SINOPSIS
Cerita “Sidang Panape & Sebugal ” dimulai
dua pengawal kerajaan bersama-sama dayang-dayang untuk melihat kesiapan
dilapangan, setelah rakyat sukadana dengan sukacita membantu kerajaan untuk
perhelatan besar yang akan dilaksanakan. Meskipun waktu yang seharusnya mereka
gunakan bekerja di sawah, karena kepatuhan dan taat pada kerajaan, merekapun
meluangkan waktu untuk bergotong royong. Dilanjutkan hadirnya seorang Raja (38)
yang resah dan gelisah atas tuntutan rakyatnya atas perbuatan adiknya Pangeran
sidang Panape (42). Ia didampingi Permaisuri (25), Perdana Menteri (50), ahli
Nujum (52) dan Para Hulu Balang ( +35). Kemudian kegelisahan
tersebut semakin rumit setelah Pangeran Sakti mandraguna, (40) tahun,
mengalahkan tentara Belanda dengan kecerdikan dan kecerdasannya. ia mengajak berduel dengan
tentara belande, tapi bukan berduel dengan orang, tapi dengan meriam, pangeran
meminta belanda meledakkan meriam di kedua telinganya dengan tenang pangeran
berdiri di moncong meriam setelah mendapat aba-aba, meriam pun disulut dan
mengeluarkan dentuman, asappun mengepul sehingga pangeran tidak terlihat. air
mata pun mengalir, mengira pangeran hancur berderai, tetapi, di luar dugaan
setelah asap menipis, pangeran masih berdiri tegak tanpa luka sedikit pun
sambil sesekali mengibaskan pakaiannya yang berdebu akibat peluru meriam.
Rakyatpun pun riang gembira menyaksikan peristiwa menakjubkan itu. setelah
kejadian itu belanda pun meninggalkan sukadana, tapi pangeran tidak puas,
akhirnya ia berteriak dengan lantang di atas gunung lalang. Pangeran sidang
penape pun semakin berang dan segera mengambil meriam serta menembak
kapal-kapal belanda itu. satu persatu kapal belanda beserta serdadu di dalamnya
tenggelam terkena tembakan.
Setelah kejadian tersebut,
Raja sukadana bersama menterinya mengadakan musyawarah untuk melakukan
pengorbanan sidang panape dengan tidak menumpahkan darah lebih banyak yang
sudah bertahun-tahun ia lakukan. Hasilnya nihil tidak menyelesaikan
permasalahan rakyat sukadana. Dengan moment kemenangan atas Belanda, dan
berdasarkan penerawangan ahli nujum kerajaan, akhirnya perhelatan pengorbanan
pun disiapkan sedemikan rupa untuk mengorbankan sidang panape. Kerajaan bersama
rakyat bergotong royong membuat tempat pengorbanan. Namun dalam proses
pengorbanan tersebut para hulu balang tidak mampu membunuh sidnag panape.
Akhirnya pangeranpun merasa keibaannya terhadap keinginan adiknya, ia pun
memberitahukan rahasian kesaktiannya kepada raja Sukadana. Dengan rasa berat
hati Raja pun melaksanakan pemintaan dari kakaknya sendiri. Sidang panape pun
dibunuh dengan keris kuno yang bergagang dari tebu, selama 7 hari sebelum
kematiannya ia ditemani wanita perawan untuk menemaninya yang akan menjadi
istri terakhirnya. Setelah 7 hari, Istri sidang terakhir panape pun hamil dan
melahirkan seorang anak yang tekbuniknya menjadi batu, yang disebut dengan Batu
sibugal.
KONSEP ALUR
Cerita ini terdiri
dari tiga babak,
Babak pertama di halaman Istana, 2 Pengawal dan 2 Dayang disuruh untuk memeriksa dan mempersiapkan
ruangan istana sedemikian rupa, akhirnya terjadilah dialog antara pengawal
berbadan kurus dan gemuk. Pengawal 1 masih merasakan keharuan atas kemenangan
sidang Panape dalam mengusir tentara Belanda.
Babak kedua Raja dan Permaisurinya datang dengan rombongan
menuju peraduan singgasana dihalaman Istana, dengan disambut tarian persembahan
kerajaan, kemudian terjadilah konflik antar dua saudara Raja Sukadana dan
Pangeran Sidang Panape.
Babak ketiga Raja
menunggu kematian Sidang Panape, akhirnya datanglah seorang wanita istri
Pangeran sidang Panape..Hamil lahir di Istana, dengan keluarlah tekbunik
membatu yang disebut “Sibugal”
NASKAH
DRAMA
BABAK I
KOKOK AYAM
MUSIK
DI HALAMAN ISTANA, RAKYAT BERGOTONG ROYONG ,
PARA PELAYAN DAYANG DAN GOYANG GEMULAI DISUSUL DENGAN DUA PENGAWAL 1 DAN 2
MASUK KE HALAMAN ISTANA DIBERIKAN TUGAS UNTUK MEMBERSIHKAN DAN MEMERIKSA ISTANA
UNTUK PERSIAPAN PENGORBANAN TERJADILAH KEPONGAHAN DAN DIALOG ANTARA DUA
PENGAWAL 1 DAN 2 DIKUTI 2 DAYANG KERAJAAN
Pengawal
1 : “Aku Kire Belande,
Rupenye Kau ...
