikmatan praktis (pragmatisme), klaim kebenaran (fanatism), kehormatan dan lain sebagainya. oleh karena itu manusia (al-Insan) tidak akan terlepas dari semuanya itu..namun..suatu kenikmatan yang terbesar dalam dunia ini adalah Nikmat Iman. melalui Cahaya Iman itulah manusia rindu dengan Tuhannya..manusia ingin berbagai kebaikan dengan semua makhluknya..kemudian mukmin itu selalu bersyafaat kepada Nur Muhammad..Kekasih Allah. melalui keteladanan hambanya manusia yang bernama Nabi..menerima perintah dan mengajarkan bagaimana untuk menuju Allah dan berkhalwat dengannya..yaitu Shalat..dengan shalat sebagaimana firmannya "sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar..
pertanyaan yang mendasar dalam diri kita adalah "sudahkah shalat kita dapat mencegah perbuatan mungkar kita selama kita hidup". jika belum itu sebuah proses" maka dari itu mari ditelaah shalat yang selama ini kita lakukan..bukan kita "menganggungkannya" sebagai orang yang alim..semoga d bulan yang suci ini dapat memberikan pencerahan iman kita semakin rindu dengan Allah dan kekasih-Nya...cinta dengan semua makhluknya. Ramadhan Ya Ramadhan kuraih mahabbahmu dengan untaian amal-amal yang dicontohkan oleh Rasul-Ku..Wallahu 'alam bi sawwab. 

Sabtu, 08 Januari 2011

Allah, Cahaya Langit dan Bumi

Siapapun akan mengatakan bahwa dalam kegelapan kita sangat membutuhkan "penerang", dian atau pelita. Dalam gelap-gulita: ketika bintang-gemintang berkilauan, sang purnama muncul dengan sinarnya merupakan nikmat besar bagi para nelayan di tengah laut. Bukan hanya menambah keindahan alam semesta, juga menandakan bahwa Allah mengerti kebutuhan hamba-Nya: kegelapan itu harus diberi penerang.

"Atau seperti gelap-gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak: yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap-gulita yang tindih-bertindih, apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya. Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun." (Qs. An-Nur [24]: 40).

Tidak dapat dibayangkan seandainya jalan-raya (di malam hari) tidak dihiasi oleh rambu-rambu lalu-lintas. Apa yang bakal terjadi? Apalagi mobil yang dikemudikan sang sopir tidak memiliki lampu. Apa yang akan dirasakan olehnya? Rasa takut segera muncul, menghantui batinnya. Jangan-jangan ada yang "menabrak" dari belakang. Atau, ada yang "menyerempet" dari samping. Itu adalah "cahaya" di dunia. Cahaya temporal: tidak kekal dan tidak abadi. Karena bahannya juga serba temporal, tidak abadi.

Ada cahaya yang abadi, Allah. Allah adalah "cahaya langit dan bumi". Dia sendiri yang menyatakan dalam kitab suci-Nya:

"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya laksana lampion (misykat) yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, (dan) kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur juga tidak di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. An-Nur [24]: 35).

Itulah Allah. "Sang Cahaya". Cahaya yang menerangi jagat raya: langit dan bumi beserta isinya. Tidak ada satupun yang tidak mendapat pancaran cahaya-Nya. Tumbuh-tumbuhan, hewan, apalagi manusia: makhluk yang paling butuh kepada cahaya-Nya.

Dalam rongga dada manusia terdapat 'segumpal darah', hati. Hati itu begitu gelap, hati jahiliyah. Hati yang tidak mengenal Tuhan Yang Esa. Hati yang hanya mengenal politheisme: menyembah tiga tuhan, pepohonan, bebatuan dan roh nenek moyang. Sungguh gelap hati itu. Ia kemudian diterangi oleh cahaya tauhid-Nya. Allah itu satu:

"Fa'lam annahu laailaaha illa l-Allah" (Ketahuilah bahwa Allah itu satu). (Qs. Muhammad [48]: 19).

Ketika jiwa manusia mengembara di hutan ke-jahiliyah-an, Allah menurunkan cahaya-Nya, Al-Quran. Ia titipkan cahaya-Nya (Al-Quran) itu kepada cahaya-Nya (nabi Muhammad saw). Al-Quran adalah cahaya Allah, karena ia memberikan cahaya hidayah dari langit:

"...tetapi Kami mejadikan Alquran itu cahaya; yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami..." (Qs. Asy-Syura [42]: 52).

Kanjeng Nabi adalah "cahaya Allah", karena ia membawa penerangan kepada manusia: dengan hidayah yang dibawa dari sisi "cahaya agung", Allah swt:

"Dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi..." (Qs. Al-Ahzab [33]: 46).

Tidakkah orang Arab adalah orang-orang primitif: buta aksara dan chauvistik dan suka membangga-banggakan nenek moyang. Mereka adalah para penghuni gurun pasir yang terbelakang. Namun ketika cahaya Allah (Muhammad) itu datang, semuanya jadi berubah. Padang pasir pun berubah menjadi "sumber cahaya kebenaran". Dari sanalah memancar cahaya tauhid ke seluruh penjuru dunia.

Hati yang diterangi oleh cahaya Alquran adalah hati yang "bercahaya". Jiwa yang mengikuti petunjuk Nabi saw adalah jiwa yang "bersinar". Akal yang berpikir dengan positif dan sehat, adalah akal yang bercahaya. Hati yang masih menyimpan dendam kesumat, dengki, iri dan hasad adalah hati "jahiliyah": hati yang masih gelap. Jiwa yang masih suka memberontak kepada kebenaran, menentang kebijakan, tunduk kepada hawa nafsu dan suka menentang Allah, adalah jiwa yang masih jauh dari cahaya Allah.

Kita bersyukur tidak masuk kepada golongan Abu Jahal dan Abu Lahab cs. Mereka begitu dekat dengan kedua cahaya itu (Alquran dan nabi Muhammad saw), namun mereka tidak dapat merasakan sentuhan cahayanya. Mereka mengatakan bahwa Alquran adalah perkataan penyair: Muhammad. Mereka mengira bahwa Muhammad adalah tukang tenung. Mereka dicela oleh Allah karena hati mereka tidak cukup luas untuk (dapat) menampung kedua cahaya itu:

"Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia. Dan Al-Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung, sedikit sekali kamu yang mengambil pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada yang mendustakan(nya). Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar kebenaran yang diyakini. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Agung." (Qs. Al-Haqqah [69]: 40-52).

Siapa yang menjauhi cahaya Allah, ia akan semakin teralienasi dari cahaya kehidupan. Siapa yang semakin jauh dari Alquran dan petunjuk Nabi saw, ia tidak jauh beda dengan Abu Lahab dan Abu Jahal cs. Bukankah Alquran adalah cahaya yang dipersembahkan oleh Allah kepada kita? Tidakkah Nabi saw cahaya: yang membawa cahaya (Al-Quran) langsung dari sumber cahaya (Allah)? Tidak ada cahaya yang mampu menerangi kegelapan jagat-raya, selain Allah. Dia-lah cahaya langit dan bumi.

Mari kita persiapkan diri kita untuk menghampiri cahaya Allah. Mudah-mudahan kita diberi kemudahan untuk menerima pancaran siraman cahaya-Nya. Semoga cahaya itu dapat bersinar terang di hati dan jiwa kita. Sehingga ia benar-benar menjadi "pelita" dalam kehidupan kita.

Wallahu a'lamu bi al-shawab.