Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juni 2016

INOVASI PEMBELAJARAN; STUDENT TO STUDENT

INOVASI PEMBELAJARAN;  STUDENT TO STUDENT
Oleh : Jamani

Berawal dari ungkapan bijak Socrates “Kelas adalah pertempuran antara guru dengan anak didiknya, dan senjatanya adalah pertanyaan”. Pembelajaran merupakan sentralnya kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan, emosional, spritual, kecakapan hidup dan keagungan moral. Jamal Ma’mur Asmani (2014:25) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Lebih lanjut, salah satu langkah utama untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
M. Firdauz Zarkasi (2009) dengan istilah “Belajar mengajar” adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Sangat jelas bahwa guru harus mempersiapkan segala perencaanaan sebelum ia mengajar, salah satunya dikenal dengan “strategi”. strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual yang efektif dan efesien untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Jamal, 2014: 27).
Lebih sederhana Hilda Jaba dalam Firdaus (2009:24) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran.  Herdian (2012) strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. misalnya contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Berangkat dari uraian tersebut, maka sudah keharusan bagi guru untuk mencipta, meramu atau memformulasi strategi-stratgei yang tepat sebelum ia mengajar, sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan sistematis, efektif dan efesien. Pembelajaran yang sistematis akan memudahkan peserta didik untuk memahami tujuan ia belajar sehingga tidak membingungkan. Sedangkan ketepatan strategi dan efesiensi waktu akan menghasilkan akhir belajar yang sesuai harapan.
Sunhaji (2009:21-22) menjelaskan bahwa ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Pertama. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan agar mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. Kedua perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok.  
Sedangkan beberapa penilaian yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa sekaligus mengetahui tingkat keberhasilan mengajar guru itu sendiri adalah istimewa /maksimal, baik sekali/ optimal, baik/minimal dan kurang. Lanjut Suhandi (2009)  bahwa nilai istimewa diberikan apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Nilai baik sekali diberikan apabila sebagian besar bahan pelajaran yang diajarkannya dapat dikuasai siswa (85% sampai dengan 94 %). Nilai bail minimal diberikan apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 % sampai dengan 84 % yang dikuasai siswa. Sedangkan nilai kurang dan 75 % yang bisa dikuasai siswa.
Dari pendapat di atas, sangat jelas bahwa daya serap siswa dalam memahami apa yang mreka pejari dan bagaimana perilaku siswa dalam belajar. Hal tersebut merupakan hal yang harus dipertimbangkan guru dalam merencanakan strategi pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran nantinya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu guru harus mampu menguasai konsep atau materi yang akan diajarkan dan penggunaan metode yang tepat.
Asmani (2014:28) menjelaskan bahwa penguasaan materi adalah langkah utama yang membuat guru harus banyak membaca, menulis, berdiskusi dan mempertajam analisis. Sedangkan metodologi adalah cara untuk meramu materi yang banyak, seperti suguhan atau jamuan makan yang indah, lezat dan menyenangkan  sehingga membuat ketagihan orang yang memcicipinya. Lanjutnya, bahwa materi tanpa metodologi yang kurang menarik, membosankan dan kehilangan daya pikat, sehingga dikhawatirkan anak didik lari. Sedangkan metodologi tanpa materi akan terasa hampa, kosong dan kering ilmu. Oleh karena itu kedua-duanya harus sama-sama dikuasai dan dipraktikkan sehingga hasil pembelajaran memuaskan semua pihak (lihat. Asmani, 2014: 29).
Mengacu dari pendapat tersebut, bahwa penguasaan materi dan metode sangatlah penting bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna, sehingga guru tidak asal menilai hasil belajar anak didik yang hanya berdasarkan satu atau dua sumber. Ditambah lagi dengan metode yang monoton tanpa variatif yang akan mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajarnya.