Pengawal
1: “Hei Kawan,
Pengawal
2: “Ye ...Ngape..Berite
Ape Gik Yang Nak Kau Beritahu Aku Ni..
Pengawal
1: “Eh..Macam Tahu Pulak
Kau Ni..
Pengawal
2: “Gimane Aku Nak Tahu
Setiap Kau Jumpe Aku Ade Jak Yang Nak Kau Ceritekan..Nah..Sekarang Cerite Ape
Gik Yang Nak Ceritekan Ke Aku Ni..?”
Pengawal
2: “He..He..Itulah
Spesialnye Aku..Maklumlah Aku Ni..Kan Sang Juare Bercerite Setanah
Kayong..Hhe?”
Pengawal
1: “Dah..Dah Cepat
Sikit..Penonton Tu Dah Dak Sabar Gik..Ape Yang Nak Kau Ceritekan Ke
Kami’-Kami’ni” Betul Dak Mak Dayang-Dayang”
Dayang1,2
: (Serentak) Betollll...
Dayang
1 : “Capatlah Sikit,
Bercerite Tu, Usah Nak Betele-Tele Gik .., Raje Dah Mau Datang”
Pengawal
1 : “Oke-Oke, Sebelum Aku
Becerite Aku Nak Nyapa Penonton, Lok..
P–E-N-O-N-T-O-N
? Ladies And Gentlemen”Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Abang-Abang, Kakak-Kakak, Adik,
Dan Semuanya.
Cerite
Ni Hanye Sandiwara..Sekali Lagi Sandiwara..Dan Benar-Benar Sandiwara,
Pementasan
Ni, Hanye Cerite Yang Diadaptasi Dari Tulisan Datok Ayahanda Gusti Mulie,
Sekali Lagi Di A-D-A-P-T-A-S-I.
Pengawal
2 : Ape Tu Diadaptasi
Saudare cobe kau jelaskan ape itu adaptasi tu.??
Pengawal
1 :Itulah Kau..Disuruh
Sekolah Tak Mau Belajar..Tidok Jak Kerje Kau..Tu..Mental..Kayak Gini Ni..yang
tak baik untuk kemajuan daerah..Mudah Nak Nyerah..
Pengawal
1: “kenak gik aku ni”
iyelah..iyelah kau jelaskanlah lok ape tu adaptasi”
Pengawal
1 : “diadaptasi tu
maksudnye Dalam dunia literatur, adaptasi adalah suatu proses
"penerjemahan" suatu karya literatur ke dalam media yang berbeda,
seperti drama atau film. Jadi Apabile Ade Yang Tak Cocok..Tolonglah
Dicocok-Cocokkan..Dan Apabile Ade Yang Menyinggung, Disengaje..Maupun Tak
Sengaje, Kami Seluruh Tim Mohon Maaf..Sekali Mohon Maaf Ini Hanya Sandiwara
!!!! ya,,..benar-benar sandirwara !”
Pengawal
2: “Hoi.. !!! Lamak
Gak..Kau Ni Nak Bercerite Ke Nak Buat Cerite ?
Pengawal
1: “Oke..Oke..Ginik
Ceritenye..Dengar Ye..Dengar Ye...
(PENGAWAL
1 PUN BERCERITA DENGAN PENUH SEMANGAT TENTANG KEJADIAN MENAKJUBKAN YANG
DILAKUKAN SIDANG PANAPE MELAWAN TENTARA BELANDA)
PENGAWAL1: “Pangeran Sidang Panape, Adalah
Orang Yang Sakti Mandraguna, Dan Cerdas, Ia Berunding Untuk Mengajak Belanda
Berduel, Tapi, Bukan Berduel Dengan Orang, Melainkan Dengan Meriam”. Belanda
Pun Terkejut, Pangeran Meminta Belanda, Meledakkan Meriam Di Kedua Telinganya.
Dengan
Tenang, Pangeran Berdiri Di Moncong Meriam, Setelah Mendapat Aba-Aba, Meriam
Pun Disulut Dan Ditembakkan ! Dum...Dum..Dum.!!!
Asappun
Mengepul, Pangeran Tidak Terlihat. Air Mata Kami Pun Mengalir, Dikira Pangeran
Hancur Berderai, Tetapi, Di Luar Dugaan Setelah Asap Menipis.
Ternyata,
! Pangeran Masih Berdiri Tegak, Tanpa Luka Sedikit Pun, Dengan Gagah Pangeranpun Mengibaskan
Pakaiannya Yang Berdebu. Kami Pun Riang Gembira, Menyaksikan Peristiwa Yang
Menakjubkan Itu.
Setelah
Kejadian Itu, Belanda Pun Meninggalkan Negeri Kita, Pangeran Tidak Puas, Dia
Pun Berteriak Dengan Lantang Di Atas Gunung Lalang”
“Tembak..Tembak..Tembak
!!!!
