Jumat, 21 Oktober 2016

Naskah: Sidang Panape & Sibugal

SINOPSIS
Cerita “Sidang Panape & Sebugal ” dimulai dua pengawal kerajaan bersama-sama dayang-dayang untuk melihat kesiapan dilapangan, setelah rakyat sukadana dengan sukacita membantu kerajaan untuk perhelatan besar yang akan dilaksanakan. Meskipun waktu yang seharusnya mereka gunakan bekerja di sawah, karena kepatuhan dan taat pada kerajaan, merekapun meluangkan waktu untuk bergotong royong. Dilanjutkan hadirnya seorang Raja (38) yang resah dan gelisah atas tuntutan rakyatnya atas perbuatan adiknya Pangeran sidang Panape (42). Ia didampingi Permaisuri (25), Perdana Menteri (50), ahli Nujum (52) dan Para Hulu Balang ( +35). Kemudian kegelisahan tersebut semakin rumit setelah Pangeran Sakti mandraguna, (40) tahun, mengalahkan tentara Belanda dengan kecerdikan dan kecerdasannya. ia mengajak berduel dengan tentara belande, tapi bukan berduel dengan orang, tapi dengan meriam, pangeran meminta belanda meledakkan meriam di kedua telinganya dengan tenang pangeran berdiri di moncong meriam setelah mendapat aba-aba, meriam pun disulut dan mengeluarkan dentuman, asappun mengepul sehingga pangeran tidak terlihat. air mata pun mengalir, mengira pangeran hancur berderai, tetapi, di luar dugaan setelah asap menipis, pangeran masih berdiri tegak tanpa luka sedikit pun sambil sesekali mengibaskan pakaiannya yang berdebu akibat peluru meriam. Rakyatpun pun riang gembira menyaksikan peristiwa menakjubkan itu. setelah kejadian itu belanda pun meninggalkan sukadana, tapi pangeran tidak puas, akhirnya ia berteriak dengan lantang di atas gunung lalang. Pangeran sidang penape pun semakin berang dan segera mengambil meriam serta menembak kapal-kapal belanda itu. satu persatu kapal belanda beserta serdadu di dalamnya tenggelam terkena tembakan.
Setelah kejadian tersebut, Raja sukadana bersama menterinya mengadakan musyawarah untuk melakukan pengorbanan sidang panape dengan tidak menumpahkan darah lebih banyak yang sudah bertahun-tahun ia lakukan. Hasilnya nihil tidak menyelesaikan permasalahan rakyat sukadana. Dengan moment kemenangan atas Belanda, dan berdasarkan penerawangan ahli nujum kerajaan, akhirnya perhelatan pengorbanan pun disiapkan sedemikan rupa untuk mengorbankan sidang panape. Kerajaan bersama rakyat bergotong royong membuat tempat pengorbanan. Namun dalam proses pengorbanan tersebut para hulu balang tidak mampu membunuh sidnag panape. Akhirnya pangeranpun merasa keibaannya terhadap keinginan adiknya, ia pun memberitahukan rahasian kesaktiannya kepada raja Sukadana. Dengan rasa berat hati Raja pun melaksanakan pemintaan dari kakaknya sendiri. Sidang panape pun dibunuh dengan keris kuno yang bergagang dari tebu, selama 7 hari sebelum kematiannya ia ditemani wanita perawan untuk menemaninya yang akan menjadi istri terakhirnya. Setelah 7 hari, Istri sidang terakhir panape pun hamil dan melahirkan seorang anak yang tekbuniknya menjadi batu, yang disebut dengan Batu sibugal.
KONSEP ALUR
Cerita ini terdiri dari tiga babak,
Babak pertama di halaman Istana, 2 Pengawal dan 2 Dayang  disuruh untuk memeriksa dan mempersiapkan ruangan istana sedemikian rupa, akhirnya terjadilah dialog antara pengawal berbadan kurus dan gemuk. Pengawal 1 masih merasakan keharuan atas kemenangan sidang Panape dalam mengusir tentara Belanda.
Babak kedua Raja dan Permaisurinya datang dengan rombongan menuju peraduan singgasana dihalaman Istana, dengan disambut tarian persembahan kerajaan, kemudian terjadilah konflik antar dua saudara Raja Sukadana dan Pangeran Sidang Panape.

Babak ketiga  Raja menunggu kematian Sidang Panape, akhirnya datanglah seorang wanita istri Pangeran sidang Panape..Hamil lahir di Istana, dengan keluarlah tekbunik membatu yang disebut “Sibugal”

NASKAH DRAMA
BABAK I
KOKOK AYAM
MUSIK

DI HALAMAN ISTANA, RAKYAT BERGOTONG ROYONG , PARA PELAYAN DAYANG DAN GOYANG GEMULAI DISUSUL DENGAN DUA PENGAWAL 1 DAN 2 MASUK KE HALAMAN ISTANA DIBERIKAN TUGAS UNTUK MEMBERSIHKAN DAN MEMERIKSA ISTANA UNTUK PERSIAPAN PENGORBANAN TERJADILAH KEPONGAHAN DAN DIALOG ANTARA DUA PENGAWAL 1 DAN 2 DIKUTI 2 DAYANG KERAJAAN
Pengawal 1 :                 “Aku Kire Belande, Rupenye Kau ...