Nah, disini penulis mencoba untuk berinovasi dalam meramu beberapa strategi pembelajaran di atas dengan tetap mengacu pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan strategi pembelajaran yang sudah ada dengan memodifikasi berbagai strategi yang dikenal “student to student” dengan pendekatan Saintifik yang saat ini populer dalam Kurikulum 2013 yaitu mengamati; menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/mengolah informasi; dan mengkomunikasikan.
Strategi “student to Student” merupakan strategi yang dikembangkan penulis dari strategi Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa) yang ditawarkan Mel Silbermaran (2007) yaitu strategi pembelajaran aktif yang menggunakan pertanyaan dari siswa sebagai bahan utama dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Adapun Kelebihan Questions Students Have adalah: (1) Dapat mengaktifkan siswa secara penuh; (2)Melatih rasa percaya diri siswa; (3) Melatih siswa untuk berbuat jujur (4) Meningkatkan kreatifitas siswa; (5) Dapat memeperdalam penguasaan materi pelajaran; (6) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan kelemahan dari strategi ini adalah memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.
dan pertanyaan dari siswa seringkali tidak sesuai dengan topik yang dibahas (lihat. Mel Silberman, 2007 yang diterjemahkan Sarjuli, dkk).
Berangkat dari kelemahan strategi diatas, yaitu memakan waktu lama dan pertanyaan siswa tidak sesuai topik, maka penulis menyikapina dan mengembangkannya melalui pendekatan saintifik yaitu :
1.      Sebelum kegiatan inti dimulai , guru memberikan penjelasan tentang bagaimana cara belajar yang akan dilakukan dengan menjelaskan langkah-langkah atau tahapan belajar dengan “student to student, sehingga siswa tidak bingung.
2.      Pada kegiatan inti, sebelum bertanya siswa di arahkan untuk mengamati terlebih dahulu media visual dengan waktu yang ditentukan seperti gambar, video dan teks bacaan untuk mengingatkan kembali pengalaman belajar siswa.
3.      Setelah itu siswa diberikan secarik kertas untuk menuliskan pertanyaan yang berhubungan dengan media yang mereka amati, dengan setting waktu yang sudah ditentukan misalnya siswa mengajukan satu pertanyaan dengan waktu 2 atau 3 menit .
4.      Dalam waktu yang ditentukan guru mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, kemudian guru mengembalikan kembali pertanyaan siswa secara acak. Setelah itu siswa diberikan waktu 5 sampai 10 menit untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan.
5.      Kemudian setelah siswa menjawab guru mengumpulkan kembali jawaban-jawaban tersebut dan memilah pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, misalnya siswa mampu menjelaskan pengertian, contoh perilaku dan sebagainya.
6.      Guru memilah pertanyaan yang relevan, dan jawaban yang mendekati, sehingga yang diambil hanya yang mewakili. katakalah dalam 30 siswa ada 5 atau 8 yang dijadikan sebagai sampel. Setelah itu hanya guru menyampaikan hasil kerja siswa dengan metode ceramah yang bervariatif sehingga pembelajaran dapat menyenangkan dan tumbuhya kepercayaan siswa, misal “ baiklah anak-anak sekarang kita akan bacakan seorang penanya dari saudara, Bapak, atau Ibu, ....dan dijawab oleh seorang Pakar...Fiqh, Dr. KH, atau Ustadz (disini penulis mencotohkan panggilan sesuai mata pelajaran yang penulis ampu).
7.      Setelah guru membacakan jawaban siswa tersebut, guru kembali menegaskan kembali kepada siswa yang lainnya untuk meminta pendapat (mengasosiasi) jawaban tersebut.
8.      Setelah didapatkan dari berbagai jawaban berupa pendapat dan komentar (mengkomunikasikan), guru bersama siswa menyimpulkan dengan menguraikan jawaban yang benar.
9.      Setelah pertanyaan dan jawaban dibacakan serta jawaban yang disampaikan, guru memberikan test tertulis atau latihan lisan kepada siswa dengan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dibahas.
10.  Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas dan latihan di rumah.