Pangeran
Semakin Berang Dan Segera Mengambil Meriam, Menembak Kapal-Kapal Belanda,. Satu
Persatu Kapal Belanda Hancur
Tenggelam,....
Akhinrya Kite
Menang..Menang..Menang Hebatkan...??? Ha..Ha..Ha..Ha
SETELAH
PENGAWAL CERITA DENGAN PENUH SEMANGAT”..DAYANG TERKEJUT MENDAPATI PENGAWAL 2
MELAMUN DENGAN MENGELENG-GELENGKAN KEPALANYA KESAL DENGAN
PENGAWAL 2
(MUSIK)
PENGAWAL dan DUA DAYANG:
“Wah..Wah..PAK Pengawal..Kau
Dengar Tak Aku Becerite Tadi Tu..
PENGAWAL
2: “Cerite ape
ye..aku..aku..aku..(tergagap-gagap)
DAYANG
1 : Jadi Panjang Lebar
Dia Bercerita, Kau Tak Dengar Memanglah Kau Ni...Kau Ni Pengawal Ke Pengayal” (SAMBILMEMUKULKAN LAP KE MUKA PENGAWAL
YANG SEDANG MELAMUN DAN MENINGGALKAN ISTANA).
PENGAWAL
1: “Ih..Ih Aku Heran Dengan Kau Ni..Entah Gimane Ye,
Kerajaan Bise Ngangkat Kau Pengawal Istane Ni..? Jangan-Jangan Kau Nyogok
Ye..Kau Nyogok Ye..
PENGAWAL
2: “Eh Janganlah Keras, Keras,
Malulah Aku Kawan”
PENGAWAL
1: “Ini..Ni..Yang Tak Beres
Ni, Gimane Daerah Kita Mau Maju, Hidup Nak Bergantong Dengan Orang Terus, Kalau
Mau Hidup Maju Tu, Harus Mandiri, Kerja Keras, Makanye Raje Kite Mau
Mental-Mental Yang Seperti Ini Harus Dibasmi Dikerajaan Kite Ni”
DAYANG
2: “Betul Tu...Jangan Jak Banyak Melamun Banyak
Merenung, Tapi Kerja Nyate Tu Yang Penting, Jelas Hasilnye, Barulah Rakyat Kite
Makmur
PENGAWAL
1: “Sudahlah Kawan, Sepertinya
Tempat Ini Sudah Beres Ayo Kite Keluar, Sebentar Lagi Raje Kite Pun Mau
Datang.. Ayo Kita Pergi”
PENGAWAL
2 : “Iya
Ya..Ayo...(Meninggalkan Istana Dengan Iringan Musik )
BLACKOUT
PENAMPILAN 1
BABAK
II
(TERDENGR GONG, PERTANDA
PARA MENTERI, HULU BALANG, PARA PENDEKAR PUN MEMASUKI ISTANA RAJA PUN MEMASUKI
KERAJAAN. PARA UNDANGAN YANG HADIRPUN BERDIRI DAN MEMBERI HORMAT KEPADA RAJA
SUKADANA. TARIAN PERSEMBAHAN PUN DI TAMPILKAN)
SETELAH TARIAN PERSEMBAHAN,
TERJADI PEMBICARAAN PANJANG ANTARA RAJA, MENTERI, HULU BALANG, DAN
PERMAISURINYA.
RAJA MEMPERTANYAKAN KONDISI
RAKYAT SUKADANA KEPADA PERDANA MENTERINYA DAN PARA HULU BALANGNYA:
Raja
Sukadana : “Perdana
Menteri, bagaimanakah kondisi rakyatku hari ini !!!
Perdana
Menteri: “sangat
baik tuanku, setelah paduka memberikan titah kepada rakyat pentingnya semangat
kerja keras dan gotong royong untuk kemakmuran rakyat, mereka
berbondong-bondong bekerja dengan giat, hasil panenpun meningkat !!!ampun
tuanku
Raja
Sukadana: “hulu
balang benarkah itu ?
Hulu
balang 1: “Benar
Tuanku, rmereka semakin menyadari bahwa untuk maju haruslah dimulai dalam diri
sendiri dan tidak mudah menyerah dengan keterbatasan”
Raja
Sukadana: “tapi
yang paling penting adalah kalian sebagai pejabat istana, jangan pernah
mengambil hak-hak mereka, agar kerajaan kita semakin kuat. Karena kekuatan
kerajaan kita terletak pada kekuatan rakyat”.
Untuk
itu aku ingin mengucapkn terima kasih kepada kalian dan rakyatku..”
PERDANA MENTERI, HULU
BALANG MENGANGGUK, SEBAGAI SIMBOL TERIMAKASIH KEPADA RAJA SUKADANA YANG BIJAK
YANG DIIKUTI TERIAKAN KERAS.
RAKYAT
: “Hidup
Raja Sukadana, Hidup Raja Sukadana, Hidup Raja Sukadana !!
RAJA
SUKADANAPUN MENGANGKAT TANGANNYA UNTUK SUPAYA RAKYAT BERHENTI BERTERIAK. IA PUN
BERDIIR DENGAN GAGAHNYA.
