Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Jumat, 11 Maret 2016

Kemampuan Guru PAI dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013


Untuk mendownload Full Skripsi di atas, BAB I, II, III, IV, V, VI, Daftar Pustaka silakan hubungi ke zamedukasi@yahoo.co.id / semoga dapat membantu.

Pembelajaran Aktif









Kiat-Kiat Belajar sukses


Kiat-Kiat Belajar sukses dalam Perspektif Islam

Persiapan termasuk satu hal penting diantara hal lainnya dalam upaya meraih keberhasilan, apalagi waktu menuju saat UN tidaklah jauh lagi. Kesuksesan selalu diawali dengan kerja keras (cerdas) dan persiapan yang matang. Dalam sebuah kitab karya Ali Bin Naif as-Syahudi dikatakan :
 “barangsiapa yang mempunyai kemampuan dan persiapan matang untuk melakukan sesuatu, maka dia akan berhasil”
Saya mengawali tips islami ini dengan sebuah pertanyaan : “siapa yang paling berjasa dalam hidup Anda?” mungkin sebagian ada yang bertanya, apa hubungannya pertanyaan tersebut dengan tips menghadapi UN. Jawabannya adalah sangat dekat. Hal ini disebabkan, jawaban yang muncul dari pertanyaan tersebut akan menentukan langkah apa yang harus dilakukan demi sukses UN tersebut.
Tanpa bermaksud menafikan peran dan jasa pihak yang lain dalam kesuksesan, menurut saya, yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan setiap peserta didik adalah Allah, orang tua dan guru.
Allah adalah Dzat tempat berharap, Dzat tempat memohon, Dzat yang mengatur kehidupan manusia, Dzat yang memberi keberhasilan dan kegagalan, dan Dzat yang mampu merubah nasib manusia. Adapun orang tua merupakan orang yang berjasa besar dalam proses kehidupan kita, sejak dalam kandungan hingga dewasa. Keberadaan mereka sangat tinggi dan mulia dalam pandangan Allah. Karena mempunyai kedudukan yang tinggi tersebut, Allah memerintahkan setiap anak untuk berterima kasih kepada mereka pada urutan kedua setelah Allah. Dan juga keridho-an ataupun kemurkaan Allah kepada setiap anak manusia sangat ditentukan oleh keridho-an dan kemurkaan kedua orang tua.
Sedangkan guru adalah orang yang dengan sabar, telaten, gemati, dan penuh tanggung jawab mendidik dan mentransfer ilmunya kepada kita dalam proses pendidikan yang kita lakukan. Mereka, para guru, mendedikasikan segalanya demi keberhasilan pendidikan dan juga keberhasilan para siswa yang dibimbingnya.
Tips Islami Menghadapi Ujian Nasional
Setelah mengetahui pihak yang paling berjasa dan berperan dalam sukses kita, sekarang marilah kita berbicara tentang tips islami dalam meraih keberhasilan UN. Agar setiap peserta didik sukses dalam UN-nya, maka satu hal yang harus dilakukan adalah : perlakukan mereka yang berperan dan berjasa dalam kehidupan dengan semestinya! Tips islami yang saya maksud dalam menghadapi UN adalah bagaimana kita memperlakukan pihak-pihak yang berjasa dan berperan dalam kehidupan kita sebagaimana seharusnya.



Agar berhasil dalam Ujian Nasional (UN), kepada Allah para siswa harus :
1.    Menghamba kepada-Nya dengan beribadah secara sungguh-sungguh : memperbanyak shalat sunnah, puasa sunnah, dsb
2.    Memuji-Nya dengan ikhlas
3.    Memohon kepada-Nya dengan khusu’ dan penuh harap
4.    Mencari ridho Allah dengan banyak berbuat kebaikan di dunia, termasuk banyak bersodaqah
5.    Bertawakkal kepada-Nya setelah berusaha dengan sungguh-sungguh.
Catatan : dalam berdoa pergunakan waktu-waktu yang baik, misalnya adalah saat selesai shalat dan pada sepertiga malam yang terakhir sehabis menjalankan shalat tahajud. Sepertiga malam yang terakhir (antara jam 02.00 hingga menjelang subuh) adalah waktu yang paling baik untuk berdoa.
Agar berhasil dalam Ujian Nasional (UN), kepada orang tua siswa harus : mencari ridho mereka. Artinya, kita tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan orang tua marah, murka dan mengata-ngatai (mengutuk) kita dengan kata-kata yang buruk. Ingat kata-kata yang terucap dari mulut kedua orang tua kita (terlebih ibu) kepada kita dianggap oleh Allah sebagai sebuah permintaan dan sangat mudah untuk dikabulkan oleh Allah. Maka kita harus selalu melakukan hal-hal positif yang dapat menyebabkan orang tua bangga, bahagia dan ridho kepada kita.
Ridho orang tua dapat diperoleh dengan :
1.    Berbuat baik kepada keduanya (birrul walidain)
2.    Menghindari kedurhakaan kepada keduanya
3.    Mentaati perintahnya
4.    Segera mohon maaf atas kesalahan kita
5.    Mohon dido’akan
Catatan : kata-kata orang tua (khususnya ibu) untuk anak-anaknya dianggap oleh Allah sebagai doa dan sangat makbul (mudah dikabulkan oleh Allah).
 “Ridho Allah tergantung kepada ridho kedua orang tua dan murka Allah juga tergantung kepada murka kedua orang tua” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr)
Agar berhasil dalam Ujian Nasional (UN), kepada guru siswa harus :
1.    Menghormati dan menghargainya
2.    Mentaati perintahnya
3.    Mengerjakan tugas yang diberikan
4.    Menjadikannya sebagai guru, di dalam maupun di luar madrasah
5.    Segera meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat
Peran diri sendiri
Siswa juga memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan UN. Hal-hal yang dirasa perlu untuk dikerjakan demi sukses dalam ujian nasional (UN) adalah antara lain :
1.    Kerja keras
2.    Sungguh-sungguh
3.    Pantang menyerah
4.    Menentukan target
5.    Tidak mudah mengeluh
6.    Menghindari kemalasan
7.    Berdo’a
Dalam sebuah pepatah berbahasa Arab dikatakan :
Man jadda wajada
“siapa yang giat, sungguh-sungguh (kerja keras dan cerdas) dia yang dapat”

Pelajar muslim akan bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam menghadapi ujian-ujian kampus dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala disertai menempuh sebab-sebab syar’i, sebagai bentuk pengamalan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلا تَعْجَزْ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya tersendiri. Bersemangatlah dalam mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” [Shahih: Shahih Muslim(no. 2664)]
Di antara sebab-sebab itu adalah:
1:: Meminta kemudahan kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya dengan bentuk doa-doa yang disyariatkan seperti mengucapkan:
((رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي))
“Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.” [QS. Thaha [20]: 25]
2:: Mempersiapkan diri dengan tidur lebih awal, dan pergi ke tempat ujian sesuai waktunya.
3:: Membawa semua alat-alat yang diperlukan dan yang diperbolehkan seperti ballpoint, alat-alat teknik, kalkulator, dan jam. Sebab, bagusnya persiapan membantu menjawab pertanyaan.
4:: Membaca doa keluar rumah:
«بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ»
“Bismillah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 3426). Dinilai shahih oleh al-Albani]
«اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلَمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, dari menggelincirkan atau digelincirkan, dari menzhalimi atau dizhalimi, dari menjahili atau dijahili.” [Shahih:Sunan Abu Dawud (no. 5094) dan ini lafazhnya, Sunan an-Nasa`i (no. 5486, 5539), Sunan Ibnu Majah (no. 3884) dari Ummu Salamah. Dinilai shahih oleh al-Albani]
Jangan lupa meminta keridhaan orang tua karena doa keduanya kepadamu akan dikabulkan. [lihat al-Adab al-Mufrad lil Bukhari (no. 32) dan dinilai hasan oleh al-Albani–penj]
5:: Membaca basmalah sebelum memulai, karena membaca basmalah disyariatkan dalam memulai setiap perkara mubah karena di dalamnya ada keberkahan dan pertolongan Allah. Inilah di antara sebab datangnya taufik.
6:: Bertakwalah kepada Allah berkenaan teman-temanmu. Jangan sampai kamu menakut-nakuti dan membuat mereka cemas dalam menghadapi ujian. Menakut-nakuti merupakan penyakit berbahaya. Sebaliknya, doktrinlah mereka untuk optimis dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan yang dibenarkan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjadikan optimis seorang shahabat yang bernama Suhail (yang dimudahkan, nama lengkapnya Suhail bin Amr–penj) seraya bersabda:
«سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Semoga urusanmu dimudahkan.” [Shahih al-Bukhari (no. 2732)]
Medengar ungkapan, “Semoga sukses! Semoga lulus!” akan menjadikannya optimis setiap kali akan mengerjakan tugasnya. Maka, Optimislah bahwa dirimu dan teman-temanmu akan mudah menghadapi ujian.
7:: Berdoa kepada Allah agar menjauhkanmu dari kegelisahan dan ketegangan. Apabila ada soal yang terasa pelik bagimu, maka berdoalah kepada Allah agar memudahkannya untukmu. Dahulu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله apabila sulit memahami permasalahan beliau berdoa:
يَا مُعَلِّمَ إِبْرَاهِيْمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
“Wahai Yang mengajari Ibrahim, ajarilah saya. Wahai Yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, berilah saya pemahaman.” [`Ilamul Muwaqqi’in (IV/257, II/410) oleh Ibnul Qayyim]
8:: Pilihlah posisi duduk yang nyaman saat ujian, tegakkanlah punggungmu dengan baik, dan duduklah di atas kursi senyaman mungkin.
9:: Telaahlah soal ujian terlebih dahulu. Gunakanlah sepuluh persen dari waktu ujian untuk membaca soal dengan teliti dan mendalam, dan merinci kata-kata yang penting. Alokasikan waktu sesuai jumlah soal.
10:: Rancanglah pemecahan masalah untuk soal yang mudah dahulu, baru yang sulit. Saat membaca soal, tulislah komentar dan ide agar membantumu menjawab soal nanti.
11:: Jawablah soal menurut kadar kebutuhannya.
12:: Mulailah dengan menyelesaikan soal mudah yang kamu bisa. Setelah itu, mulai menyelesaikan soal yang sukar. Tinggalkan soal yang kamu belum bisa menjawabnya atau kamu memandang soal tersebut butuh waktu lama untuk sampai pada hasil jawabannya, atau soal yang memang telah ditentukan skornya sedikit.
13:: Pelan-pelanlah dalam menjawab soal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Pelan-pelan dari Allah dan tergesa-gesa dari setan.” [Hasan: Musnad Abu Ya’la (no. 4256),Sunan al-Kurba lil Baihaqi (no. 20767) dari Anas bin Malik. Lihat Shahihul Jami’ (no. 3011)]
14:: Pikirkanlah baik-baik jawaban untuk soal-soal pilihan ganda. Tempuhlah cara ini: Jika kamu merasa yakin jawaban itu benar, maka jangan pedulikan was-was. Jika kamu tidak yakin, maka mulailah membuang  kemungkinan-kemungkinan jawaban yang salah, kemudian tentukan jawaban yang benar dengan menghilangkan keraguan. Jika kamu merasa yakin dengan suatu jawaban, maka jangan pernah merubahnya hingga benar-benar kamu yakin jawaban itu salah –kecuali jika jawaban salah mengurangi poin–.  Metode ini menunjukkan bahwa jawaban benar pada umumnya kembali kepada diri masing-masing.
15:: Dalam mengerjakan ujian tulis (bukan pilihan ganda), berkonsentrasilah sebelum memulai menjawab. Tulislah kerangka soal dengan beberapa kata yang akan membantu pola pikir kamu dalam memecahkan soal tersebut.
16:: Tulislah poin penting jawaban kamu di awalnya, sebab hal inilah yang dicari korektor. Terkadang korektor tidak menemukan apa yang dia cari karena ia tersusup di ungkapan-ungkapan yang panjang lebar, sementara korektor inginnya cepat-cepat.
17:: Sisihkan sepuluh persen dari waktu ujian untuk mengecek jawabanmu. Jangan tergesa-gesa dalam mengeceknya, terkhusus lagi soal-soal hitungan dan penulisan angka. Tahan dirimu dari ketergesaan menyerahkan lembar ujian, dan jangan menggelisahkanmu sebagian peserta yang keluar lebih dini yang terkadang mereka pasrah karena tidak bisa menjawab soal.
18:: Jika telah usai ujian, kemudian kamu merasa telah keliru pada sebagian jawaban, maka ambillah buku untuk mengeceknya karena bisa menambah ilmu dan untuk menghadapi ujian lain kali, serta sebagai pelajaran agar kamu tidak lagi tergesa-gesa dalam menjawab soal.