Demikianlah uraian singkat tentang strategi “student to student”. Sebagai catatan strategi ini bisa dilakukan 1 atau 2 kali pertemuan atau lebih sesuai topik yang dipelajari.
Dalam pelaksanaannya penulis sudah melakukannya beberapa kali pertemuan, dan alhamdulillah anak didik ketagihan dengan strategi ini dan mudah-mudahan strategi ini dapat bermanfaat bagi ingin mencoba. Terima kasih. Selamat Mencoba !!!!!!!

Penulis : Guru PAI SMKN 1 Sukadana

HP. : 085252014985

Senin, 13 Juni 2016

Mengapa Tidak Puasa



MENGAPA TIDAK PUASA ?
Oleh : Jamani

Berawal dari Pertanyaan “mengapa tidak puasa ?”sebuah pertanyaan yang mempunyai jawaban sangat bervariatif sesuai perspektif masing-masing
Sebelumnya, penulis akan mengemukakan beberapa dalil tentang kewajiban puasa, keutamaan dan hikmah bulan ramadhan. Seperti dalam Q.s al-Baqarah : 183 : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Kemudian dalam hadist Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia “Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, me­ngeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Dari dalil ini sudah sangat jelas bahwa puasa ramadhan wajib bagi umat Islam yang tak bisa dikompromi bahkan ada pendapat keras yang diambil dari http://dzulqarnain.net para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara.
Sebelum menjawab, selanjutnya penulis kemukakan beberapa keutamaan berpuasa dibulan ramadhan berdasarkan dari berbagai sumber. Berikut ini beberapa keutamaan ramadhan. Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa. Allah menyebutkan sederet orang-­orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,“…Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Ahzâb: 35]. Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka. Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang berpuasa.’.kemudian Juga disebutkan dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan.” Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat. Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.” Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah. Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalan­kan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis ke­sabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal men­jalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelema­han pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ber­firman, “Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabar­lah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas (Az-Zumar: 10) Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan. Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi. Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipat­gandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesung­guhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang yang ber­puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’ Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesung­guhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim). Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun. Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauh­kan wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.” Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa. Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar­-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu) itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.”
Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.” (Konteks hadits adalah milik Imam Muslim). Hal ini juga terdapat  dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Shalat lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.” Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah (1), zhihâr (2)sebagian amalan haji (3), pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja (4)dan pembunuhan hewan buruan saat ihram.
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga. Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari kiamat. Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap maka­nan dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka, keduanya men­dapat izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395).
Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu.”
Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa­-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Demikianlah keutamaan-keutamaan tentang berpuasa ramadhan bulan yang penuh kemuliaan, pengampunan,tarbiyah dan keberkahan.
Namun dari kewajiban dan keutamaan diatas, mengapa masih ada umat islam tidak berpuasa yang sudah memenuhi syarat untuk berpusa ?
Dalam hal ini al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 185 menjawab: Maka, barang siapa di antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Selain itu Dari jawaban di atas sangat jelas bahwa tidak berpuasa karena sakit, atau berada dalam perjalanan. Menurut KH. Yahya Zainal Ma'arif (Buya Yahya) Pengasuh LPD Al-Bahjah Ceribon. Berikut ini 9 orang yang boleh untuk tidak berpuasa: anak kecil; orang gila; orang sakit; orang tua renta; hamil, menyusui, haid, nifas, musafir (lihat http://pintuislami.blogspot.co.id). Tapi bagaimana yang sehat, muda (baligh), normal dan kuat fisiknya dan tidak dalam perjalanan ? pertanyaan inilah yang perlu dijawab oleh umat islam dengan berbagai alasan. Penulis mencoba menguraikan beberapa jawaban yang diperoleh dari berbagai sumber yang tidak berpuasa selain dari jawaban al-qur’an yang dikemukakan sebelumnya. Pertama, dari pemuda (pelajar) yang sudah akil baligh, mengapa tidak puasa ? 1. Tidak biasa tidak makan dan minum disiang hari. 2. Belum saatnya. 3. Lemah dan tidak bersemangat. 4. Tidak makan sahur. 5. Karena teman. 6. Dirumah orangtua juga tidak puasa.Kemudian kedua, jawaban dari orang awam, diantaranya 1. Puasa itu urusan masing-masing. 2. Puasa itu hanya bagi yang mampu. 3. Karena bekerja keras, nanti tidak konsentrasi 4. Tergantung mod. 5. Karena menurut guru dan ilmu yang saya peroleh, percuma puasa kalau tak tahu hakikat puasa. 6. Masih ada kesempatan tahun depan dan masih banyak lagi jawaban-jawaban yang tidak berdasar untuk mencari alasan tidak berpuasa.
Berangkat dari jawaban tersebut, penulis menyimpulkan bahwa mengapa mereka yang tidak puasa karena tidak ada iman yang kuat disertai dengan kurangnya kebiasaan melakukan puasa-puasa sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW, dan ilmu yang diperoleh dengan tidak berdasar serta faktor keluarga dan lingkungannya. Maka sangat jelaslah Allah memerintahkan puasa bagi orang-orang yang beriman. Hanya orang yang berimanlah yang mampu berpuasa. Dalam hal ini keyakinan yang kuatlah untuk sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah dan RasulNya untuk meraih taqwa. Selain iman yang kuat, orang yang berpuasa memahami betapa meruginya meninggalkan puasa karena ia tahu betapa dahsyatnya Ramadhan,didalamna terdapat berbagai keutamaan-keutamaan dalam meraih pengampuanan, keberkahan dan berbagai tarbiyah untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Sangat pantaslah Rasululullah menangis dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?” Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih. Kemudian dari Ummu Mukminin Aisyah ra , Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Adalah Rasululluh SAW apabila masuk (tanggal) sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Baginda SAW bersedih dan bersiap-siap menghidupkan (beramal) pada malam hari (Riwayat Muttfaq Alaihi). Dalam Hadits lain Rasulullah Saw yang dituturkan Ibn Mas’ud ra: “Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku mengharapkan Ramadhan terus ada "sepanjang tahun ”(HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami). Semoga kita termasuk orang yang penuh berpuasa di bulan ramdhan tahun ini dan mengisinya dengan amalan-amalan sebagaimana diajarkan rasululullah SAW. Kita tidak tahu mungkin tahun ini kita dipertemukan dan janganlah menyia-nyiakannya serta tidak ada alasan untuk tidak berpuasa selain ketentuan di atas. Wallahu ‘alam bish shawwab

