Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jum'at. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jum'at. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Juni 2016

Memaknai Ramadhan Meraih Taqwa



Memaknai Ramadhan Meraih taqwa

Oleh : Jamani



Kaum muslimin sidang jumah rahima kumullah

Marilah kita senantiasa bersyukur atas segala karunia dan segala limpahan nikmat yang kita rasakan hingga saat ini, , disisa usia kita, allah dengan rahman dan rahimnya kita masih dipertemukan dengan ramadhan yang penuh berkah, bulan penuh kemuliaan dan bulan pengampunan.
 Sangat merugilah bagi yang menyia-nyiakannya. Rasulullah saw menegaskan, “barangsiapa berpuasa ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari allah swt, niscaya allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari allah swt, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (H. Bukhari muslim).

Kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,

Melalui keutamaan bulan ramadhan ini “khatib mengajak khususnya pribadi dan seluruh jamaah, marilah kita selalu meningkatkan iman dan ketaqwaan kita kepada allah swt. Yakni melaksanakan perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,

Hari ini kita sudah memasuki hari yang ke-5 untuk berpuasa dibulan yang penuh rahmat ini, ada dua hal yang kita garis bawahi yaitu istilah membatalkan dan mengurangi nilai pahala puasa.

1.         Membatalkan

Kita sering melihat banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban yang agung ini. Jika kita lihat di bulan ramadhan di jalan-jalan ataupun tempat-tempat umum, banyak saudara muslim tidak melakukan kewajiban ini atau sengaja membatalkannya. Padahal mereka kuat secara fisik mereka malah terang-terangan makan dan minum di tengah-tengah saudara mereka yang sedang berpuasa tanpa merasa berdosa sama sekali. Padahal mereka adalah orang-orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan tidak punya halangan sama sekali. Mereka adalah orang-orang yang bukan sedang bepergian jauh, bukan sedang berbaring di tempat tidur karena sakit dan bukan pula orang yang sedang mendapatkan halangan haidh atau nifas. Mereka semua adalah orang yang mampu untuk berpuasa.
Dalam hal ini sebuah kisah dari sahabat abu umamah al bahili radhiyallahu ‘anhu. Beliau (abu umamah) menuturkan bahwa beliau mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata,”naiklah”. Lalu kukatakan,”sesungguhnya aku tidak mampu.” Kemudian keduanya berkata,”kami akan memudahkanmu”. Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara yang sangat keras. Lalu  aku bertanya,”suara apa itu?” Mereka menjawab,”itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.”
Kemudian dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek, dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (abu umamah) bertanya,”siapakah mereka itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya.” (hr. An nasa’i dalam al kubra, sanadnya shahih. Lihat shifat shaum nabi, hal. 25).

Kedua, mengurangi nilai puasa,

Jika seseorang berniat ibadah puasa dimalam hari (sebelum fajar menyingsing), lalu ia meninggalkan segala hal yang dapat membatalkan puasanya, seperti makan, minum, dan berhubungan intim dengan istri, maka puasanya dapat dikatakan sah. Artinya, telah terlepas kewajiban berpuasa darinya. Namun apakah hal tersebut pasti membuahkan pahala?

Pada dasarnya, segala perkara yang sia-sia -apalagi maksiat- dapat merusak pahala puasa seseorang. Oleh karena itu, seyogyanya kita menghindarinya sekuat tenaga agar kita dapat meraih pahala yang sempurna dengan izin allah melalui puasa yang kita laksanakan. Atau paling tidak jangan sampai puasa kita –meskipun sah– tidak berbuah pahala, melainkan hanya mendapat lapar dan haus semata, na’uudzu billaah min dzalik. Diantara perkara-perkara tersebut adalah :

Berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), bertindak bodoh, dan melakukan perkara yang sia-sia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”apabila seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mencela atau mengajaknya bertengkar maka katakanlah : ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa (dua kali)’ ” (hr. Bukhari dan muslim)

Kemudian berkata dan melaksanakan kedustaan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan sesuatu dengan dasar kedustaan itu, maka tidak ada gunanya ia meninggalkan makanan dan minumannya itu disisi allah”(hr. Bukhari)
Mendengar, melihat, membicarakan, dan melalukan segala perkara yang diharamkan olehâ allah

Hikmah syariat yang tertinggi yang berada dibalik perintah puasa adalah agar seseorang dengan ibadah puasanya ini dapat menjadi hamba allah yang bertaqwa. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa juga telah diwajibkan atas umat-umat sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa” (qs. Al baqarah : 183)

