SUARA JAMANI: TETES AIR MATAKU DIAKHIR RAMADHANOase Ramadhan
Matinya hati adalah kehidupan dan kehidupan hati adalah ilmu
Imam Al-Ghazali
Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran
Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi
Rabu, 07 Agustus 2013
Selasa, 06 Agustus 2013
TETES AIR MATAKU DIAKHIR RAMADHAN
TETES AIR MATAKU DIAKHIR RAMADHAN
oleh : Jamani, S.Pd.I
Sebulan penuh
bersama-mu..segala hal nafs (diri) tertahan untuk mengaharapkan keridhoaan-Mu
ya’’Allah..dan safaatmu wahai Nur Allah Muhammad SAW. Dari awal kupersiapkan
untuk beribadah namun –Ku tetap saja disibukkan duniawi yang seolah
mengisolasiku...Wahai Ramadhan engkau telah siapkan segala pintu Keberkahan,
kemapunan, kenikmatan, dan kedamaian..untuk mensucikan hati ini yang penuh Dosa
dan Kemaksiatan..
Aku terlena..aku
tak menyadari bahwa apa yang kulewatkan dihari-hari..MU
Sebuah penantian
ku sia-siakan ..apakah aku akan bertemu dengan –Mu...
Aku hina
dari kehidupan duniawi yang meyelimuti hati ini hingga ayat-ayat suci
terlupakan..
Aku akui
wahai ramadhan ..aku sadar wahai ramadhan al-Mubarok,
Menahan diri
bukan karena kekuatan fisik yang kau harapkan wahai ramadhan,..tapi hati yang
diselimuti “iman” dan Ketaatanlah yang menjadikan engkau mulia dan engkau bulan
mulia dari seribu bulan. Engkau mulia karena engkau terpilih menjadi waktu
turunnya Firman Maha Suci..Maha Mulia, Maha Agung, ..
Maha
Kholiq Bersumpah demimu wahai Ramadhan bahwa engkau adalah bulan-Nya...
Engkau adalah
Hak-Nya..Engkau terpilih ..Engkau adalah tempat dimana apa yang ada dilangit
turun kebumi dimalam lailatul Qadr..
Astaghfirullah..astaghfirullah..Astaghfirullah..engkau
meninggalkan-KU wahai Ramadhan..egkau memberikan banyak makna dalam
hidup..ku..meski aku menyesali perbuatan-Ku..namun aku tetap tidak berputus asa
mengharapkan ampunan..aku tetap terus hidup ..aku tetap optimis sebagaimana
engkau mengajarkan-Ku..Wahai Ramdhan..
Dimalam ini
sepi ku rasakan..tiada lagi kudengar ayat-ayat suci dikumandangkan, bergema
disaat tradisi khatam dilakukan..
Aku tak
tahan menahan air mataku..wahai ramdhan..akankah kita bertemu lagi di tahun
akan datang..semoga sang Khaliq memberiku nyawa panjang..dan bertemu dengan
mu..
Selamat tinggal
ramadhan..akan kutunggu engkau..akan ku sambut engkau ..Ramadhan al-Mubarok..
Aku mencintaimu
ramadhan..aku merindukanmu.