Jumat, 13 Mei 2016

MEMAKNAI SABAR DALAM HIDUP (Sekedar berbagi)

Pada suatu hari, penulis bertemu dengan salah seseorang PNS yang bekerja di bagian Perpustakaan dan Arsip Daeerah Kab. Kayong Utara di tempat pencucian motor, beliaupun bercerita panjang tentang kisah hidupnya, dari yang paling sulit sampai sekarang menuai keberhasilan. Selain itu juga banyak mendengar kisah-kisah dari orangtua dan melalui membaca kisah-kisah orang sukses terdahulu muncullah suatu keinginan untuk menulis artikel singkat ini. Dalam kesempatan ini, marilah kita merenungkan kembali hal yangmungkin sudah sering didengar dan dialami dalam hidup. Kita akan melihat bagaimana hubungan antara sikap sabar dengan kesuksesan hidup. Orang-orang yang sukses di dunia ini senantiasa menyisakan berbagai kisah unik tentang dinamika dan pasang surut perjuangan hidup, jatuh bangun dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Tanpa jiwa yang kuat dan sabar yang mereka miliki, maka tidaklah mungkin seseorang akan mencapai kesuksesan hidup. Sabar merupakan harta mati bagi sebuah kesuksesan. Hampir tidak ada kesuksesan tanpa didahului perjuangan dan kesabaran, penuh disiplin, dan tidak mudah putus asa. Dalam hal ini penulis kutip Firman Allah SWT dalam Q.S Baqarah ayat 249 tentang Nabi Daud yang dapat kita dijadikan hikmah:
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Ayat tersebut terkait dengan pengalaman Nabi Daud AS ketika memimpin pasukan kecilnya melawan tentara Jalut yang jumlahnya jauh lebih besar. Secara rasional tidak mungkin Nabi Daud AS dan pasukannya memenangkan peperangan terebut. Ternyata dengan janji Allah diluar akal manusia, Nabi Daud berhasil memenangkan peperangan ini karena kesabaran, keuletan dan kedisiplinan.

Selain itu kita dapat melihat 99 Asmaul Husna, yaitu As-Shabur (Yang Maha Penyabar) adalah salah satu nama dari Asma-Nya Allah AWT azza wa Jalla. Menurut Imam al-Ghazali, nama Allah ini mengandung pengertian bahwa Allah tidak tergesa-gesa menghukum para pelaku dosa. Kesabaran-Nya terhadap para pelaku perbuatan dosa (manusia) dengan tujuan memberikan waktu agar insyaf, dan kembali menemukan jalan yang diridhai-Nya.
Dengan kata lain, sabar merupakan sifat Allah Subhanahu wa ta’ala. Sabar mencerminkan sifat ke-Tuhanan-Nya yang sangat mulia. Bahkan dalam tingkatan tindakan keimanan sabar menempati posisi paling tinggi, tentunya dengan pahala yang tak terhingga. Seperti yang tercantum dalam surat az-Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.