Banyak sekali orang yang ketika berpuasa dan ketika menunggu waktu berbuka yang penuh berkah, mereka tidak melewatinya dengan beramal sholeh dan melakukan hal-hal yang bermanfaat, namun justru menghabiskannya dengan sekian banyak perbuatan maksiat, baik yang diucapkan oleh lisan, seperti menggunjing orang (ghibah), mengadu domba sesama muslim (namimah), mencaci-maki orang, dan semisalnya, semua ini –tanpa keraguan sedikitpun– merusak nilai-nilai dan janji pahala puasa yang istimewa dari allah ta’ala dan merusak inti tujuan dan hikmah disyari’atkannya puasa itu sendiri, yaitu untuk meraih derajat taqwa.



Makan dan minum adalah perkara yang – pada asalnya – mubah dilakukan oleh orang yang tidak sedang berpuasa, namun ia menjadi haram dilakukan pada saat puasa, dan dapat membatalkan puasa. Akan tetapi bagaimana dengan perbuatan maksiat? Perbuatan maksiat kapan saja ia tetap haram, baik saat berpuasa ataupun tidak. Bahkan kemaksiatan yang merupakan keburukan ini akan semakin bertambah buruk jika dilakukan oleh seseorang yang sedang melaksanakan puasa, dibanding pada saat yang lainnya. Perbuatan maksiat itu dapat merusak keutuhan puasa dan dapat membatalkan pahala puasa yang telah dijanjikan allah ta’ala. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadits nabawi diatas, ”apabila seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mencela atau mengajaknya bertengkar maka katakanlah : ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa (dua kali)’ ” (hr. Bukhari dan muslim).

Dan hadits yang lain, “barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan sesuatu dengan dasar kedustaan itu, maka tidak ada gunanya ia meninggalkan makanan dan minumannya itu disisi allah”â (hr. Bukhari)
Demikianlah khutbah singkat ini, marilah kita berusaha melaksanakan puasa ini sesuai dengan hikmah tertinggi puasa itu sendiri, yaitu agar dapat menjadi hamba allah ta’ala yang bertaqwa kepada allah ta’ala dengan sebenar-benar taqwa, yaitu dengan cara mengikhlaskan ibadah puasa hanya untuk allah ta’ala dan menjalankan sesuai dengan tuntunan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meninggalkan segala hal yang dapat merusak nilai dan pahala puasa kita tahun ini.

Kamis, 02 Juni 2016

Marhaban Ya Ramadhan Al-Mubarok 1437

Marhaban Ya Ramadhan Al-Mubarok
Oleh : Jamani

para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
marilah kita senantiasa bersyukur atas segala karunia dan segala limpahan nikmat yang kita rasakan hingga saat ini, dan insha allah, disisa usia yang diberikan allah dapat dipertemukan dengan bulan penuh kemuliaan, bulan pernuh keberkahan dan bulan pengampunan.
melalui momentum “marhaban ya ramdhan 1437 h, khatib mengajak khususnya untuk pribadi dan seluruh kaum muslimin marilah kita bertaqwa kepada allah swt dengan taqwa yang sebenar-benarnya. taqwa dengan istiqomah melaksanakan segala perintahnya. dan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang allah dan rasulnya.
kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,
hari ini kita sudah hampir memasuki bulan yang penuh kemuliaan keberkahan dan ampunan. yaitu ramadhan al-mubarak” marhaban ya ramadhan”.  pada bulan ini kita diperintahkan untuk berpuasa, menahan kebutuhan fisik; makan dan minum dan segala perbuatan lainnya yang dapat membatalkan dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. selain itu kita juga diperintahkan untuk selalu menjaga hati, pikiran, ucapan dan sikap yang dapat mengurangi nilai makna puasa dalam kehidupan.
adapun kewajiban berpuasa dibulan ramadhan, sebagaimana firman allah swt :


hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa (q.s al-baqarah: 183).
kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
artinya: “dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “telah datang kepada kalian bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah, allah telah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya, dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka jahim serta dibelenggu pemimpin-pemimpin setan, di dalamnya allah mempunyai satu malam yang lebih baik dari seribu bulan siapa yang dihalangi untuk mendapatkan kebaikannya maka ia telah benar-benar dihalangi dari kebaikan“. (hadits riwayat an nasai dan dishahihkan di dalam kitab shahih at targhib wa at tarhib).

kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,
dalam menyambut ramadhan, ada pendapat yang menyebutkan secara umum terdapat dua golongan yaitu golongan yang bersuka cita dan berdukacita.
adapun golongan yang bersuka cita yaitu:
1.       mengetahui sepenuhnya keutamaan puasa ramadhan dan buahnya dalam menghapus dosa-dosa dan menutupi kesalahan-kesalahan; ramadhan adalah kesempatan emas untuk meraih derajat takwa.
2.       ingin mengharapkan ridha allah, merindukan surga-nya. dari abu hurairah ra. bahwasanya rasulullah saw bersabda, “jika bulan ramadhan telah datang, niscaya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (hr. bukhari no. 1899 dan muslim no. 1079).
3.       mengetahui bahwa shaum akan memberi syafa’at di hari kiamat kelak. dari abdullah bin amru bin ash bahwasanya rasulullah saw bersabda, “shaum dan al-qur’an akan memberi syafa’at bagi hamba pada hari kiamat kelak. shaum berkata: “wahai rabbku, aku telah mencegahnya dari makan dan melampiaskan nafsu syahwatnya. maka izinkan aku memberinya syafa’at!” adapun al-qur’an berkata: “wahai rabbku aku telah mencegahnya dari tidur di waktu malam (dengan melakukan shalat malam). maka izinkan aku memberinya syafa’at!” keduanya lalu diberi izin memberi syafa’at.” (hr. ahmad, 2/174 dan al-hakim, 1/554. dinyatakan shahih oleh al-albani dalam shahih at-targhib wa at-tarhib)
4.       mengetahui manfaat shaum bagi kebaikan ruhani, psikis, jasmani, dan sosial. dari aspek ruhani, shaum mendidik pelakunya untuk menahan diri dari segala bisikan hawa nafsu, menyempitkan peluang godaan setan, membiasakan diri melaksanakan amalan-amalan wajib dan sunah secara disiplin. secara psikis, shaum mendidik pelakunya untuk menjadi orang yang sabar, pemaaf, tertib, tidak egois, tidak boros, tidak foya-foya, dan tidak emosional. secara jasmani, shaum terbukti oleh dunia medis menjadi sarana peningkatan kesehatan dan penyembuhan berbagai penyakit. adapun secara sosial, shaum mendidik pelakunya untuk lebih peduli, dermawan, dan penyantun kepada orang-orang yang membutuhkan. shaum juga membiasakan hidup kebersamaan lewat berbagai amalan ibadah secara berjama’ah.
5.       mengetahui dengan makna shaum menghapuskan dosa-dosa kecil yang telah lalu, jika dilakukan karena iman dan mengharap balasan allah semata. ibadah tadarus al-qur’an, memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan, i’tikaf sepuluh hari terakhir, siraman-siraman ruhani, umrah, dan berbagai amalan lainnya juga merupakan lautan pahala yang tiada bertepi.
kaum muslimin sidang jum’ah rahima kumullah,
selanjutnya golongan yang berdukacita yaitu :
orang-orang yang merasa kesal, cemberut, sedih, dan kecewa dengan datangnya bulan ramadhan.tiada kegembiraan sedikit pun dalam hati mereka dengan kehadiran bulan tebar amal shalih dan ampunan allah ini. mereka sedih, kesal, dan kecewa karena beberapa alasan yang tidak mendasar yaitu :
 1. Mereka adalah orang-orang munafik yang tidak meyakini kehidupan akhirat, sehingga malas beramal shalih. shaum sebulan penuh, shalat tarawih dan witir, tadarus al-qur’an, dan memberi sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan, bagi mereka sungguh berat. allah swt berfirman:
“sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu allah, dan allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut nama allah kecuali sedikit sekali.” (qs. an-nisa’ (4): 142)
2.       mereka adalah orang-orang yang lemah iman dan tidak mengerti arti penting ibadah bagi kehidupan mereka di dunia dan akhirat. menurut angapan mereka, ibadah puasa hanyalah beban belaka. tiada kelezatan, keindahan, manfaat, dan pengaruhnya bagi kehidupan
3.       mereka adalah orang-orang yang tidak terbiasa melakukan shaum.
4.       mereka adalah orang-orang yang tenggelam dalam buaian lumpur syahwat, kemewahan, foya-foya, dan maksiat. menurut anggapan mereka, bulan ramadhan menjadi penghalang serius bagi hobi mereka untuk melampiaskan nafsu syahwat.