Raja
Sukadana: “Perdana Menteri, (BERDIRI)
Perdana Menteri: “Ya..Paduka ?
Raja
Sukadana: “Apakah
Hasil Musyawarah Semalam, Sudah Menjadi Keputusan Yang Bulat ...
Perdana
Menteri: “Ampun
Paduka..Sudah Paduka, Berdasarkan Penerawangan Ahli Nujum Bahwa Hari Ini Adalah
Hari Yang Tepat Untuk Pengorbanan”
Raja
Sukadana: “Benar-Kah
Ahli Nujum”
Ahli
Nujum : “Benar
Paduka” Dari Apa Yang Hamba Lihat ..Hari Ini Adalah Waktu Yang Dinanti-Nantikan
Tuanku...
Raja
Sukadana: “Jika
Benar” Bagaimanakah Kematian Abangku”
Ahli
Nujum: “Itu
Tidak Pasti Tuanku”
Raja
Sukadana: “Apa
Maksudmu Ahli Nujum”
Ahli
Nujum: “Ampun
Paduka”Aku hanya bisa meramal tapi tidak bisa memastikan “
Permaisuri: “Kanda, Sabarlah
Kanda”
Ada
Apa Kanda, Mengapa Kamu Sangat Gelisah, Bukan Kah Keputusan Ini Untuk Kebaikan
Kita Bersama, Untuk Rakyatmu ? Rakyat Sukadana
Raja
Sukadana: “Dia Abangku
Dinda, “Air Ditetak Tak Akan Putus”
..Aku Sangat Menyayanginya, Dari Kecil
dialah yang Menjagaku, Hingga Hari Ini aku tetap menjadi Raja”
Permaisuri: “Dinda Mengerti
Kanda, Dinda Yakin Semua Yang Hadir Disini Sangat Menyanginya, Tapi.. Ini Jalan
Yang Terbaik, Kanda..?”
Raja
Sukadana: “Aku
Mengerti, Tapi “...
Permaisuri: “Tapi
Apa..kanda?? Kanda Mau Mengorbankan ketentraman rakyat sukadana..Sudah Banyak
Kanda.. Jangan Ada Korban Lagi....Rakyat Kita Sudah Banyak Yang Sengsara Atas
Perbuatan Abang...Ini Kezaliman Dosa Besar Kanda ??
Hulu
Balang1: “Ampun
Tuanku..Iya Benar Tuanku..Apa Yang Dikatakan Permausri ..Kita Tidak Mau Ada
Lagi Korban Yang Baru...Kasihanilah Kami Tuanku..Jika Ini Dibiarkan
Berlarut-larut Bagaimana Nasib Keturunan Kami Nanti, Ini Sudah
Bertahun-Tahun...Ampun Tuanku.”
Hulu
Balang2-3: “Ya
Tuanku..Kasihanilah Kami”
Raja
Sukadana :
SUASANA SEMAKIN KALUT
AKHIRNYA PENGAWAL MEMBERIKAN KABAR BAHWA SIDANG PANAPE MENGHADAP KE ISTANA ?
PENGAWAL1,2:
“Ampun
Tuanku,..Pangeran Sudah Menuju Halaman Istana !!
Raja
Sukadana: “Baiklah,
Jika Ini Menjadi Jalan Terbaik Untuk Kita Semua, Aku Akan Melaksanakan
Keputusan Ini”.
”Bawa
Pangeran Masuk Ke Halaman Istana”
Pengawal1
dan 2: “Baiklah
Tuanku”
SIDANG
PANAPE DENGAN GAGAHNYA MENGHADAP KE ISTANA, RAJA SUKADANA, KEDUA BERSAUDARA
ITUPUN LANGSUNG BERPELUKAN CUKUP LAMA, MENGGAMBARKAN BETAPA ERATNYA RASA
PERSAUDARAAN DI ANTARA KEDUANYA. TANPA SEMPAT BERKATA-KATA, KEDUANYA PUN
BERJALAN BERDAMPINGAN DIIRINGI HULUBALANG DAN PENGHUNI KERAJAAN LAINNYA MENUJU
PANGGUNG KEHORMATAN DI HALAMAN ISTANA.
SIDANG PANAPE: “Maaf Dik, Aku Terlambat
RAJA SUKADANA: “Tidak Apa-Apa Bang” Silakan
Bang ?”
PANGGUNG
KEHORMATAN YANG BERDIRI MEGAH DI HALAMAN ISTANA SUKADANA, BIASANYA DIBANGUN
UNTUK MENGORBANKAN PENJAHAT KELAS KAKAP. HAL TERSEBUT MENJADI ADAT ISTIADAT
YANG DILAKUKAN TURUN TEMURUN.
KETIKA
DIPERSILAKAN KE BANGSAL ISTANA DENGAN DIIRINGI RAJA DAN PARA PEJABAT ISTANA,
PANGERAN SIDANG PENAPE MASIH BELUM MENGETAHUI SIAPAKAH GERANGAN PENJAHAT YANG
AKAN DIKORBANKAN DENGAN PERHELATAN YANG BEGITU BESAR ITU. PANGERAN SIDANG
PENAPE MENANYAKAN HAL TERSEBUT.