Namun bagaimana sebagian asumsi masyarakat kita, kata ”sabar” selalu diidentikkan dengan musibah. Maksudnya sabar seolah hanya ada ketika manusia dihadapkan dengan musibah. Padahal tidak begitu adanya. Karena sesungguhnya bersabar jauh lebih berat ketika diterapkan dalam kondisi kehidupan yang normal dan bahagia. Memang berat seorang yang hidup miskin untuk bersabar dengan kondisi yang dialaminya dan tetap ingat dan berterimakasih dengan Rahmat-Nya. Akan tetapi lebih berat lagi ketika seorang yang berkedudukan, seorang pejabat, harus bersabar tetap berada dalam jalan yang diridhai-Nya, sedangkan disekililingnya bergelimangan harta dan kekuasaan yang tak putus-putusnya mengajak menuju kebejatan dan kesesatan.

Dapat dipahami bahwa sebagai manusiawibersabar memang pahit awalnya, akan tetapi manis akhirnya. Allah SWT memerintahkan sabar dalam menghadapi sesuatu yang tidak disenangi maupun yang disenangi. Begitu mulianya sebuah kesabaran sehingga Allah SWT memberikan pembelajaran kepada orang beriman agar menjadikan kesabaran sebagai pegangan, sebagai penolong  seperti yang dituntunkan dalam al-qur’an surat al-Baqarah ayat 153;
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Berdasarkan kalimat suci terebut bila dicermati dengan seksama dilihat cara penyebutan kata sabar mendahului kata sholat, menggambarkan bahwa kedudukan sabar tidaklah kalah penting dengan sholat. Ini dikarenakan segala sesuatu memang memerlukan kesabaran. Hingga masalah yang paling pentingpun yaitu sholat tidak ketinggalan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa sabar bukanlah berserah diri. Pasif menerima apa adanya. Namun, sabar harus disertai dengan usaha menuju kepada yang lebih baik.
Sebagai kesimpulan, marilah kita saling berwasiat akan pentingnya kesabaran sebagai kunci menuju sukses. Kesabaran yang aktif dan dinamis, bukan kesabaran yang pasif dan stagnan. Yakin bahwa setiap permasahalan hidup pasti ada jalan; petunjuk untuk menyelesaikannya (Q.S:94:5-6). Jadikanlah sabar itu sebagai penolong dan pegangan menuju hidup yang lebih baik. Baik dunia maupun di akhhirat. Wallahu’alam bisawwab.

Jumat, 11 Maret 2016

Kiat-Kiat Belajar sukses


Kiat-Kiat Belajar sukses dalam Perspektif Islam

Persiapan termasuk satu hal penting diantara hal lainnya dalam upaya meraih keberhasilan, apalagi waktu menuju saat UN tidaklah jauh lagi. Kesuksesan selalu diawali dengan kerja keras (cerdas) dan persiapan yang matang. Dalam sebuah kitab karya Ali Bin Naif as-Syahudi dikatakan :
 “barangsiapa yang mempunyai kemampuan dan persiapan matang untuk melakukan sesuatu, maka dia akan berhasil”
Saya mengawali tips islami ini dengan sebuah pertanyaan : “siapa yang paling berjasa dalam hidup Anda?” mungkin sebagian ada yang bertanya, apa hubungannya pertanyaan tersebut dengan tips menghadapi UN. Jawabannya adalah sangat dekat. Hal ini disebabkan, jawaban yang muncul dari pertanyaan tersebut akan menentukan langkah apa yang harus dilakukan demi sukses UN tersebut.
Tanpa bermaksud menafikan peran dan jasa pihak yang lain dalam kesuksesan, menurut saya, yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan setiap peserta didik adalah Allah, orang tua dan guru.
Allah adalah Dzat tempat berharap, Dzat tempat memohon, Dzat yang mengatur kehidupan manusia, Dzat yang memberi keberhasilan dan kegagalan, dan Dzat yang mampu merubah nasib manusia. Adapun orang tua merupakan orang yang berjasa besar dalam proses kehidupan kita, sejak dalam kandungan hingga dewasa. Keberadaan mereka sangat tinggi dan mulia dalam pandangan Allah. Karena mempunyai kedudukan yang tinggi tersebut, Allah memerintahkan setiap anak untuk berterima kasih kepada mereka pada urutan kedua setelah Allah. Dan juga keridho-an ataupun kemurkaan Allah kepada setiap anak manusia sangat ditentukan oleh keridho-an dan kemurkaan kedua orang tua.
Sedangkan guru adalah orang yang dengan sabar, telaten, gemati, dan penuh tanggung jawab mendidik dan mentransfer ilmunya kepada kita dalam proses pendidikan yang kita lakukan. Mereka, para guru, mendedikasikan segalanya demi keberhasilan pendidikan dan juga keberhasilan para siswa yang dibimbingnya.
Tips Islami Menghadapi Ujian Nasional
Setelah mengetahui pihak yang paling berjasa dan berperan dalam sukses kita, sekarang marilah kita berbicara tentang tips islami dalam meraih keberhasilan UN. Agar setiap peserta didik sukses dalam UN-nya, maka satu hal yang harus dilakukan adalah : perlakukan mereka yang berperan dan berjasa dalam kehidupan dengan semestinya! Tips islami yang saya maksud dalam menghadapi UN adalah bagaimana kita memperlakukan pihak-pihak yang berjasa dan berperan dalam kehidupan kita sebagaimana seharusnya.