hadirin sidang jumah rahima kumullah
demikianlah khutbah singkat ini tentang penjelasan dua golongan ketika menghadapi atau menjelang ramadhan, semoga kita termasuk golongan yang pertama yaitu golongan yang merindukan bertemu dengan ramadhan, menginginkan ampunan dibulan penuh pengampunan atas dosa-dosa yang kita perbuat, dan banyak lagi keutamaan-keutamaan yang harus kita amalkan yang akan mendapat ganjaran dari allah swt disisa-sisa usia kita, jika kita dipertemukan dengan ramadhan al-mubarak..marhaban ya ramadhan”
barakallahu

Kamis, 03 Maret 2016

Memaknai Masjid sebagai Simbol Peradaban Islam

Memaknai masjid sebagai simbol peradaban
Oleh : jamani

Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Marilah kita sama-sama bertaqwa kepada allah swt dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Taqwa dengan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh allah swt serta meninggalkan segala yang dilarang-nya. Sesungguhnya orang yang bertaqwa itu adalah hamba-nya yang paling mulia dan akan mendapat jaminan kejayaan, kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat di sisi allah swt. Adapun tema khutbah pada hari ini: “pentingnya masjid simbol peradaban islam”.
Hadirin jemaah jumaat yang dirahmati allah,
Masjid adalah simbol syiar yang sangat penting dalam kehidupan umat islam. Masjid adalah jantung hati dan nadi kehidupan umat islam. Sewaktu peristiwa hijrah rasulullah saw dari makkah ke madinah, peristiwa pertama yang menjadi agenda besar rasulullah saw ialah membina masjid di quba’ madinah.
Firman allah swt :
Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bersih (at-taubah: 109)

Sabda rasulullah saw:
Barang siapa mendirikan sebuah masjid dengan mengharapkan keridhoan allah swt, didirikan baginya sebuah rumah di dalam syurga”. (riwayat al-bukhari)
Sejarah juga telah membuktikan bahwa masjid mempunyai multi fungsi berabad lamanya berawal dari zaman rasulullah saw sehingga hari ini. Kita dapat melihat betapa nabi muhammad saw tidak hanya menjadikan masjid nabawi sebagai pusat ibadah, malah juga sebagai pusat pemerintahan dan terbentuknya negara islam madinah, yang kita kenal negara madani.
Masjid menjadi nadi penggerak islam, penggerak aktivitas masyarakat, malah tempat ummat menuntut hak dan keadilan. Juga turut berperanan sebagai pusat kebijakan, gedung ilmu serta pusat hubungan dengan allah dan manusia sesama manusia.