Jumat, 02 Agustus 2013
Cara dan Ketentuan Shalat Id (ied)
Berbagai cara shalat idul fitri sudah banyak yang menjelaskan tentunya. untuk menambah pengetahuan anda, kali ini saya infokan Cara dan Ketentuan Shalat Idkembali dari sumber yg terpercaya, tentang cara shalat iedul fitri (shalat ied)
1. Sutrah (pembatas shalat) bagi imam
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju lapangan pada hari raya, beliau memerintahkan untuk menancapkan bayonet di depan beliau, kemudian beliau shalat menghadap ke benda tersebut. (H.r. Al-Bukhari)2. Shalat Idul Fitri dua rakaatUmar bin Khaththab mengatakan, “Shalat Jumat dua rakaat, shalat Idul Fitri dua rakaat, shalat Idul Adha dua rakaat ….” (H.r. Ahmad dan An-Nasa’i; dinilai sahih oleh Al-Albani)3. Shalat dilaksanakan sebelum khotbahDari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma; beliau mengatakan, “Saya mengikuti shalat id bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khotbah.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)
Takbiratul ihram di rakaat pertama lalu membaca doa iftitah, kemudian bertakbir tujuh kali. Di rakaat kedua, setelah takbir intiqal, berdiri dari sujud, kemudian bertakbir lima kali.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir ketika Idul Fitri dan Idul Adha; di rakaat pertama sebanyak tujuh kali takbir dan di rakaat kedua sebanyak lima kali takbir selain takbir rukuk di masing-masing rakaat.” (H.r. Abu Daud dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takbir ketika shalat Idul Fitri: tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali di rakaat kedua, dan ada bacaan di masing-masing rakaat.” (H.r. Abu Daud dan At-Turmudzi; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Al-Baghawi mengatakan, “Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat maupun orang-orang setelahnya. Mereka bertakbir ketika shalat id: di rakaat pertama tujuh kali –selain takbiratul ihram– dan di rakaat kedua lima kali –selain takbir bangkit dari sujud–. Pendapat ini diriwayatkan dari Abu bakar, Umar, Ali … radhiallahu ‘anhum ….” (Syarhus Sunnah, 4:309; dinukil dari Ahkamul Idain, karya Syekh Ali Al-Halabi)
Artikel ini bersumber dari : oleh Ustadz Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com).
5. Mengangkat tangan ketika takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengangkat kedua tangan setiap takbir shalat id.” (Ahkamul Idain, hlm. 20)
Akan tetapi, terdapat riwayat dari Ibnu Umar bahwa beliau mengangkat kedua tangan setiap takbir tambahan shalat id. (Zadul Ma’ad, 1:425)
Al-Faryabi menyebutkan riwayat dari Al-Walid bin Muslim, bahwa beliau bertanya kepada Imam Malik tentang mengangkat tangan ketika takbir-takbir tambahan. Imam Malik menjawab, “Ya, angkatlah kedua tanganmu setiap takbir tambahan ….” (Riwayat Al-Faryabi; sanadnya dinilai sahih oleh Al-Albani)
Keterangan:
Takbir tambahan: Takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama, dan sebanyak 5 kali pada rakaat kedua.
6. Zikir di sela-sela takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang zikir tertentu di sela-sela takbir tambahan.” (Ahkamul Idain, hlm. 21)
Meski demikian, terdapat riwayat yang sahih dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu; beliau menjelaskan tentang shalat id, “Di setiap sela-sela takbir tambahan dianjurkan membaca tahmid dan memuji Allah.” (H.r. Al-Baihaqi; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Ibnul Qayyim mengatakan, “Disebutkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau menjelaskan, ‘(Di setiap sela-sela takbir, dianjurkan) membaca hamdalah, memuji Allah, dan bersalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.’” (Zadul Ma’ad, 1:425)
Artikel ini bersumber dari : oleh Ustadz Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com).
5. Mengangkat tangan ketika takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengangkat kedua tangan setiap takbir shalat id.” (Ahkamul Idain, hlm. 20)
Akan tetapi, terdapat riwayat dari Ibnu Umar bahwa beliau mengangkat kedua tangan setiap takbir tambahan shalat id. (Zadul Ma’ad, 1:425)
Al-Faryabi menyebutkan riwayat dari Al-Walid bin Muslim, bahwa beliau bertanya kepada Imam Malik tentang mengangkat tangan ketika takbir-takbir tambahan. Imam Malik menjawab, “Ya, angkatlah kedua tanganmu setiap takbir tambahan ….” (Riwayat Al-Faryabi; sanadnya dinilai sahih oleh Al-Albani)
Keterangan:
Takbir tambahan: Takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama, dan sebanyak 5 kali pada rakaat kedua.
