Rabu, 22 Juni 2016

INOVASI PEMBELAJARAN; STUDENT TO STUDENT

INOVASI PEMBELAJARAN;  STUDENT TO STUDENT
Oleh : Jamani

Berawal dari ungkapan bijak Socrates “Kelas adalah pertempuran antara guru dengan anak didiknya, dan senjatanya adalah pertanyaan”. Pembelajaran merupakan sentralnya kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan, emosional, spritual, kecakapan hidup dan keagungan moral. Jamal Ma’mur Asmani (2014:25) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Lebih lanjut, salah satu langkah utama untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
M. Firdauz Zarkasi (2009) dengan istilah “Belajar mengajar” adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Sangat jelas bahwa guru harus mempersiapkan segala perencaanaan sebelum ia mengajar, salah satunya dikenal dengan “strategi”. strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual yang efektif dan efesien untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Jamal, 2014: 27).
Lebih sederhana Hilda Jaba dalam Firdaus (2009:24) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran.  Herdian (2012) strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. misalnya contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Berangkat dari uraian tersebut, maka sudah keharusan bagi guru untuk mencipta, meramu atau memformulasi strategi-stratgei yang tepat sebelum ia mengajar, sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan sistematis, efektif dan efesien. Pembelajaran yang sistematis akan memudahkan peserta didik untuk memahami tujuan ia belajar sehingga tidak membingungkan. Sedangkan ketepatan strategi dan efesiensi waktu akan menghasilkan akhir belajar yang sesuai harapan.
Sunhaji (2009:21-22) menjelaskan bahwa ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Pertama. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan agar mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. Kedua perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok.  
Sedangkan beberapa penilaian yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa sekaligus mengetahui tingkat keberhasilan mengajar guru itu sendiri adalah istimewa /maksimal, baik sekali/ optimal, baik/minimal dan kurang. Lanjut Suhandi (2009)  bahwa nilai istimewa diberikan apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Nilai baik sekali diberikan apabila sebagian besar bahan pelajaran yang diajarkannya dapat dikuasai siswa (85% sampai dengan 94 %). Nilai bail minimal diberikan apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 % sampai dengan 84 % yang dikuasai siswa. Sedangkan nilai kurang dan 75 % yang bisa dikuasai siswa.
Dari pendapat di atas, sangat jelas bahwa daya serap siswa dalam memahami apa yang mreka pejari dan bagaimana perilaku siswa dalam belajar. Hal tersebut merupakan hal yang harus dipertimbangkan guru dalam merencanakan strategi pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran nantinya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu guru harus mampu menguasai konsep atau materi yang akan diajarkan dan penggunaan metode yang tepat.
Asmani (2014:28) menjelaskan bahwa penguasaan materi adalah langkah utama yang membuat guru harus banyak membaca, menulis, berdiskusi dan mempertajam analisis. Sedangkan metodologi adalah cara untuk meramu materi yang banyak, seperti suguhan atau jamuan makan yang indah, lezat dan menyenangkan  sehingga membuat ketagihan orang yang memcicipinya. Lanjutnya, bahwa materi tanpa metodologi yang kurang menarik, membosankan dan kehilangan daya pikat, sehingga dikhawatirkan anak didik lari. Sedangkan metodologi tanpa materi akan terasa hampa, kosong dan kering ilmu. Oleh karena itu kedua-duanya harus sama-sama dikuasai dan dipraktikkan sehingga hasil pembelajaran memuaskan semua pihak (lihat. Asmani, 2014: 29).
Mengacu dari pendapat tersebut, bahwa penguasaan materi dan metode sangatlah penting bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna, sehingga guru tidak asal menilai hasil belajar anak didik yang hanya berdasarkan satu atau dua sumber. Ditambah lagi dengan metode yang monoton tanpa variatif yang akan mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajarnya.