Pengawal 1:                  “Hei Kawan,
Pengawal 2:                  “Ye ...Ngape..Berite Ape Gik Yang Nak Kau Beritahu Aku Ni..
Pengawal 1:                  “Eh..Macam Tahu Pulak Kau Ni..
Pengawal 2:                  “Gimane Aku Nak Tahu Setiap Kau Jumpe Aku Ade Jak Yang Nak Kau Ceritekan..Nah..Sekarang Cerite Ape Gik Yang Nak Ceritekan Ke Aku Ni..?”
Pengawal 2:                  “He..He..Itulah Spesialnye Aku..Maklumlah Aku Ni..Kan Sang Juare Bercerite Setanah Kayong..Hhe?”
Pengawal 1:                  “Dah..Dah Cepat Sikit..Penonton Tu Dah Dak Sabar Gik..Ape Yang Nak Kau Ceritekan Ke Kami’-Kami’ni” Betul Dak Mak Dayang-Dayang”
Dayang1,2 :                  (Serentak) Betollll...
Dayang 1 :                    “Capatlah Sikit, Bercerite Tu, Usah Nak Betele-Tele Gik .., Raje Dah Mau Datang”
Pengawal 1 :                 “Oke-Oke, Sebelum Aku Becerite Aku Nak Nyapa Penonton, Lok..
                                    P–E-N-O-N-T-O-N ? Ladies And Gentlemen”Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Abang-Abang, Kakak-Kakak, Adik, Dan Semuanya.
Cerite Ni Hanye Sandiwara..Sekali Lagi Sandiwara..Dan Benar-Benar Sandiwara,
Pementasan Ni, Hanye Cerite Yang Diadaptasi Dari Tulisan Datok Ayahanda Gusti Mulie, Sekali Lagi Di A-D-A-P-T-A-S-I.
Pengawal 2                   : Ape Tu Diadaptasi Saudare cobe kau jelaskan ape itu adaptasi tu.??
Pengawal 1                   :Itulah Kau..Disuruh Sekolah Tak Mau Belajar..Tidok Jak Kerje Kau..Tu..Mental..Kayak Gini Ni..yang tak baik untuk kemajuan daerah..Mudah Nak Nyerah..
Pengawal 1:                  “kenak gik aku ni” iyelah..iyelah kau jelaskanlah lok ape tu adaptasi”
Pengawal 1 :                 “diadaptasi tu maksudnye Dalam dunia literatur, adaptasi adalah suatu proses "penerjemahan" suatu karya literatur ke dalam media yang berbeda, seperti drama atau film. Jadi Apabile Ade Yang Tak Cocok..Tolonglah Dicocok-Cocokkan..Dan Apabile Ade Yang Menyinggung, Disengaje..Maupun Tak Sengaje, Kami Seluruh Tim Mohon Maaf..Sekali Mohon Maaf Ini Hanya Sandiwara !!!! ya,,..benar-benar sandirwara !”
Pengawal 2:                  “Hoi.. !!! Lamak Gak..Kau Ni Nak Bercerite Ke Nak Buat Cerite ?
Pengawal 1:                  “Oke..Oke..Ginik Ceritenye..Dengar Ye..Dengar Ye...
(PENGAWAL 1 PUN BERCERITA DENGAN PENUH SEMANGAT TENTANG KEJADIAN MENAKJUBKAN YANG DILAKUKAN SIDANG PANAPE MELAWAN TENTARA BELANDA)
PENGAWAL1:              “Pangeran Sidang Panape, Adalah Orang Yang Sakti Mandraguna, Dan Cerdas, Ia Berunding Untuk Mengajak Belanda Berduel, Tapi, Bukan Berduel Dengan Orang, Melainkan Dengan Meriam”. Belanda Pun Terkejut, Pangeran Meminta Belanda, Meledakkan Meriam Di Kedua Telinganya.
Dengan Tenang, Pangeran Berdiri Di Moncong Meriam, Setelah Mendapat Aba-Aba, Meriam Pun Disulut Dan Ditembakkan ! Dum...Dum..Dum.!!!
Asappun Mengepul, Pangeran Tidak Terlihat. Air Mata Kami Pun Mengalir, Dikira Pangeran Hancur Berderai, Tetapi, Di Luar Dugaan Setelah Asap Menipis.
Ternyata, ! Pangeran Masih Berdiri Tegak, Tanpa Luka Sedikit Pun,  Dengan Gagah Pangeranpun Mengibaskan Pakaiannya Yang Berdebu. Kami Pun Riang Gembira, Menyaksikan Peristiwa Yang Menakjubkan Itu.
                                    Setelah Kejadian Itu, Belanda Pun Meninggalkan Negeri Kita, Pangeran Tidak Puas, Dia Pun Berteriak Dengan Lantang Di Atas Gunung Lalang”
                                    “Tembak..Tembak..Tembak !!!!