Agar berhasil dalam Ujian Nasional (UN), kepada Allah para siswa harus :
1.    Menghamba kepada-Nya dengan beribadah secara sungguh-sungguh : memperbanyak shalat sunnah, puasa sunnah, dsb
2.    Memuji-Nya dengan ikhlas
3.    Memohon kepada-Nya dengan khusu’ dan penuh harap
4.    Mencari ridho Allah dengan banyak berbuat kebaikan di dunia, termasuk banyak bersodaqah
5.    Bertawakkal kepada-Nya setelah berusaha dengan sungguh-sungguh.
Catatan : dalam berdoa pergunakan waktu-waktu yang baik, misalnya adalah saat selesai shalat dan pada sepertiga malam yang terakhir sehabis menjalankan shalat tahajud. Sepertiga malam yang terakhir (antara jam 02.00 hingga menjelang subuh) adalah waktu yang paling baik untuk berdoa.
Agar berhasil dalam Ujian Nasional (UN), kepada orang tua siswa harus : mencari ridho mereka. Artinya, kita tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan orang tua marah, murka dan mengata-ngatai (mengutuk) kita dengan kata-kata yang buruk. Ingat kata-kata yang terucap dari mulut kedua orang tua kita (terlebih ibu) kepada kita dianggap oleh Allah sebagai sebuah permintaan dan sangat mudah untuk dikabulkan oleh Allah. Maka kita harus selalu melakukan hal-hal positif yang dapat menyebabkan orang tua bangga, bahagia dan ridho kepada kita.
Ridho orang tua dapat diperoleh dengan :
1.    Berbuat baik kepada keduanya (birrul walidain)
2.    Menghindari kedurhakaan kepada keduanya
3.    Mentaati perintahnya
4.    Segera mohon maaf atas kesalahan kita
5.    Mohon dido’akan
Catatan : kata-kata orang tua (khususnya ibu) untuk anak-anaknya dianggap oleh Allah sebagai doa dan sangat makbul (mudah dikabulkan oleh Allah).
 “Ridho Allah tergantung kepada ridho kedua orang tua dan murka Allah juga tergantung kepada murka kedua orang tua” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr)
Agar berhasil dalam Ujian Nasional (UN), kepada guru siswa harus :
1.    Menghormati dan menghargainya
2.    Mentaati perintahnya
3.    Mengerjakan tugas yang diberikan
4.    Menjadikannya sebagai guru, di dalam maupun di luar madrasah
5.    Segera meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat
Peran diri sendiri
Siswa juga memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan UN. Hal-hal yang dirasa perlu untuk dikerjakan demi sukses dalam ujian nasional (UN) adalah antara lain :
1.    Kerja keras
2.    Sungguh-sungguh
3.    Pantang menyerah
4.    Menentukan target
5.    Tidak mudah mengeluh
6.    Menghindari kemalasan
7.    Berdo’a
Dalam sebuah pepatah berbahasa Arab dikatakan :
Man jadda wajada
“siapa yang giat, sungguh-sungguh (kerja keras dan cerdas) dia yang dapat”