Dengan fungsi-fungsi tersebut, terbukti rasulullah saw telah berjaya menggambarkan kesempurnaan dan keindahan islam sebagai al-deen (cara hidup) melalui fungsi-fungsi kompre-hensif yang dikelola oleh insti tusi masjid.
Ini jelas menunjukkan bahwa masjid bukan saja tempat untuk melakukan ibadah solat, bahkan mempunyai peranan yang lebih luas sebagai suatu tempat untuk menyebarkan dakwah dari segenap aspek kehidupan kepada masyarakat
Hadirin sidang jumah rahima kumullah,
Firman allah swt :
“hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid allah ialah orang-orang yang beriman kepada allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (at-taubah: 9: 18).
Imam al-ghazali menegaskan, bersegera mendirikan mesjid menunjukkan bahwa rasulullah saw ingin mensyiarkan keagungan islam. Sholat didirikan di mesjid mengisyaratkan keterikatan setiap insan muslim dengan khaliknya, rob seru sekalian alam.
Hadirin sidang jumah rahima kumullah,
Berangkat dari pentingnya masjid sebagai simbol peradaban, marilah kita bersama-sama saling bahu membahu untuk memajukan islam di daerah ini yang bertamadun melalui masjid.
Salah satu upaya yang telah dilakukan terbangunnya masjid agung usman al-khair yang saat ini dalam proses pembangunan, dan semalam baru didirikan musholla baitul qur’an, untuk aktivitas generasi penghafal qur’an hal ini merupakan bukti kepedulian dan kesungguhan yang tentunya memberi makna dan sejarah penting dimasa generasi akan datang.
Kita patus bersyukur dengan adanya upaya amal sholeh tersebut melalui infaq sadaqah akan menghindarkan dari musibah sebagaimana sabda nabi muhammad saw:
“bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (hr. Imam baihaqi)
Hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Namun kita akui bahwa saat ini banyak masjid-masjid yang sudah terbagun dengan luas dan megah, tapi jamaahnya hanya satu, dua dan tiga, ada yang lebih parah satu orang menjadi muazan, imam, dan makmum, dan bahkan masjid hanya didatangi semiggu satu kali diperuntukkan shalat jumat, itulah realitas sebagian dalam masyarakat kita.
Selain itu potret remaja islam hari ini, sangat mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Jauh dari masjid, jauh dari al-qur’an, dekat dengan budaya yang tak sesuai tuntunan.
Fakta ini adalah tantangan kita bersama untuk lebih memfungsikan masjid sebagai pusat ilmu, pendidikan, dakwah, pembentukan spritual dan sosial.
Berawal dari keluarga, sebagai orangtua memberi teladan kepada anaknya, disekolah pendidik membimbing dan mengarhakan siswanya, pemimpin mencontohkan kepada bawahannya, untuk selalu cinta  terhadap masjid.
Hadirin sidang jumah rahima kumullah,
Marilah kita mengambil beberapa kesimpulan sebagai dorongan kepada umat islam supaya bersungguh-sungguh mengembalikan fungsi masjid dalam membina ummat dan peribadi umat islam. Sebagaimana umat islam di zaman rasulullah saw dan para sahabat. Oleh itu, kita sebagai umat islam hendaklah:
1.    Memakmurkan masjid dengan solat berjamaah, iktikaf dan mendalami ilmu islam.
2.    Mengembalikan fungsi masjid dan memberdayakan fungsi mengikut perkembangan zaman.
3.    Menjadikan masjid tempat beribadah dan selalu dikunjungi umat islam.
4.    Menjadikan masjid sebagai pusat masyarakat bagi menyelesaikan segala persoalan umat islam.
5.    Menjadikan masjid sebagi pusat ilmu, dakwah, informasi center islam, tauisyah, bimbingan, praktik dan pelatihan, kemasyarakatan dan aktivitas lainnya yang bermanfaat,
Indah dan megahnya bangunan masjid akan lebih indah dan megah  apabila hati umatnya cinta dan terpaut dengan masjid.
Semoga melalui pembanggunan dan memfungsikan masjid dengan mengharap keridhoaan allah akan menghasilkan umat islam yang berilmu, bermartabat, berakhlaq , memiliki ikatan ukhuwah, saling bermusyawarah serta memiliki peradaban yang lebih maju. Wallahu alam bisawwab.



Jumat, 11 Desember 2015

Mengingat Allah dalam Kehidupan


MengingatAllah SWT dalam Kehidupan
Oleh : Jamani

Firman allah swt :
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Dalam hidup tentu ada banyak hal yang telah dan akan kita lalui. Ada saat dimana kita merasa senang. Namun tentu hidup tak selamanya akan menyenangkan. Ada saat dimana kita mengalami kegagalan dan kekecewaan dalam mengarungi setiap cobaan. Hingga kadang membuat kita larut dalam kesedihan yang mendalam. Roda kehidupan memang terus berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. saat kita sedang berada di atas, terkadang diri ini sering lupa dengan keberadaan allah swt. Kita terlupa... Bahwa sebenarnya semua yang telah didapat adalah murni karena pemberiannya. Namun saat hidup kita tiba- tiba susah dan menderita, kita baru sadar... Bahwa kita adalah makhluk yang sangat lemah dan tak bisa apa- apa. Keterpurukan justru kadang menjadi ‘cara ampuh’ tuk selalu mengingat dan mendekatkan diri kepadanya. Tak heran, jika “kepedihan membuat menusia bertahan, dan lebih bertuhan”.
Allah swt memang tidak menjanjikan langit selalu biru, jalan lurus tanpa batu, matahari tanpa hujan, dan kebahagiaan tanpa kesedihan. Namun allah selalu menjanjikan kemudahan dalam setiap kesulitan dan hikmah dalam setiap cobaan. Apapun kondisi yang sedang kita alami...
 Mari segarkan kembali hidup ini dengan menghayati beberapa firman allah swt:
“ hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (q.s al ahzab: 41).
 “ingatlah kamu kepada-ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu (Q.s al baqarah 152).
Terlalu mengejar dunia kadang memang melelahkan, tapi saat kita mengejar ‘sang pemilik dunia’, rasanya sungguh menenangkan. Seperti disebutkan dalam firmannya :
“orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat allah-lah hati menjadi tenteram (Q.s ar rad 28).
 “dan barang siapa berpaling dari dzikirku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Q.s thaha: 41).
Rasulullah saw pun bersabda bahwa allah berfirman yang artinya : “aku bersama hamba- hambaku selagi ia mengingatku dan kedua bibirnya bergerak- gerak menyebutku” (H.R ahmad dan ibnu majah). Dalam hadits yang lain, beliau juga bersabda : “tidaklah segolongan orang mengingat allah, melainkan para malaikat menghormati mereka, rahmat menyelubungi mereka, ketenangan menyelimuti mereka, dan allah mengingat mereka bersama orang- orang yang ada di sisinya. (H.R Muslim dan Tirmidzi).