Pangeran Semakin Berang Dan Segera Mengambil Meriam, Menembak Kapal-Kapal Belanda,. Satu Persatu Kapal Belanda Hancur  Tenggelam,....
Akhinrya Kite Menang..Menang..Menang Hebatkan...??? Ha..Ha..Ha..Ha
SETELAH PENGAWAL CERITA DENGAN PENUH SEMANGAT”..DAYANG TERKEJUT MENDAPATI PENGAWAL 2 MELAMUN DENGAN MENGELENG-GELENGKAN KEPALANYA KESAL DENGAN PENGAWAL 2
(MUSIK)



PENGAWAL dan DUA DAYANG:
“Wah..Wah..PAK Pengawal..Kau Dengar Tak Aku Becerite Tadi Tu..
PENGAWAL 2:             “Cerite ape ye..aku..aku..aku..(tergagap-gagap)
DAYANG 1                   : Jadi Panjang Lebar Dia Bercerita, Kau Tak Dengar Memanglah Kau Ni...Kau Ni Pengawal Ke Pengayal”          (SAMBILMEMUKULKAN LAP KE MUKA PENGAWAL YANG SEDANG MELAMUN DAN MENINGGALKAN ISTANA).
PENGAWAL 1:             “Ih..Ih  Aku Heran Dengan Kau Ni..Entah Gimane Ye, Kerajaan Bise Ngangkat Kau Pengawal Istane Ni..? Jangan-Jangan Kau Nyogok Ye..Kau Nyogok Ye..
PENGAWAL 2:             “Eh Janganlah Keras, Keras, Malulah Aku Kawan”
PENGAWAL 1:             “Ini..Ni..Yang Tak Beres Ni, Gimane Daerah Kita Mau Maju, Hidup Nak Bergantong Dengan Orang Terus, Kalau Mau Hidup Maju Tu, Harus Mandiri, Kerja Keras, Makanye Raje Kite Mau Mental-Mental Yang Seperti Ini Harus Dibasmi Dikerajaan Kite Ni”
DAYANG 2:                  “Betul Tu...Jangan Jak Banyak Melamun Banyak Merenung, Tapi Kerja Nyate Tu Yang Penting, Jelas Hasilnye, Barulah Rakyat Kite Makmur
PENGAWAL 1:             “Sudahlah Kawan, Sepertinya Tempat Ini Sudah Beres Ayo Kite Keluar, Sebentar Lagi Raje Kite Pun Mau Datang.. Ayo Kita Pergi”
PENGAWAL 2              : “Iya Ya..Ayo...(Meninggalkan Istana Dengan Iringan Musik )

BLACKOUT
PENAMPILAN 1

BABAK II
(TERDENGR GONG, PERTANDA PARA MENTERI, HULU BALANG, PARA PENDEKAR PUN MEMASUKI ISTANA RAJA PUN MEMASUKI KERAJAAN. PARA UNDANGAN YANG HADIRPUN BERDIRI DAN MEMBERI HORMAT KEPADA RAJA SUKADANA. TARIAN PERSEMBAHAN PUN DI TAMPILKAN)
SETELAH TARIAN PERSEMBAHAN, TERJADI PEMBICARAAN PANJANG ANTARA RAJA, MENTERI, HULU BALANG, DAN PERMAISURINYA.
RAJA MEMPERTANYAKAN KONDISI RAKYAT SUKADANA KEPADA PERDANA MENTERINYA DAN PARA HULU BALANGNYA:

Raja Sukadana :                        “Perdana Menteri, bagaimanakah kondisi rakyatku hari ini !!!
Perdana Menteri:                       “sangat baik tuanku, setelah paduka memberikan titah kepada rakyat pentingnya semangat kerja keras dan gotong royong untuk kemakmuran rakyat, mereka berbondong-bondong bekerja dengan giat, hasil panenpun meningkat !!!ampun tuanku
Raja Sukadana:                         “hulu balang benarkah itu ?
Hulu balang 1:                           “Benar Tuanku, rmereka semakin menyadari bahwa untuk maju haruslah dimulai dalam diri sendiri dan tidak mudah menyerah dengan keterbatasan”  
Raja Sukadana:                        “tapi yang paling penting adalah kalian sebagai pejabat istana, jangan pernah mengambil hak-hak mereka, agar kerajaan kita semakin kuat. Karena kekuatan kerajaan kita terletak pada kekuatan rakyat”.
                                                Untuk itu aku ingin mengucapkn terima kasih kepada kalian dan rakyatku..”

PERDANA MENTERI, HULU BALANG MENGANGGUK, SEBAGAI SIMBOL TERIMAKASIH KEPADA RAJA SUKADANA YANG BIJAK YANG DIIKUTI TERIAKAN KERAS.
RAKYAT :                                 “Hidup Raja Sukadana, Hidup Raja Sukadana, Hidup Raja Sukadana !!