SIDANG PANAPE : "Oh
Ya Adikku..Perhelatan Ini Begitu Besar, Dan Ini Ada Dua Tiang Seri Istana, Siapakah Penjahat Yang Akan
Dikorbankan ?,"
(TANYANYA
SERAYA MENATAP DALAM-DALAM WAJAH ADIKNYA, RAJA SUKADANA)
(AKIRNYA RAJA SUKADANA
MENUNDUKKAN KEPALA DAN MENJAWAB DENGAN NADA YANG SANGAT BERAT, MENARIK NAFAS
PANJANG SEOLAH-OLAH ADA YANG MENGGANJAL
DI LEHERNYA.
RAJA SUKADANA: "Abanglah Yang Akan
Dikorbankan”
BAGAIKAN
DISAMBAR PETIR DI SIANG BOLONG, PANGERAN SIDANG PENAPE BENAR-BENAR TIDAK
PERCAYA ATAS UCAPAN ADIKNYA ITU.
SIDANG PANAPE: Apa !!!” Aku,..Aku..Aku !
”"Sampai Hati Benar Kau dek, Mengorbankan Abangmu Sendiri,"
(Lirihnya)
Raja
Sukadana: “Maafkan
Aku Abang ??
Sidang
Panape: “Ku Kira
Hari Ini Aku Disanjung, Dipuja Ternyata “
!!!
“Dugaan
Ku Benar, Berbualan-Bulan Aku Diserang, Oleh Hulu Balang- Hulu Balangmu
!”Sampai Dengan Cara Yang Ghaib Pun Kau Lakukan...Tapi Aku Tetap Menghormatimu
Sebagai Raja....
“Kukorbankan
Raga Dan Nyawaku Untuk Negeri Ini, Air Susu Dibalas Air Tuba, "
Raja
Sukadana: “Maafkan
Aku Bang” Ini Sudah Menjadi Titahku !”
Sidnag
Panape: “Ya..Kalaulah
Memang Itu Yang Kau Inginkan, Besar Dua Telapak Tangan, Nyiru Aku Tadahkan..
Demi
Bhaktiku Padamu , Aku Terima Titahmu,"
(UCAPAN
PANGERAN SIDANG PENAPE YANG MENGIBA DIRI ITU MEMBUAT RAJA SUKADANA HAMPIR
MENGUCURKAN AIR MATA. KARENA DI DALAM BENAKNYA BERKECAMUK, MEMILIH CINTA KASIH
KEPADA ABANGNYA ATAU RAKYATNYA. SEHINGGA TIDAK SEPATAH KATA PUN YANG TERUCAP
DARINYA)
Raja Sukadana: “Maafkan
Aku Bang ?
Sidang
Panape: “Titah
Sudah Terucap, Janji Harus Ditepati, Jika Ingkar Badan Binasa “
(SAMBUTAN
MERIAH DARI RAKYAT DAN PARA HULUBALANG MEMBUYARKAN PIKIRAN RAJA SUKADANA DAN
PANGERAN SIDANG PENAPE)
Rakyat-Hlu
Balang: "Hidup
Yang Mulia Raja,, Hidup Pangeran," Teriak Para Hulubalang Bersamaan Dengan
Penduduk Sukadana.
Sidang
Panape: “Dengar
Suara Mereka ! Apakah Suara Mereka Berteriak Untuk Kemenanganku Atau
Kematianku...
(SEJENAK,
KEKALUTAN PIKIRAN DUA BERSAUDARA ITU SIRNA. TETAPI KEMBALI MENEGANG SETELAH
MENTERI MENGHADAP UNTUK MENYAMPAIKAN WAKTU PENGORBANAN TELAH TIBA)
Perdana
Menteri: “Ampun
Tuanku Sudah Saatnya Pengorbanan Dilakukan !
RAJA
SUKADANA MASIH MENIMBANG-NIMBANG KEPUTUSAN TERAKHIRNYA, MEMBATALKAN PENGORBANAN
ATAU MELAKSANAKANNYA.
Raja Sukadana: "Laksanakan"”
Sidang Panape: “Ayo Menteri ..”
Raja: “Abang “
(AKHIRNYA IA PUN PASRAH DENGAN
MENGANGGUKKAN KEPALA DIHADAPAN MENTERI)
(UPACARA
PENGORBANAN PUN DIMULAI. UPACARA SAKRAL PENGORBANANPUN DILAKUKAN LAYAKNYA
PERANG BESAR, HULU BALANG1,2 MENGEKSEKUSI PANGERAN SIDANG PANAPE DENGAN SEJANTA
ANDALANNYA. MENGHUJAMKAN
SENJATANYA MASING-MASING KE TUBUH PANGERAN SIDANG PENAPE YANG BERDIAM DIRI
TIDAK MEMBERIKAN PERLAWANAN. SAMPAI PADA AKHIRNYA DUA HULU BALANG TAK MAMPU
MELUMPUHKAN SIDANG PANAPE, IKATAN TERLEPAS, PARA HULU BALANG TERLEMPAR JAUH
AKIBAT KESAKTIAN SIDANG PANAPE.