Raihlah keberuntungan dalam hidup ini dengan selalu mengingatnya dalam setiap aktivitas yang kita lalukan. Bukankah itu tidak akan mengurangi jam kerja atau kesibukan kita..? Dengan begitu, apapun keadaan yang sedang dialami tetap akan ada allah di hati ini. Bertawakallah dengan penuh, dan rasakan pertolongannya dengan utuh. Jika dunia hanya persinggahan, mengapa tidak kita banyakkan bekal tuk meneruskan perjalanan..? Karena hanya ada 1 tempat persinggahan. Hidup hanya sementara, sayang jika menjalaninya dengan biasa- biasa saja.
Ada beberapa salah satu amalan yang menjadi rahasia dan kunci sukses kehidupan rasulullah, para shabat, dan generasi rabbani. Karena, aktivitas kehidupan mereka tidak melalaikannya dari selalu ingat allah.
1.    Mendirikan sholat 5 waktu, selalu berdoa dan berdzikir kepada allah dengan sholat, berdo'a dan dzikir kepada allah, inya allah hati menjadi tenang, damai dan makin dekat dengan-nya.
2.    Membaca al qur'an dan maknanya (arti dari setiap ayat yang dibaca) insya allah dengan membaca al qur'an dan maknanya, akan menjadikan kita makin dekat dengan-nya. Yang mungkin selama ini al-qur’an hanya kita pajang dan simpan hingga seperti tak bertuan.

3.    Mengingat kematian yang dapat datang setiap saat kematian sebenarnya sangat dekat, lebih dekat dari urat leher kita. Dan dapat secepat kilat menjemput.

4.    Membayangkan tidur di dalam kubur. Membayangkan tidur dalam kuburan yang sempit , gelap dan sunyi saat kita mati nanti. Semoga amal ibadah kita selama di dunia ini dapat menemani kita di alam kubur nanti.

5.    Membayangkan kedahsyatan siksa neraka. Azab allah sangat pedih bagi yang tidak menjauhi larangan-nya dan tidak mengikuti perintah-nya.
6.    Merasakan kebesaran allah swt, atas semua ciptaan- nya seperti alam semesta (jagad raya yang tidak berbatas) beserta semua isinya.

7.    Merenung atas semua kejadian alam yang terjadi di sekeliling kita. Dimana semua itu mungkin berupa ujian keimanan, peringatan, atau teguran bagi kita agar kita selalu ingat kepada-nya.

8.    Mensyukuri segala karunia dan begitu besar nikmat yang allah swt angerahkan kepada kita, janganlah kita selalu melihat ke atas, lihatlah orang lain yang lebih susah. Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh- nya. Saat ini kita masih bisa bernafas, masih bisa makan, bisa minum, masih mempunyai keluarga, masih mempunyai apa yang kita miliki saat ini, masih bisa bernafas (masih diberi kesempatan hidup).  Masih pantaskah kita tidak bersyukur dan tidak berterimakasih pada-nya.

9.    Membayangkan kenikmatan surga-nya. Kesenangan duniawi hanya bersifat sementara, sangat singkat dibanding dengan kenikmatan di akhirat yang tidak dibatasi waktu. Dan banyak lagi upaya yang dapat kita lakukan dalam mengingat allah swt.

Semoga kita termasuk golongan yang selalu mengingat allah. Selalu mengikuti perintah-nya dan menjauhi larangan-nya dan insya allah diizinkan untuk meraih ridho surga-nya. Amin…..