RAJA SUKADANAPUN MENGANGKAT TANGANNYA UNTUK SUPAYA RAKYAT BERHENTI BERTERIAK. IA PUN BERDIIR DENGAN GAGAHNYA.         
Raja Sukadana:                         “Perdana Menteri, (BERDIRI)
Perdana Menteri:                       “Ya..Paduka ?
Raja Sukadana:                         “Apakah Hasil Musyawarah Semalam, Sudah Menjadi Keputusan Yang Bulat ...
Perdana Menteri:                       “Ampun Paduka..Sudah Paduka, Berdasarkan Penerawangan Ahli Nujum Bahwa Hari Ini Adalah Hari Yang Tepat Untuk Pengorbanan”
Raja Sukadana:                        “Benar-Kah Ahli Nujum”
Ahli Nujum :                             “Benar Paduka” Dari Apa Yang Hamba Lihat ..Hari Ini Adalah Waktu Yang Dinanti-Nantikan Tuanku...
Raja Sukadana:                        “Jika Benar” Bagaimanakah Kematian Abangku”
Ahli Nujum:                              “Itu Tidak Pasti Tuanku”
Raja Sukadana:                        “Apa Maksudmu Ahli Nujum”
Ahli Nujum:                              “Ampun Paduka”Aku hanya bisa meramal tapi tidak bisa memastikan “
Permaisuri:                               “Kanda, Sabarlah Kanda”
Ada Apa Kanda, Mengapa Kamu Sangat Gelisah, Bukan Kah Keputusan Ini Untuk Kebaikan Kita Bersama, Untuk Rakyatmu ? Rakyat Sukadana
Raja Sukadana:                        “Dia Abangku Dinda, “Air Ditetak Tak Akan Putus” ..Aku Sangat Menyayanginya,  Dari Kecil dialah yang Menjagaku, Hingga Hari Ini aku tetap menjadi Raja”
Permaisuri:                               “Dinda Mengerti Kanda, Dinda Yakin Semua Yang Hadir Disini Sangat Menyanginya, Tapi.. Ini Jalan Yang Terbaik, Kanda..?”
Raja Sukadana:                        “Aku Mengerti, Tapi “...
Permaisuri:                               “Tapi Apa..kanda?? Kanda Mau Mengorbankan ketentraman rakyat sukadana..Sudah Banyak Kanda.. Jangan Ada Korban Lagi....Rakyat Kita Sudah Banyak Yang Sengsara Atas Perbuatan Abang...Ini Kezaliman Dosa Besar Kanda ??
Hulu Balang1:                           “Ampun Tuanku..Iya Benar Tuanku..Apa Yang Dikatakan Permausri ..Kita Tidak Mau Ada Lagi Korban Yang Baru...Kasihanilah Kami Tuanku..Jika Ini Dibiarkan Berlarut-larut Bagaimana Nasib Keturunan Kami Nanti, Ini Sudah Bertahun-Tahun...Ampun Tuanku.”
Hulu Balang2-3:                        “Ya Tuanku..Kasihanilah Kami”
Raja Sukadana :
SUASANA SEMAKIN KALUT AKHIRNYA PENGAWAL MEMBERIKAN KABAR BAHWA SIDANG PANAPE MENGHADAP KE ISTANA ?
PENGAWAL1,2:                       “Ampun Tuanku,..Pangeran Sudah Menuju Halaman Istana !!
Raja Sukadana:                        “Baiklah, Jika Ini Menjadi Jalan Terbaik Untuk Kita Semua, Aku Akan Melaksanakan Keputusan Ini”.
”Bawa Pangeran Masuk Ke Halaman Istana”
Pengawal1 dan 2:                     “Baiklah Tuanku”


SIDANG PANAPE DENGAN GAGAHNYA MENGHADAP KE ISTANA, RAJA SUKADANA, KEDUA BERSAUDARA ITUPUN LANGSUNG BERPELUKAN CUKUP LAMA, MENGGAMBARKAN BETAPA ERATNYA RASA PERSAUDARAAN DI ANTARA KEDUANYA. TANPA SEMPAT BERKATA-KATA, KEDUANYA PUN BERJALAN BERDAMPINGAN DIIRINGI HULUBALANG DAN PENGHUNI KERAJAAN LAINNYA MENUJU PANGGUNG KEHORMATAN DI HALAMAN ISTANA.
SIDANG PANAPE:                   “Maaf Dik, Aku Terlambat
RAJA SUKADANA:                   “Tidak Apa-Apa Bang” Silakan Bang ?”
PANGGUNG KEHORMATAN YANG BERDIRI MEGAH DI HALAMAN ISTANA SUKADANA, BIASANYA DIBANGUN UNTUK MENGORBANKAN PENJAHAT KELAS KAKAP. HAL TERSEBUT MENJADI ADAT ISTIADAT YANG DILAKUKAN TURUN TEMURUN.
KETIKA DIPERSILAKAN KE BANGSAL ISTANA DENGAN DIIRINGI RAJA DAN PARA PEJABAT ISTANA, PANGERAN SIDANG PENAPE MASIH BELUM MENGETAHUI SIAPAKAH GERANGAN PENJAHAT YANG AKAN DIKORBANKAN DENGAN PERHELATAN YANG BEGITU BESAR ITU. PANGERAN SIDANG PENAPE MENANYAKAN HAL TERSEBUT.