PANGERAN
SIDANG PENAPE PUN SANGAT KECEWA, TIDAK MENYANGKA ADIK KANDUNG YANG BEGITU
DISAYANGI, TERNYATA MENGINGINKAN KEMATIANNYA. SEHINGGA PRIA TANGGUH ITU TIDAK
SANGGUP LAGI MEMBENDUNG AIR MATANYA.
Sidang
Panape: “Adikku..
Mengapa Kau Tega Mau Menghabisi
Nyawaku..Aku Tak Pernah Berkhianat Kepadamu..Bahkan Sedikitpun Aku Tak
Berniat Merebut Kekuasaanmu”.. Tega Nian Kau Kepadaku”
RAJA
SUKADANA PUN KELIMPUNGAN MENDENGAR UCAPAN PANGERAN SIDANG PENAPE. TIBA-TIBA
SAJA SUASANA MENJADI HENING, TIDAK SEORANG PUN YANG BERANI MENGELUARKAN SUARA.
SEMENTARA
ITU, RAJA SUKADANA BERTAMBAH BINGUNG MENJAWAB PERTANYAAN DARI ABANGNYA. DENGAN
SUARA BERAT DAN TERBATA-BATA DIA BERKATA.
Sidang
Panape: "Maafkan Aku Bang, Hal Ini Kulakukan Demi
Rakyat Sukadana Yang Sudah Tidak Sanggup Lagi Dengan Adat Yang Abang
Berlakukan, Karena Tidak Berprikemanusiaan Bang ???"
(USAI
BERKATA DEMIKIAN, RAJA SUKADANA LANGSUNG TERDIAM, KARENA TIDAK SANGGUP MELIHAT
TETESAN AIRMATA ABANG KANDUNGNYA YANG SEMAKIN MENJADI-JADI, SEOLAH TUMPAH
BEGITU SAJA DARI MATANYA)
MENDENGAR
JAWABAN ADIKNYA, PANGERAN SIDANG PENAPE HANYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA,
MERASA TIDAK PERCAYA ATAS JAWABAN YANG DILONTARKAN SAUDARA KANDUNGNYA.
Sidang
Panape: "Ya
Aku Tahu, Tapi Itu Bukan Keinginanku.., Tapi Tuntutan Badan Karena Ilmu Yang
Kuperoleh..”Aku Juga Tak Ingin Adat Ini”
“Tapi
Sudahlah,...Kalau Kalian Memang Mengingikan Kematianku, Aku Tidak Bisa Mengelak
Lagi. Mungkin Memang Sudah Suratan Takdir, Aku Harus Mati Di Tangan Adik
Kandungku Sendiri,"
(PANGERAN SIDANG PENAPE
MENARIK NAPAS DALAM-DALAM. SELANJUTNYA BERKATA KEPADA ADIKNYA) RAJA SUKADANA HANYA TERPAKU DENGAN WAJAH
YANG TIDAK BERSERI SAMA SEKALI. ORANG NOMOR SATU DI KERAJAAN SUKADANA ITU
MEMINTA MAAF KEPADA SAUDARA TUANYA ITU.
Raja
Sukadana: “Maafkan
aku bang," Aku Juga Tak Rela Abang Diperlakukan Seperti Ini “Abanglah
Satu-Satunya Orang Yang Melindungiku, Sejak Ayah Dan Mak Tiada “Abanglah Yang
Menjaga Dan Membimbingku Higga Aku Menjadi Raja..Abanglah Yang Pantas Menjadi
Raja Bukan Aku”?
(BERAT
LIDAHNYA BERKATA-KATA KARENA TERTEKAN PERASAAN ATAS SEGALA PERBUATANNYA YANG
MELUKAI, MENGHANCURKAN HATI DAN PERASAAN ABANGNYA. PANGERAN SIDANG PENAPE PUN
DENGAN BIJAKSANA BERUSAHA MENGHIBUR ADIKNYA)
Sidang
Panape:
"Sudahlah...Sudahlah Adikku. Karena Ajalku Pun Memang Sudah Tiba. Janji
Akhir Telah Diputuskan, Suratan Telah Ditentukan, Takdir Sudah Menunggu, Aku
Harus Mati Di Tanganmu Sendiri.
"Aku
Mengerti, Tetapi Demi Rakyatmu, Demi Kerajaanmu, Ini Harus Kau Lakukan,"
Aku
Sadar Bahwa Aku..Memang Lupa Akan Adat, Aku Hanya Menuruti Nafsu Dan
Mementingkan Diriku sendiri
"Hari Ini Akan Ku Beritahu Rahasia
Kekuatanku” Ambillah Keris Di Bawah Bantalku.
Keris Itu Tidak Bergagang, Buatlah Gagangnya Dari Tebu. Aku Tidak Akan
Mati Oleh Senjata Pusaka Apapun, Kecuali Dengan Keris Pusaka Itu.