Pelajar muslim akan bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam menghadapi ujian-ujian kampus dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala disertai menempuh sebab-sebab syar’i, sebagai bentuk pengamalan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلا تَعْجَزْ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya tersendiri. Bersemangatlah dalam mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” [Shahih: Shahih Muslim(no. 2664)]
Di antara sebab-sebab itu adalah:
1:: Meminta kemudahan kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya dengan bentuk doa-doa yang disyariatkan seperti mengucapkan:
((رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي))
“Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.” [QS. Thaha [20]: 25]
2:: Mempersiapkan diri dengan tidur lebih awal, dan pergi ke tempat ujian sesuai waktunya.
3:: Membawa semua alat-alat yang diperlukan dan yang diperbolehkan seperti ballpoint, alat-alat teknik, kalkulator, dan jam. Sebab, bagusnya persiapan membantu menjawab pertanyaan.
4:: Membaca doa keluar rumah:
«بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ»
“Bismillah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 3426). Dinilai shahih oleh al-Albani]
«اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلَمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, dari menggelincirkan atau digelincirkan, dari menzhalimi atau dizhalimi, dari menjahili atau dijahili.” [Shahih:Sunan Abu Dawud (no. 5094) dan ini lafazhnya, Sunan an-Nasa`i (no. 5486, 5539), Sunan Ibnu Majah (no. 3884) dari Ummu Salamah. Dinilai shahih oleh al-Albani]
Jangan lupa meminta keridhaan orang tua karena doa keduanya kepadamu akan dikabulkan. [lihat al-Adab al-Mufrad lil Bukhari (no. 32) dan dinilai hasan oleh al-Albani–penj]
5:: Membaca basmalah sebelum memulai, karena membaca basmalah disyariatkan dalam memulai setiap perkara mubah karena di dalamnya ada keberkahan dan pertolongan Allah. Inilah di antara sebab datangnya taufik.
6:: Bertakwalah kepada Allah berkenaan teman-temanmu. Jangan sampai kamu menakut-nakuti dan membuat mereka cemas dalam menghadapi ujian. Menakut-nakuti merupakan penyakit berbahaya. Sebaliknya, doktrinlah mereka untuk optimis dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan yang dibenarkan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjadikan optimis seorang shahabat yang bernama Suhail (yang dimudahkan, nama lengkapnya Suhail bin Amr–penj) seraya bersabda:
«سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Semoga urusanmu dimudahkan.” [Shahih al-Bukhari (no. 2732)]
Medengar ungkapan, “Semoga sukses! Semoga lulus!” akan menjadikannya optimis setiap kali akan mengerjakan tugasnya. Maka, Optimislah bahwa dirimu dan teman-temanmu akan mudah menghadapi ujian.
7:: Berdoa kepada Allah agar menjauhkanmu dari kegelisahan dan ketegangan. Apabila ada soal yang terasa pelik bagimu, maka berdoalah kepada Allah agar memudahkannya untukmu. Dahulu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله apabila sulit memahami permasalahan beliau berdoa:
يَا مُعَلِّمَ إِبْرَاهِيْمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
“Wahai Yang mengajari Ibrahim, ajarilah saya. Wahai Yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, berilah saya pemahaman.” [`Ilamul Muwaqqi’in (IV/257, II/410) oleh Ibnul Qayyim]
8:: Pilihlah posisi duduk yang nyaman saat ujian, tegakkanlah punggungmu dengan baik, dan duduklah di atas kursi senyaman mungkin.
9:: Telaahlah soal ujian terlebih dahulu. Gunakanlah sepuluh persen dari waktu ujian untuk membaca soal dengan teliti dan mendalam, dan merinci kata-kata yang penting. Alokasikan waktu sesuai jumlah soal.
10:: Rancanglah pemecahan masalah untuk soal yang mudah dahulu, baru yang sulit. Saat membaca soal, tulislah komentar dan ide agar membantumu menjawab soal nanti.
11:: Jawablah soal menurut kadar kebutuhannya.
12:: Mulailah dengan menyelesaikan soal mudah yang kamu bisa. Setelah itu, mulai menyelesaikan soal yang sukar. Tinggalkan soal yang kamu belum bisa menjawabnya atau kamu memandang soal tersebut butuh waktu lama untuk sampai pada hasil jawabannya, atau soal yang memang telah ditentukan skornya sedikit.
13:: Pelan-pelanlah dalam menjawab soal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Pelan-pelan dari Allah dan tergesa-gesa dari setan.” [Hasan: Musnad Abu Ya’la (no. 4256),Sunan al-Kurba lil Baihaqi (no. 20767) dari Anas bin Malik. Lihat Shahihul Jami’ (no. 3011)]
14:: Pikirkanlah baik-baik jawaban untuk soal-soal pilihan ganda. Tempuhlah cara ini: Jika kamu merasa yakin jawaban itu benar, maka jangan pedulikan was-was. Jika kamu tidak yakin, maka mulailah membuang  kemungkinan-kemungkinan jawaban yang salah, kemudian tentukan jawaban yang benar dengan menghilangkan keraguan. Jika kamu merasa yakin dengan suatu jawaban, maka jangan pernah merubahnya hingga benar-benar kamu yakin jawaban itu salah –kecuali jika jawaban salah mengurangi poin–.  Metode ini menunjukkan bahwa jawaban benar pada umumnya kembali kepada diri masing-masing.
15:: Dalam mengerjakan ujian tulis (bukan pilihan ganda), berkonsentrasilah sebelum memulai menjawab. Tulislah kerangka soal dengan beberapa kata yang akan membantu pola pikir kamu dalam memecahkan soal tersebut.
16:: Tulislah poin penting jawaban kamu di awalnya, sebab hal inilah yang dicari korektor. Terkadang korektor tidak menemukan apa yang dia cari karena ia tersusup di ungkapan-ungkapan yang panjang lebar, sementara korektor inginnya cepat-cepat.
17:: Sisihkan sepuluh persen dari waktu ujian untuk mengecek jawabanmu. Jangan tergesa-gesa dalam mengeceknya, terkhusus lagi soal-soal hitungan dan penulisan angka. Tahan dirimu dari ketergesaan menyerahkan lembar ujian, dan jangan menggelisahkanmu sebagian peserta yang keluar lebih dini yang terkadang mereka pasrah karena tidak bisa menjawab soal.
18:: Jika telah usai ujian, kemudian kamu merasa telah keliru pada sebagian jawaban, maka ambillah buku untuk mengeceknya karena bisa menambah ilmu dan untuk menghadapi ujian lain kali, serta sebagai pelajaran agar kamu tidak lagi tergesa-gesa dalam menjawab soal.