SIDANG PANAPE :                 "Oh Ya Adikku..Perhelatan Ini Begitu Besar, Dan Ini Ada Dua Tiang Seri  Istana, Siapakah Penjahat Yang Akan Dikorbankan ?,"
(TANYANYA SERAYA MENATAP DALAM-DALAM WAJAH ADIKNYA, RAJA SUKADANA)
(AKIRNYA RAJA SUKADANA MENUNDUKKAN KEPALA DAN MENJAWAB DENGAN NADA YANG SANGAT BERAT, MENARIK NAFAS PANJANG  SEOLAH-OLAH ADA YANG MENGGANJAL DI LEHERNYA.
RAJA SUKADANA:                   "Abanglah Yang Akan Dikorbankan”
BAGAIKAN DISAMBAR PETIR DI SIANG BOLONG, PANGERAN SIDANG PENAPE BENAR-BENAR TIDAK PERCAYA ATAS UCAPAN ADIKNYA ITU.
SIDANG PANAPE:                   Apa !!!” Aku,..Aku..Aku ! ”"Sampai Hati Benar Kau dek, Mengorbankan Abangmu Sendiri," (Lirihnya)
Raja Sukadana:                        “Maafkan Aku Abang ??
Sidang Panape:                        “Ku Kira Hari Ini Aku Disanjung, Dipuja Ternyata “  !!!
                                                “Dugaan Ku Benar, Berbualan-Bulan Aku Diserang, Oleh Hulu Balang- Hulu Balangmu !”Sampai Dengan Cara Yang Ghaib Pun Kau Lakukan...Tapi Aku Tetap Menghormatimu Sebagai Raja....
“Kukorbankan Raga Dan Nyawaku Untuk Negeri Ini, Air Susu Dibalas Air Tuba,  "
Raja Sukadana:                         “Maafkan Aku Bang” Ini Sudah Menjadi Titahku !”
Sidnag Panape:                        “Ya..Kalaulah Memang Itu Yang Kau Inginkan, Besar Dua Telapak Tangan, Nyiru Aku Tadahkan..
                                               Demi Bhaktiku Padamu , Aku Terima Titahmu,"
(UCAPAN PANGERAN SIDANG PENAPE YANG MENGIBA DIRI ITU MEMBUAT RAJA SUKADANA HAMPIR MENGUCURKAN AIR MATA. KARENA DI DALAM BENAKNYA BERKECAMUK, MEMILIH CINTA KASIH KEPADA ABANGNYA ATAU RAKYATNYA. SEHINGGA TIDAK SEPATAH KATA PUN YANG TERUCAP DARINYA)
Raja Sukadana:                         “Maafkan Aku Bang ?
Sidang Panape:                         “Titah Sudah Terucap, Janji Harus Ditepati, Jika Ingkar Badan Binasa “
(SAMBUTAN MERIAH DARI RAKYAT DAN PARA HULUBALANG MEMBUYARKAN PIKIRAN RAJA SUKADANA DAN PANGERAN SIDANG PENAPE)
Rakyat-Hlu Balang:                    "Hidup Yang Mulia Raja,, Hidup Pangeran," Teriak Para Hulubalang Bersamaan Dengan Penduduk Sukadana.
Sidang Panape:                        “Dengar Suara Mereka ! Apakah Suara Mereka Berteriak Untuk Kemenanganku Atau Kematianku...
(SEJENAK, KEKALUTAN PIKIRAN DUA BERSAUDARA ITU SIRNA. TETAPI KEMBALI MENEGANG SETELAH MENTERI MENGHADAP UNTUK MENYAMPAIKAN WAKTU PENGORBANAN TELAH TIBA)
Perdana Menteri:                       “Ampun Tuanku Sudah Saatnya Pengorbanan Dilakukan !
RAJA SUKADANA MASIH MENIMBANG-NIMBANG KEPUTUSAN TERAKHIRNYA, MEMBATALKAN PENGORBANAN ATAU MELAKSANAKANNYA.
Raja Sukadana:                         "Laksanakan"”
Sidang Panape:                         “Ayo Menteri ..”
Raja:                                        “Abang “ (AKHIRNYA IA PUN PASRAH DENGAN MENGANGGUKKAN KEPALA DIHADAPAN MENTERI)
(UPACARA PENGORBANAN PUN DIMULAI. UPACARA SAKRAL PENGORBANANPUN DILAKUKAN LAYAKNYA PERANG BESAR, HULU BALANG1,2 MENGEKSEKUSI PANGERAN SIDANG PANAPE DENGAN SEJANTA ANDALANNYA. MENGHUJAMKAN SENJATANYA MASING-MASING KE TUBUH PANGERAN SIDANG PENAPE YANG BERDIAM DIRI TIDAK MEMBERIKAN PERLAWANAN. SAMPAI PADA AKHIRNYA DUA HULU BALANG TAK MAMPU MELUMPUHKAN SIDANG PANAPE, IKATAN TERLEPAS, PARA HULU BALANG TERLEMPAR JAUH AKIBAT KESAKTIAN SIDANG PANAPE.