6. Zikir di sela-sela takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang zikir tertentu di sela-sela takbir tambahan.” (Ahkamul Idain, hlm. 21)
Meski demikian, terdapat riwayat yang sahih dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu; beliau menjelaskan tentang shalat id, “Di setiap sela-sela takbir tambahan dianjurkan membaca tahmid dan memuji Allah.” (H.r. Al-Baihaqi; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Ibnul Qayyim mengatakan, “Disebutkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau menjelaskan, ‘(Di setiap sela-sela takbir, dianjurkan) membaca hamdalah, memuji Allah, dan bersalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.’” (Zadul Ma’ad, 1:425)
5. Mengangkat tangan ketika takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengangkat kedua tangan setiap takbir shalat id.” (Ahkamul Idain, hlm. 20)
Akan tetapi, terdapat riwayat dari Ibnu Umar bahwa beliau mengangkat kedua tangan setiap takbir tambahan shalat id. (Zadul Ma’ad, 1:425)
Al-Faryabi menyebutkan riwayat dari Al-Walid bin Muslim, bahwa beliau bertanya kepada Imam Malik tentang mengangkat tangan ketika takbir-takbir tambahan. Imam Malik menjawab, “Ya, angkatlah kedua tanganmu setiap takbir tambahan ….” (Riwayat Al-Faryabi; sanadnya dinilai sahih oleh Al-Albani)
Keterangan:
Takbir tambahan: Takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama, dan sebanyak 5 kali pada rakaat kedua.
6. Zikir di sela-sela takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang zikir tertentu di sela-sela takbir tambahan.” (Ahkamul Idain, hlm. 21)
Meski demikian, terdapat riwayat yang sahih dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu; beliau menjelaskan tentang shalat id, “Di setiap sela-sela takbir tambahan dianjurkan membaca tahmid dan memuji Allah.” (H.r. Al-Baihaqi; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Ibnul Qayyim mengatakan, “Disebutkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau menjelaskan, ‘(Di setiap sela-sela takbir, dianjurkan) membaca hamdalah, memuji Allah, dan bersalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.’” (Zadul Ma’ad, 1:425)
6. Zikir di sela-sela takbir tambahan
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan, “Tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang zikir tertentu di sela-sela takbir tambahan.” (Ahkamul Idain, hlm. 21)
Meski demikian, terdapat riwayat yang sahih dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu; beliau menjelaskan tentang shalat id, “Di setiap sela-sela takbir tambahan dianjurkan membaca tahmid dan memuji Allah.” (H.r. Al-Baihaqi; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Ibnul Qayyim mengatakan, “Disebutkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau menjelaskan, ‘(Di setiap sela-sela takbir, dianjurkan) membaca hamdalah, memuji Allah, dan bersalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.’” (Zadul Ma’ad, 1:425)
7. takbir ketika shalat Idul Fitri
Setelah selesai bertakbir tambahan, membaca ta’awudz, membaca Al-Fatihah, kemudian membaca surat dengan kombinasi berikut:
- Surat Qaf di rakaat pertama dan surat Al-Qamar di rakaat kedua.
- Surat Al-A’la di rakaat pertama dan surat Al-Ghasyiyah di rakaat kedua.
8. Tata cara shalat Idul Fitri selanjutnya
“Tata cara shalat id selanjutnya sama dengan shalat lainnya, tidak ada perbedaan sedikit pun.” (Ahkamul Idain, hlm. 22)
Itulah tata cara shalat idul fitri semoga bermanfaat untuk anda di bulan ramadhan tahun ini. - See more at: http://peluangusahabisnisbaru.blogspot.com/2013/07/cara-shalat-idul-fitri-ied.html#sthash.eYyvfFso.dpuf
8. Tata cara shalat Idul Fitri selanjutnya
“Tata cara shalat id selanjutnya sama dengan shalat lainnya, tidak ada perbedaan sedikit pun.” (Ahkamul Idain, hlm. 22)
Itulah tata cara shalat idul fitri semoga bermanfaat untuk anda di bulan ramadhan tahun ini. - See more at: http://peluangusahabisnisbaru.blogspot.com/2013/07/cara-shalat-idul-fitri-ied.html#sthash.eYyvfFso.dpuf
Itulah tata cara shalat idul fitri semoga bermanfaat untuk anda di bulan ramadhan tahun ini. - See more at: http://peluangusahabisnisbaru.blogspot.com/2013/07/cara-shalat-idul-fitri-ied.html#sthash.eYyvfFso.dpuf
Itulah tata cara shalat idul fitri semoga bermanfaat untuk anda di bulan ramadhan tahun ini. -
4. Bacaan Takbir ketika shalat Idul Fitri
Semua kombinasi tersebut terdapat dalam riwayat Muslim, An-Nasa’i, dan At-Turmudzi.