Ambillah...,!!!
DENGAN
SUARA YANG BERAT DAN PERLAHAN, PANGERAN SIDANG PENAPE MELANJUTKAN KATA-KATANYA
SIDANG
PANAPE: “Jangan Kau Tikamkan Keris Pusaka Itu Ke
Tubuhku. Tetapi Goreskan Saja Di Tepi Telingaku. Setelah Itu Baringkan Aku Di
Peraduan Dengan Dijaga Seorang Perawan, Sebagai Istriku Yang Terakhir”.
RAJA
SUKADANA PUN SEGERA MEMERINTAHKAN DUA ORANG PRAJURITNYA MENGAMBIL PUSAKA TIDAK
BERGAGANG (SEPERTI YANG DISEBUTKAN PANGERAN SIDANG PENAPE). DUA ORANG LAGI
DIPERINTAHKAN MEMBUAT GAGANG KERIS DARI TEBU.
Raja
Sukadana: “Baiklah
Bang, Perdana Menteri ? Ambilllah
Perdana
Menteri: “Ya Tuanku
!”
Raja
Sukadana: “Ambillah
Keris Pusaka Dibawah Bantal Pangeran, Keris Itu Tidak Bergagang Buatkan Gaganya
Dari Tebu”
Perdana
menteri “Baiklah
Tuanku”.
PERDANA
BERSAMA PERDANA MENTERI PUN BERGEGAS MENGAMBIL KERIS SIDANG PANAPE. IA PUN
BERCERITA MENGENANG MASA KECILNYA.
Sidang Panape: “ Adikku,
Raja Sukadana: “Ya..Bang”
Sidang Panape: “Kau Tahu Adikku..” Saat
Itu Aku Bersumpah Demi Jiwa Dan Ragaku Bahwa Aku Akan Menjagamu Hingga Akhir
Hayatku..”
Aku Akan Membela
Negeri Ini Hingga Akhir Hayatku !!!
Aku Tahu Sejarah Akan
Mengenangku Bahwa Aku Adalah Seorang Satria Yang Bertingkah Buruk”
Aku Terima Itu, Tapi
Aku Yakin Percikan Darahku Dan Hilangnya
Nyawaku Hari Ini..Membawa Kedamaian Bagi Semua Rakyat...
Satu Pesanku Kepada
Anak Cucuku
“Ketahuilah Ilmu Hitam
Tidak Akan Membuatmu Bahagia, Hanya Agama Yang Dapat Menuntun Mu Ke Jalan
Kebaikan..
Wahai Rakyat Sukadana
!!!
“Jangan Biarkan
Penjajah Menginjak-Nginjak Tanah Kita, Jangan Biarkan Mereka Merendahkan
Martabat Bangsa Kita, Meski Negeri Ini Tak Punya Senjata Secanggih Mereka, Tapi
Semangat Keberanianlah Yang Dapat Mengalahkan Mereka”
“Sampaikan Ke Anak
Cucuku “Cintailah Negerimu”Hingga Darah Terakhir !!!
PENGAWAL
PUN DATANG KERIS PUSAKA MILIK PANGERAN SIDANG PENAPE BERGAGANG DARI TEBU. PERDANA
MENTERIPUN MENYERAHKAN KERIS PUSAKA ITU KEPADA RAJA
Raja Sukadana: “Maafkan Aku Abang”
RAJA
SUKADANA PUN MENGGORESKAN KERIS PUSAKA BERGAGANG TEBU DI DEKAT TELINGA ABANGNYA
ITU DAN MEMANCARKAN DARAH BERAWARNA PUTIH..DIIRINGI SUARA TERIAKAN KERAS
Sidang
Panape: “Akkkkk
!!!”
ANGIN
DAN SUARA-SUARA KEMATIANPUN TERDENGAR PERLAHAN TAPI PASTI, DARAH BERWARNA PUTIH
MENGALIR DARI DEKAT TELINGA PANGERAN SIDANG PENAPE. TUBUH YANG GAGAH PERKASA,
BEROTOT DAN TIDAK PERNAH TERLUKA ITU PUN MULAI LUNGLAI.
IA PUN
DITANDU KELUAR HALAMAN ISTANA , SUASANA SEMAKIN SUNYI DAN KEHARUAN DIHATI
RAKYAT SUKADANA YANG DISUKA DAN DIBENCI MATI OLEH TANGAN RAJANYA.
BLACKOUT
PENAMPILAN 2.
BABAK
III
SETELAH
HAMPIR SETAHUN , SETELAH KEMATIAN PANGERAN SIDANG PANAPE, PENGAWAL
DIPERINTAHKAN RAJA SUKADANA UNTUK MENJAGA ISTRI SIDANG PANAPE YANG AKAN
MELAHIRKAN , MASIH TERINGAT DALAM BENAK PENGAWAL 1 DAN MERASAKAN KERINDUAN ATAS
KEMATIAN PANGERANNYA.
Pengawal
1: “Sudah
Hampir 10 Bulan Pangeran Tiada, Hati Pikiranku Masih Merasakan Kehadiran Pangeran
Disini, Seorang Ksatria Yang Membela Negerinya” Seorang Abang Yang Setia Pada
Adiknya, Seorang Rakyat Yang Patuh Pada Rajanya”
Hari
ini, engkau mengajarkan kami pentingnya cinta tanah air ini, menjaga keambisian
untuk diri sendiri, kehausan tahta dan jabatan bukanlan tujuan hidupmu. Orang
bijak berkata “
“Jika
Hidup Melagakkan Kuasa,
Alamat
Hidup Menanggung Siksa
Bila
Hidup Melagakkan Pangkat
Lambat
Laun ditimpa Laknat
Padahal
Engkau kuat, engkau Sakti Mandraguna, tapi kesaktianmu itu bukan alat untukmu
merampas hak-hak Saudaramu.!!”
Semoga
Pangeran Tenang di alam sana
Kini engkau
telah tiada,
PENGAWAL
1 SANGAT SEDIH ATAS KEMATIAN PANGERANNYA, TIBA-TIBA DATANG PENGAWAL 2 MEMBAWA
MINUMAN KEPADA PENGAWAL 2 :
Pengawal 2: “Hoi..kawan ape yang kau
lamunkan ni ?
Pengawal 1: “aku teringat pangeran kawan “
(dengan perasaan iba)
Pengawal
2: “sudah lah kawan yang
berlalu biarlah berlalu, memang sudah suratan takdir, kite-pun bisa berbuat ape
“agikpun ini kan untuk kedamaian masyarakat kite juga, kau mau adat buruk itu
menimpa anak cucuk kite nanti”
Pengawal 1: “ ye aku tahu itu !!”, tapi
siapa lagi orang yang nak menjage negeri ini dari penjajah, mane ade orang yang
sakti agik macam pangeran”carik am kalau ade ?”
Pengawal 2: “soal itu, gampang kawan, kan
ade generasi-generasi penerus kite yang akan datang, serahkan jak itu kepada
tangan-tangan mereka, saye yakin mereka pasti bise”?
Pengawal 1 masih kesal dan
berang dengan pengawal 1.
Pengawal
1: “ape !!!” anak mudak,
aduh, aku sih bukan tak percaya, cobe liat, anak-anak mudak sekarang, pada
umumnye mereka lebih senang dengan hal-hal bertentangan budaya kite, bahkan
mereka tu tak tahu tentang sejarah budaye negerinye sendiri..mereka tak kenal
adat bahase,”.
Pengawal
2: “iye sih, tapi kite
harus optimis kawan, saye yakin melalui pembangunan yang dilaksanakan Raje dan
para pejabat Istana yang Jujur dan Amanah, saye yakin bangse kite pasti maju...
TIBA-TIBA
SUARA TERIAKAN KERAS DARI ISTRI PANAPE YANG INGIN MELAHIRKAN.
Istri Panape: “Akkkh...Akkkh......Akkhhhh
!!!! (suara bayipun terdengar)
Mak Inang pun keluar
membawa Bayi Panape dengan menyuruh Pengawal untuk memanggil Raja Sukadana dan
Permaisuri:
Mak
Inang: “Pengawal,
pergilah kepada Tuanku, berikan kabar gembira ini bahwa Istri Pangeran sudah
melahirkan, cepat pergilah”.
Pengawal
2 “Baiklah mak Inang
Istri
Panape pun Memanggil Mak Inang
Istri
Panape: “Maaak Inang,
MAK
INANG PUN MEMBERIKAN BAYINYA KEPADA PENGAWAL 1 DAN MENGGENDONGNYA DENGAN PENUH
BAHAGIA.
TIBA-TIBA
RAJA PUN DATANG BERSAMA PERMAISURI, PARA PERDANA MENTERI DAN HULU BALANGNYA..
Pengawal
1: “tuanku, (menyerahkan
Bayi itu kepada Raja)
RAJA PUN MENGGENDONG BAYI
ITU DENGAN PENUH SUKA CITA
Raja
Sukadana: “Wajahmu Sama Dengan
Ayahmu, Semoga Kau Menjadi Anak Yang Kuat Nak, Anak Yang Berbakti Kepada
Negerimu, Seperti Ayahmu Seorang Ksatria Yang Cinta Pada Negerinya”
Mak Inang: “Ampun
Tuanku, Ada Sesuatu Yang Aneh, “ Ini Tembuniknya Keras Seperti Batu”
(RAJA
SUKADANA DAN ORANG YANG HADIR TAKJUB DAN MELETAKKAN BAYI KE PERMAISURINYA, MAK
INANGPUN MENYERAHKAN TEMBUNIK YANG MEMBATU KEPADA RAJA
RAJA
SUKADANA : “Luar Biasa,
Ini Adalah Bukti Bahwa Abangku, Pangeran Sidang Panape Benar-Benar Sakti
Mandraguna, Simpanlah Ia Dihutan Matan. (Raja Pun Mengangkat Tembunik Yang
Membantu Itu)
Raja
Sukadana: “Akan Aku
Beri Nama Tembunik Yang Membatu Ini Dengan Sebutan“ Batu Sibugal !!!