PANGERAN SIDANG PENAPE PUN SANGAT KECEWA, TIDAK MENYANGKA ADIK KANDUNG YANG BEGITU DISAYANGI, TERNYATA MENGINGINKAN KEMATIANNYA. SEHINGGA PRIA TANGGUH ITU TIDAK SANGGUP LAGI MEMBENDUNG AIR MATANYA.
Sidang Panape:                         “Adikku.. Mengapa Kau Tega Mau Menghabisi  Nyawaku..Aku Tak Pernah Berkhianat Kepadamu..Bahkan Sedikitpun Aku Tak Berniat Merebut Kekuasaanmu”.. Tega Nian Kau Kepadaku”

RAJA SUKADANA PUN KELIMPUNGAN MENDENGAR UCAPAN PANGERAN SIDANG PENAPE. TIBA-TIBA SAJA SUASANA MENJADI HENING, TIDAK SEORANG PUN YANG BERANI MENGELUARKAN SUARA.
SEMENTARA ITU, RAJA SUKADANA BERTAMBAH BINGUNG MENJAWAB PERTANYAAN DARI ABANGNYA. DENGAN SUARA BERAT DAN TERBATA-BATA DIA BERKATA.
Sidang Panape:                        "Maafkan Aku Bang, Hal Ini Kulakukan Demi Rakyat Sukadana Yang Sudah Tidak Sanggup Lagi Dengan Adat Yang Abang Berlakukan, Karena Tidak Berprikemanusiaan Bang ???"
(USAI BERKATA DEMIKIAN, RAJA SUKADANA LANGSUNG TERDIAM, KARENA TIDAK SANGGUP MELIHAT TETESAN AIRMATA ABANG KANDUNGNYA YANG SEMAKIN MENJADI-JADI, SEOLAH TUMPAH BEGITU SAJA DARI MATANYA)
MENDENGAR JAWABAN ADIKNYA, PANGERAN SIDANG PENAPE HANYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, MERASA TIDAK PERCAYA ATAS JAWABAN YANG DILONTARKAN SAUDARA KANDUNGNYA.
Sidang Panape:                         "Ya Aku Tahu, Tapi Itu Bukan Keinginanku.., Tapi Tuntutan Badan Karena Ilmu Yang Kuperoleh..”Aku Juga Tak Ingin Adat Ini”
“Tapi Sudahlah,...Kalau Kalian Memang Mengingikan Kematianku, Aku Tidak Bisa Mengelak Lagi. Mungkin Memang Sudah Suratan Takdir, Aku Harus Mati Di Tangan Adik Kandungku Sendiri,"
(PANGERAN SIDANG PENAPE MENARIK NAPAS DALAM-DALAM. SELANJUTNYA BERKATA KEPADA ADIKNYA) RAJA SUKADANA HANYA TERPAKU DENGAN WAJAH YANG TIDAK BERSERI SAMA SEKALI. ORANG NOMOR SATU DI KERAJAAN SUKADANA ITU MEMINTA MAAF KEPADA SAUDARA TUANYA ITU.
Raja Sukadana:                         “Maafkan aku bang," Aku Juga Tak Rela Abang Diperlakukan Seperti Ini “Abanglah Satu-Satunya Orang Yang Melindungiku, Sejak Ayah Dan Mak Tiada “Abanglah Yang Menjaga Dan Membimbingku Higga Aku Menjadi Raja..Abanglah Yang Pantas Menjadi Raja Bukan Aku”?
(BERAT LIDAHNYA BERKATA-KATA KARENA TERTEKAN PERASAAN ATAS SEGALA PERBUATANNYA YANG MELUKAI, MENGHANCURKAN HATI DAN PERASAAN ABANGNYA. PANGERAN SIDANG PENAPE PUN DENGAN BIJAKSANA BERUSAHA MENGHIBUR ADIKNYA)
Sidang Panape:                         "Sudahlah...Sudahlah Adikku. Karena Ajalku Pun Memang Sudah Tiba. Janji Akhir Telah Diputuskan, Suratan Telah Ditentukan, Takdir Sudah Menunggu, Aku Harus Mati Di Tanganmu Sendiri.
"Aku Mengerti, Tetapi Demi Rakyatmu, Demi Kerajaanmu, Ini Harus Kau Lakukan,"
Aku Sadar Bahwa Aku..Memang Lupa Akan Adat, Aku Hanya Menuruti Nafsu Dan Mementingkan Diriku sendiri
                                               "Hari Ini Akan Ku Beritahu Rahasia Kekuatanku” Ambillah Keris Di Bawah Bantalku.  Keris Itu Tidak Bergagang, Buatlah Gagangnya Dari Tebu. Aku Tidak Akan Mati Oleh Senjata Pusaka Apapun, Kecuali Dengan Keris Pusaka Itu. Ambillah...,!!!