Pasrahlah pada takdir Allah dan jangan menjadi korban frustasi dan pesimis. Ingatlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Dan jika sesuatu menimpamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya saya melakukan ini dan ini, tentu akan begini.’ Namun, katakan, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,’ karena ‘seandainya’ bisa membuka tipu daya setan.” [Shahih Muslim (no. 2664)]
19:: Ketahuilah! Haram bermain curang, baik pada materi bahasa asing dan yang lainnya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barangsiapa yang curang, maka dia bukan termasuk golongan kami.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 1315). Dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Albani]

Bermain curang merupakan bentuk kezhaliman dan jalan haram untuk mendapatkan apa yang bukan menjadi hak kamu berupa nilai tinggi, dilihat manusia, dan selainnya. Sebab, bersepakat dalam kecurangan merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan [Lihat QS. Al-Ma’idah [5]: 2–penj]
Tahanlah dirimu dari perkara haram, maka Allah akan mencukupi kamu dengan sebagian karunia-Nya. Tolaklah setiap wasilah dan sontekan yang datang kepadamu dari temanmu. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.
Hendaklah kamu mengingkari kemungkaran dan menentangnya. Bila perlu, laporkan apa yang kamu lihat sewaktu ujian baik sesudah dan setelahnya, dan ini bukanlah namimah yang terlarang, bahkan termasuk mengingkari kemungkaran yang wajib.
Nasehatilah orang-orang yang melakukan jual-beli jawaban atau yang mempublikasikannya, atau yang menyebarkannya lewat internet dan semacamnya, serta orang-orang yang menyiapkan kertas sontekan. Katakan kepada mereka agar bertakwa kepada Allah dan kabarkan kepada mereka akibat buruk perbuatan mereka itu.
Waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan kecurangan yang haram ini, seandainya mereka gunakan untuk mengulang pelajaran dan berlatih mengerjakan soal-soal tempo dulu, serta tolong-menolong dalam berbagi pemahaman sebelum ujian, tentu hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih kokoh daripada bersepakat dalam hal yang haram.
20:: Ingat-ingatlah apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi akhirat dan pertanyaan ujian di alam kubur serta jalan-jalan keselamatan di Yaumul Ma’ad
.((فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ))
“Maka, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka dialah orang yang beruntung.” [QS. Ali Imran [3]: 185]
Kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan beruntung di dunia, sekaligus sukses dan beruntung di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.