Nah, disini penulis mencoba untuk berinovasi dalam meramu beberapa strategi pembelajaran di atas dengan tetap mengacu pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan strategi pembelajaran yang sudah ada dengan memodifikasi berbagai strategi yang dikenal “student to student” dengan pendekatan Saintifik yang saat ini populer dalam Kurikulum 2013 yaitu mengamati; menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/mengolah informasi; dan mengkomunikasikan.
Strategi “student to Student” merupakan strategi yang dikembangkan penulis dari strategi Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa) yang ditawarkan Mel Silbermaran (2007) yaitu strategi pembelajaran aktif yang menggunakan pertanyaan dari siswa sebagai bahan utama dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Adapun Kelebihan Questions Students Have adalah: (1) Dapat mengaktifkan siswa secara penuh; (2)Melatih rasa percaya diri siswa; (3) Melatih siswa untuk berbuat jujur (4) Meningkatkan kreatifitas siswa; (5) Dapat memeperdalam penguasaan materi pelajaran; (6) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan kelemahan dari strategi ini adalah memakan waktu lama jika digunakan dalam kelas besar.
dan pertanyaan dari siswa seringkali tidak sesuai dengan topik yang dibahas (lihat. Mel Silberman, 2007 yang diterjemahkan Sarjuli, dkk).
Berangkat dari kelemahan strategi diatas, yaitu memakan waktu lama dan pertanyaan siswa tidak sesuai topik, maka penulis menyikapina dan mengembangkannya melalui pendekatan saintifik yaitu :
1.      Sebelum kegiatan inti dimulai , guru memberikan penjelasan tentang bagaimana cara belajar yang akan dilakukan dengan menjelaskan langkah-langkah atau tahapan belajar dengan “student to student, sehingga siswa tidak bingung.
2.      Pada kegiatan inti, sebelum bertanya siswa di arahkan untuk mengamati terlebih dahulu media visual dengan waktu yang ditentukan seperti gambar, video dan teks bacaan untuk mengingatkan kembali pengalaman belajar siswa.
3.      Setelah itu siswa diberikan secarik kertas untuk menuliskan pertanyaan yang berhubungan dengan media yang mereka amati, dengan setting waktu yang sudah ditentukan misalnya siswa mengajukan satu pertanyaan dengan waktu 2 atau 3 menit .
4.      Dalam waktu yang ditentukan guru mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, kemudian guru mengembalikan kembali pertanyaan siswa secara acak. Setelah itu siswa diberikan waktu 5 sampai 10 menit untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan.
5.      Kemudian setelah siswa menjawab guru mengumpulkan kembali jawaban-jawaban tersebut dan memilah pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, misalnya siswa mampu menjelaskan pengertian, contoh perilaku dan sebagainya.
6.      Guru memilah pertanyaan yang relevan, dan jawaban yang mendekati, sehingga yang diambil hanya yang mewakili. katakalah dalam 30 siswa ada 5 atau 8 yang dijadikan sebagai sampel. Setelah itu hanya guru menyampaikan hasil kerja siswa dengan metode ceramah yang bervariatif sehingga pembelajaran dapat menyenangkan dan tumbuhya kepercayaan siswa, misal “ baiklah anak-anak sekarang kita akan bacakan seorang penanya dari saudara, Bapak, atau Ibu, ....dan dijawab oleh seorang Pakar...Fiqh, Dr. KH, atau Ustadz (disini penulis mencotohkan panggilan sesuai mata pelajaran yang penulis ampu).
7.      Setelah guru membacakan jawaban siswa tersebut, guru kembali menegaskan kembali kepada siswa yang lainnya untuk meminta pendapat (mengasosiasi) jawaban tersebut.
8.      Setelah didapatkan dari berbagai jawaban berupa pendapat dan komentar (mengkomunikasikan), guru bersama siswa menyimpulkan dengan menguraikan jawaban yang benar.
9.      Setelah pertanyaan dan jawaban dibacakan serta jawaban yang disampaikan, guru memberikan test tertulis atau latihan lisan kepada siswa dengan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dibahas.
10.  Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas dan latihan di rumah.

Demikianlah uraian singkat tentang strategi “student to student”. Sebagai catatan strategi ini bisa dilakukan 1 atau 2 kali pertemuan atau lebih sesuai topik yang dipelajari.
Dalam pelaksanaannya penulis sudah melakukannya beberapa kali pertemuan, dan alhamdulillah anak didik ketagihan dengan strategi ini dan mudah-mudahan strategi ini dapat bermanfaat bagi ingin mencoba. Terima kasih. Selamat Mencoba !!!!!!!

Penulis : Guru PAI SMKN 1 Sukadana

HP. : 085252014985

0 comments:

Posting Komentar