Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Sabtu, 05 September 2015

Memaknai Ilmu Sebagai Amanah

MEMAKNAI ILMU SEBAGAI AMANAH ALLAH SWT
OLEH : JAMANI


Marilah kita banyak bersyukur,  atas segala karunia dan nikmat allah swt yang kita rasakan hingga detik ini, selain diberikan jasad yang sehat, kita juga tergolong manusia yang sangat beruntung, meskipun disela kesibukan dalam memenuhi kebutuhan hidup, maka dengan cahaya keimanan yang tertanam dalam jiwa kita, sehingga kita dapat hadir untuk melaksanakan shalat fardhu jum’ah sebagaimana perintah allah dan rasulullah saw

maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Sholawat dan salam kita persembahkan kepada ikutan kita nabiyyallah muhammad saw.
Yang membawa umatnya dari kegelapan kepada cahaya terang benderang !

Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Marilah kita senantiasa selalu meningkatkan amal sholeh, agar kita selalu dalam petunjuk-nya, rahmat dan rahim-nya, sehingga mendapatkan predikat taqwa yang dimuliakan disisi-nya.


Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Hidup ini adalah ujian, salah satu ujian itu berupa amanah, menjalankan amanah adalah satu kewajiban, salah satu amanah tang akan disampaikan pada khutbal kali ini adalah amanah ilmu sebagai titipan dan milik allah swt.

Allah swt berfirman :

“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati allah dan rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (q.s al anfal: 27).

Bedasarkan ayat ini, kita bisa memahami bahwa allah dengan tegas melarang sifat khianat. Rasulullah dengan tegas membimbing umatnya untuk menjalankan amanah ilmu sekecil apapun amanah yang diberikan. Meskipun satu ayat.

Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Berkenaan dengan menjalankan amanah ilmu seperti yang dikemukakan, ada 4 prinsip yang mendasari kita dalam menjalankan amanah ilmu, harta dan keluarga.
1.    Menyampaikan ilmu dengan menjaga hak allah swt
2.    Menyampaikan ilmu dengan menjaga hak sesama manusia
3.    Menyampaikan ilmu dengan menjauhkan diri dari sifat berlebihan.
4.    Menyampaikan ilmu dengan mengandung sebuah pertanggungjawaban

 Kaum muslimin rahimakumullah
Dalam konteks keislaman, para ulama, pengajar, pelajar, mahasiswa dan sarjana harus menunaikan amanah yang ada di pundak mereka dengan mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan dan menyampaikannya kepada orang lain.

Dengan ilmu yang disampaikan haruslah memberikan dampak kebaikan dan manfaat bagi orang lain, menimbulkan rasa aman, menimbulkan kedamaian,  tumbuhnya kasih sayang dan persaudaraan ukhuswah islamiyah,
Pertama dengan mendepankan prinsip menjaga hak allah swt.

Dalam menyampaikan kebenaran, yakinlah bahwa kebenaran hanya milik allah, bukan dengan klaim / pengakuan kebenaran yang kita miliki dan pelajari.
Hal inilah yang saat ini berkembang di masyarakat kita, munculnya kelompok-kelompok dari eksklusiv, sekuler dan liberalis yang menciptkan pepercahan ummat,

Bergitu juga sebagai penuntut ilmu seharusnya tidak langsung menerima, haruslah kita lebih mengkaji, bukan sekedar mendengar dan membaca kitab-kitab secara tekstual, tetapi belajar yang dituntun dan dibimbing sehingga menghindari distorsi atau penyimpangan pemahaman dalam keberislaman di masyarakat.

Kemudian dalam menyampaikan ilmu kita harus menghormati hak sesama manusia, yaitu hak ingin dicintai dan dihargai, bukan saling mendikte, melecehkan, apalagi saling memvonis sehingga menyakitkan dan sampai memutuskan tali kasih sayang allah,Dalam hal ini allah swt berfirman :
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?

Mereka itulah orang-orang yang dila'nati allah dan ditulikan-nya telinga mereka dan dibutakan-nya penglihatan mereka (q.s muhammad 22-23)

Para hadirin jemaah jumah rahima kumullah
 jangalah kita menyampaikan ilmu yang melampaui batas dan berlebihan, ketahuilah bahwa kita sangat sedikit dititipkan tentang ilmu dan ajarkanlah dengan bimbingan dan tuntunan sebagaimana yang diajarkan rasululullah dengan sifatnya penuh kebijaksanaan, penuh kecintaan dan kasih sayang, sesuai porsi dan  kemampuan yang kita miliki,

Dengan meyakini bahwa setiap kata; kalimat dan pernyataan ilmu yang disampaikan sehingga menjadi perilaku dan pemahaman seseorang dalam kehidupannya, akan dimintai pertanggujawaban dihadapan allah swt di akhirat kelak.
Para hadirin sidang jum’ah rahimakumullah
Adapun hikmah dalam meyakini bahwa ilmu itu milik allah swt.

Pertama,
1.       Membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan allahswt, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkandengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepadayang maha mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber- taqorub kepada-nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.
2.       Dengan menyadari bahwa ilmu allah swt sangat luas, tidak ada satupun -betapa pun kecil dan halusnya- yang luput dari ilmu nya, maka manusia akan dapat mengontroltingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai allahswt.
3.       Keyakinan terhadap ilmu allah swt akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya

Demikilanlah khutbah singkat ini , semoga ilmu yang kita miliki yang sangat sedikit ini dapat bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat dan yakin bahwa setiap kata, kalimat yang kita ucapkan akan dimitai pertanggunjwaban dihadapan allah swt.
Dan jadikanlah ilmu kita ini membawa kedamaian, kasih sayang sehingga terciptanya ukhuwah islamiyah dalam kehidupan kita.