DENGAN SUARA YANG BERAT DAN PERLAHAN, PANGERAN SIDANG PENAPE MELANJUTKAN KATA-KATANYA
SIDANG PANAPE:                   “Jangan Kau Tikamkan Keris Pusaka Itu Ke Tubuhku. Tetapi Goreskan Saja Di Tepi Telingaku. Setelah Itu Baringkan Aku Di Peraduan Dengan Dijaga Seorang Perawan, Sebagai Istriku Yang Terakhir”.
RAJA SUKADANA PUN SEGERA MEMERINTAHKAN DUA ORANG PRAJURITNYA MENGAMBIL PUSAKA TIDAK BERGAGANG (SEPERTI YANG DISEBUTKAN PANGERAN SIDANG PENAPE). DUA ORANG LAGI DIPERINTAHKAN MEMBUAT GAGANG KERIS DARI TEBU.
Raja Sukadana:                        “Baiklah Bang, Perdana Menteri ? Ambilllah
Perdana Menteri:                       “Ya Tuanku !”
Raja Sukadana:                        “Ambillah Keris Pusaka Dibawah Bantal Pangeran, Keris Itu Tidak Bergagang Buatkan Gaganya Dari Tebu”
Perdana menteri                        “Baiklah Tuanku”.
PERDANA BERSAMA PERDANA MENTERI PUN BERGEGAS MENGAMBIL KERIS SIDANG PANAPE. IA PUN BERCERITA MENGENANG MASA KECILNYA.
Sidang Panape:  “                     Adikku,
Raja Sukadana:                        “Ya..Bang”
Sidang Panape:                        “Kau Tahu Adikku..” Saat Itu Aku Bersumpah Demi Jiwa Dan Ragaku Bahwa Aku Akan Menjagamu Hingga Akhir Hayatku..”
                                               Aku Akan Membela Negeri Ini Hingga Akhir Hayatku !!!
                                               Aku Tahu Sejarah Akan Mengenangku Bahwa Aku Adalah Seorang Satria Yang Bertingkah Buruk”
                                                Aku Terima Itu, Tapi Aku Yakin  Percikan Darahku Dan Hilangnya Nyawaku Hari Ini..Membawa Kedamaian Bagi Semua Rakyat...
                                                Satu Pesanku Kepada Anak Cucuku
“Ketahuilah Ilmu Hitam Tidak Akan Membuatmu Bahagia, Hanya Agama Yang Dapat Menuntun Mu Ke Jalan Kebaikan..
                                               Wahai Rakyat Sukadana !!!
                                               “Jangan Biarkan Penjajah Menginjak-Nginjak Tanah Kita, Jangan Biarkan Mereka Merendahkan Martabat Bangsa Kita, Meski Negeri Ini Tak Punya Senjata Secanggih Mereka, Tapi Semangat Keberanianlah Yang Dapat Mengalahkan Mereka”
                                               “Sampaikan Ke Anak Cucuku “Cintailah Negerimu”Hingga Darah Terakhir !!!
PENGAWAL PUN DATANG KERIS PUSAKA MILIK PANGERAN SIDANG PENAPE BERGAGANG DARI TEBU. PERDANA MENTERIPUN MENYERAHKAN KERIS PUSAKA ITU KEPADA RAJA
Raja Sukadana:                         “Maafkan Aku Abang”
RAJA SUKADANA PUN MENGGORESKAN KERIS PUSAKA BERGAGANG TEBU DI DEKAT TELINGA ABANGNYA ITU DAN MEMANCARKAN DARAH BERAWARNA PUTIH..DIIRINGI SUARA TERIAKAN KERAS
Sidang Panape:                        “Akkkkk !!!”
ANGIN DAN SUARA-SUARA KEMATIANPUN TERDENGAR PERLAHAN TAPI PASTI, DARAH BERWARNA PUTIH MENGALIR DARI DEKAT TELINGA PANGERAN SIDANG PENAPE. TUBUH YANG GAGAH PERKASA, BEROTOT DAN TIDAK PERNAH TERLUKA ITU PUN MULAI LUNGLAI.
IA PUN DITANDU KELUAR HALAMAN ISTANA , SUASANA SEMAKIN SUNYI DAN KEHARUAN DIHATI RAKYAT SUKADANA YANG DISUKA DAN DIBENCI MATI OLEH TANGAN RAJANYA.
BLACKOUT
PENAMPILAN 2.

BABAK III
SETELAH HAMPIR SETAHUN , SETELAH KEMATIAN PANGERAN SIDANG PANAPE, PENGAWAL DIPERINTAHKAN RAJA SUKADANA UNTUK MENJAGA ISTRI SIDANG PANAPE YANG AKAN MELAHIRKAN , MASIH TERINGAT DALAM BENAK PENGAWAL 1 DAN MERASAKAN KERINDUAN ATAS KEMATIAN PANGERANNYA.