Pasrahlah pada takdir Allah dan jangan menjadi korban frustasi dan pesimis. Ingatlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Dan jika sesuatu menimpamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya saya melakukan ini dan ini, tentu akan begini.’ Namun, katakan, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,’ karena ‘seandainya’ bisa membuka tipu daya setan.” [Shahih Muslim (no. 2664)]
19:: Ketahuilah! Haram bermain curang, baik pada materi bahasa asing dan yang lainnya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barangsiapa yang curang, maka dia bukan termasuk golongan kami.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 1315). Dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Albani]

Bermain curang merupakan bentuk kezhaliman dan jalan haram untuk mendapatkan apa yang bukan menjadi hak kamu berupa nilai tinggi, dilihat manusia, dan selainnya. Sebab, bersepakat dalam kecurangan merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan [Lihat QS. Al-Ma’idah [5]: 2–penj]
Tahanlah dirimu dari perkara haram, maka Allah akan mencukupi kamu dengan sebagian karunia-Nya. Tolaklah setiap wasilah dan sontekan yang datang kepadamu dari temanmu. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.
Hendaklah kamu mengingkari kemungkaran dan menentangnya. Bila perlu, laporkan apa yang kamu lihat sewaktu ujian baik sesudah dan setelahnya, dan ini bukanlah namimah yang terlarang, bahkan termasuk mengingkari kemungkaran yang wajib.
Nasehatilah orang-orang yang melakukan jual-beli jawaban atau yang mempublikasikannya, atau yang menyebarkannya lewat internet dan semacamnya, serta orang-orang yang menyiapkan kertas sontekan. Katakan kepada mereka agar bertakwa kepada Allah dan kabarkan kepada mereka akibat buruk perbuatan mereka itu.
Waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan kecurangan yang haram ini, seandainya mereka gunakan untuk mengulang pelajaran dan berlatih mengerjakan soal-soal tempo dulu, serta tolong-menolong dalam berbagi pemahaman sebelum ujian, tentu hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih kokoh daripada bersepakat dalam hal yang haram.
20:: Ingat-ingatlah apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi akhirat dan pertanyaan ujian di alam kubur serta jalan-jalan keselamatan di Yaumul Ma’ad
.((فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ))
“Maka, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka dialah orang yang beruntung.” [QS. Ali Imran [3]: 185]
Kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan beruntung di dunia, sekaligus sukses dan beruntung di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.


Kamis, 03 Maret 2016

Memaknai Masjid sebagai Simbol Peradaban Islam

Memaknai masjid sebagai simbol peradaban
Oleh : jamani

Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Marilah kita sama-sama bertaqwa kepada allah swt dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Taqwa dengan melaksanakan segala yang diperintahkan oleh allah swt serta meninggalkan segala yang dilarang-nya. Sesungguhnya orang yang bertaqwa itu adalah hamba-nya yang paling mulia dan akan mendapat jaminan kejayaan, kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat di sisi allah swt. Adapun tema khutbah pada hari ini: “pentingnya masjid simbol peradaban islam”.
Hadirin jemaah jumaat yang dirahmati allah,
Masjid adalah simbol syiar yang sangat penting dalam kehidupan umat islam. Masjid adalah jantung hati dan nadi kehidupan umat islam. Sewaktu peristiwa hijrah rasulullah saw dari makkah ke madinah, peristiwa pertama yang menjadi agenda besar rasulullah saw ialah membina masjid di quba’ madinah.
Firman allah swt :
Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bersih (at-taubah: 109)

Sabda rasulullah saw:
Barang siapa mendirikan sebuah masjid dengan mengharapkan keridhoan allah swt, didirikan baginya sebuah rumah di dalam syurga”. (riwayat al-bukhari)
Sejarah juga telah membuktikan bahwa masjid mempunyai multi fungsi berabad lamanya berawal dari zaman rasulullah saw sehingga hari ini. Kita dapat melihat betapa nabi muhammad saw tidak hanya menjadikan masjid nabawi sebagai pusat ibadah, malah juga sebagai pusat pemerintahan dan terbentuknya negara islam madinah, yang kita kenal negara madani.
Masjid menjadi nadi penggerak islam, penggerak aktivitas masyarakat, malah tempat ummat menuntut hak dan keadilan. Juga turut berperanan sebagai pusat kebijakan, gedung ilmu serta pusat hubungan dengan allah dan manusia sesama manusia.

Dengan fungsi-fungsi tersebut, terbukti rasulullah saw telah berjaya menggambarkan kesempurnaan dan keindahan islam sebagai al-deen (cara hidup) melalui fungsi-fungsi kompre-hensif yang dikelola oleh insti tusi masjid.
Ini jelas menunjukkan bahwa masjid bukan saja tempat untuk melakukan ibadah solat, bahkan mempunyai peranan yang lebih luas sebagai suatu tempat untuk menyebarkan dakwah dari segenap aspek kehidupan kepada masyarakat
Hadirin sidang jumah rahima kumullah,
Firman allah swt :
“hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid allah ialah orang-orang yang beriman kepada allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (at-taubah: 9: 18).
Imam al-ghazali menegaskan, bersegera mendirikan mesjid menunjukkan bahwa rasulullah saw ingin mensyiarkan keagungan islam. Sholat didirikan di mesjid mengisyaratkan keterikatan setiap insan muslim dengan khaliknya, rob seru sekalian alam.
Hadirin sidang jumah rahima kumullah,
Berangkat dari pentingnya masjid sebagai simbol peradaban, marilah kita bersama-sama saling bahu membahu untuk memajukan islam di daerah ini yang bertamadun melalui masjid.
Salah satu upaya yang telah dilakukan terbangunnya masjid agung usman al-khair yang saat ini dalam proses pembangunan, dan semalam baru didirikan musholla baitul qur’an, untuk aktivitas generasi penghafal qur’an hal ini merupakan bukti kepedulian dan kesungguhan yang tentunya memberi makna dan sejarah penting dimasa generasi akan datang.
Kita patus bersyukur dengan adanya upaya amal sholeh tersebut melalui infaq sadaqah akan menghindarkan dari musibah sebagaimana sabda nabi muhammad saw:
“bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (hr. Imam baihaqi)
Hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Namun kita akui bahwa saat ini banyak masjid-masjid yang sudah terbagun dengan luas dan megah, tapi jamaahnya hanya satu, dua dan tiga, ada yang lebih parah satu orang menjadi muazan, imam, dan makmum, dan bahkan masjid hanya didatangi semiggu satu kali diperuntukkan shalat jumat, itulah realitas sebagian dalam masyarakat kita.
Selain itu potret remaja islam hari ini, sangat mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Jauh dari masjid, jauh dari al-qur’an, dekat dengan budaya yang tak sesuai tuntunan.
Fakta ini adalah tantangan kita bersama untuk lebih memfungsikan masjid sebagai pusat ilmu, pendidikan, dakwah, pembentukan spritual dan sosial.
Berawal dari keluarga, sebagai orangtua memberi teladan kepada anaknya, disekolah pendidik membimbing dan mengarhakan siswanya, pemimpin mencontohkan kepada bawahannya, untuk selalu cinta  terhadap masjid.
Hadirin sidang jumah rahima kumullah,
Marilah kita mengambil beberapa kesimpulan sebagai dorongan kepada umat islam supaya bersungguh-sungguh mengembalikan fungsi masjid dalam membina ummat dan peribadi umat islam. Sebagaimana umat islam di zaman rasulullah saw dan para sahabat. Oleh itu, kita sebagai umat islam hendaklah:
1.    Memakmurkan masjid dengan solat berjamaah, iktikaf dan mendalami ilmu islam.
2.    Mengembalikan fungsi masjid dan memberdayakan fungsi mengikut perkembangan zaman.
3.    Menjadikan masjid tempat beribadah dan selalu dikunjungi umat islam.
4.    Menjadikan masjid sebagai pusat masyarakat bagi menyelesaikan segala persoalan umat islam.
5.    Menjadikan masjid sebagi pusat ilmu, dakwah, informasi center islam, tauisyah, bimbingan, praktik dan pelatihan, kemasyarakatan dan aktivitas lainnya yang bermanfaat,
Indah dan megahnya bangunan masjid akan lebih indah dan megah  apabila hati umatnya cinta dan terpaut dengan masjid.
Semoga melalui pembanggunan dan memfungsikan masjid dengan mengharap keridhoaan allah akan menghasilkan umat islam yang berilmu, bermartabat, berakhlaq , memiliki ikatan ukhuwah, saling bermusyawarah serta memiliki peradaban yang lebih maju. Wallahu alam bisawwab.



Memaknai Masjid sebagai Simbol Peradaban Islam