Pengawal 1:                              “Sudah Hampir 10 Bulan Pangeran Tiada, Hati Pikiranku Masih Merasakan Kehadiran Pangeran Disini, Seorang Ksatria Yang Membela Negerinya” Seorang Abang Yang Setia Pada Adiknya, Seorang Rakyat Yang Patuh Pada Rajanya”
                                               Hari ini, engkau mengajarkan kami pentingnya cinta tanah air ini, menjaga keambisian untuk diri sendiri, kehausan tahta dan jabatan bukanlan tujuan hidupmu. Orang bijak berkata “
“Jika Hidup Melagakkan Kuasa,
Alamat Hidup Menanggung Siksa
Bila Hidup Melagakkan Pangkat
Lambat Laun ditimpa Laknat
Padahal Engkau kuat, engkau Sakti Mandraguna, tapi kesaktianmu itu bukan alat untukmu merampas hak-hak Saudaramu.!!”
Semoga Pangeran Tenang di alam sana
Kini engkau telah tiada,
PENGAWAL 1 SANGAT SEDIH ATAS KEMATIAN PANGERANNYA, TIBA-TIBA DATANG PENGAWAL 2 MEMBAWA MINUMAN KEPADA PENGAWAL 2 :
Pengawal 2:                  “Hoi..kawan ape yang kau lamunkan ni ?
Pengawal 1:                  “aku teringat pangeran kawan “ (dengan perasaan iba)
Pengawal 2:                  “sudah lah kawan yang berlalu biarlah berlalu, memang sudah suratan takdir, kite-pun bisa berbuat ape “agikpun ini kan untuk kedamaian masyarakat kite juga, kau mau adat buruk itu menimpa anak cucuk kite nanti”
Pengawal 1:                  “ ye aku tahu itu !!”, tapi siapa lagi orang yang nak menjage negeri ini dari penjajah, mane ade orang yang sakti agik macam pangeran”carik am kalau ade ?”
Pengawal 2:                  “soal itu, gampang kawan, kan ade generasi-generasi penerus kite yang akan datang, serahkan jak itu kepada tangan-tangan mereka, saye yakin mereka pasti bise”?
Pengawal 1 masih kesal dan berang dengan pengawal 1.
Pengawal 1:                  “ape !!!” anak mudak, aduh, aku sih bukan tak percaya, cobe liat, anak-anak mudak sekarang, pada umumnye mereka lebih senang dengan hal-hal bertentangan budaya kite, bahkan mereka tu tak tahu tentang sejarah budaye negerinye sendiri..mereka tak kenal adat bahase,”.
Pengawal 2:                  “iye sih, tapi kite harus optimis kawan, saye yakin melalui pembangunan yang dilaksanakan Raje dan para pejabat Istana yang Jujur dan Amanah, saye yakin bangse kite pasti maju...
TIBA-TIBA SUARA TERIAKAN KERAS DARI ISTRI PANAPE YANG INGIN MELAHIRKAN.
Istri Panape:                  “Akkkh...Akkkh......Akkhhhh !!!! (suara bayipun terdengar)
Mak Inang pun keluar membawa Bayi Panape dengan menyuruh Pengawal untuk memanggil Raja Sukadana dan Permaisuri:
Mak Inang:                    “Pengawal, pergilah kepada Tuanku, berikan kabar gembira ini bahwa Istri Pangeran sudah melahirkan, cepat pergilah”.
Pengawal 2                   “Baiklah mak Inang
Istri Panape pun Memanggil Mak Inang
Istri Panape:                 “Maaak Inang,
MAK INANG PUN MEMBERIKAN BAYINYA KEPADA PENGAWAL 1 DAN MENGGENDONGNYA DENGAN PENUH BAHAGIA.
TIBA-TIBA RAJA PUN DATANG BERSAMA PERMAISURI, PARA PERDANA MENTERI DAN HULU BALANGNYA..
Pengawal 1:                  “tuanku, (menyerahkan Bayi itu kepada Raja)
RAJA PUN MENGGENDONG BAYI ITU DENGAN PENUH SUKA CITA
Raja Sukadana:             “Wajahmu Sama Dengan Ayahmu, Semoga Kau Menjadi Anak Yang Kuat Nak, Anak Yang Berbakti Kepada Negerimu, Seperti Ayahmu Seorang Ksatria Yang Cinta Pada Negerinya”
 Mak Inang:                  “Ampun Tuanku, Ada Sesuatu Yang Aneh, “ Ini Tembuniknya Keras Seperti Batu”
(RAJA SUKADANA DAN ORANG YANG HADIR TAKJUB DAN MELETAKKAN BAYI KE PERMAISURINYA, MAK INANGPUN MENYERAHKAN TEMBUNIK YANG MEMBATU KEPADA RAJA
RAJA SUKADANA :                 “Luar Biasa, Ini Adalah Bukti Bahwa Abangku, Pangeran Sidang Panape Benar-Benar Sakti Mandraguna, Simpanlah Ia Dihutan Matan. (Raja Pun Mengangkat Tembunik Yang Membantu Itu)
Raja Sukadana:                        “Akan Aku Beri Nama Tembunik Yang Membatu Ini Dengan Sebutan“ Batu Sibugal !!!

1 komentar: