Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Jumat, 25 September 2015

Khutbah Hari Ini; Memaknai Peristiwa Qurban dalam Kehidupan

Memaknai Peristiwa Qurban dalam KehidupanOleh : Jamani

Para hadirin jemaah jumat rahikumullah
Marilah kita banyak bersyukur,  atas segala karunia dan nikmat allah swt yang kita rasakan hingga detik ini, selain diberikan jasad yang sehat, kita juga tergolong manusia yang sangat beruntung, meskipun disela kesibukan dalam memenuhi kebutuhan hidup, kondisi alam tak bersahabat maka dengan cahaya keimanan yang tertanam dalam jiwa kita, sehingga kita dapat hadir untuk melaksanakan shalat fardhu jum’ah.  “Maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.Para hadirin jemaah jum’at rahukumullahSehubungan masih dalam suasana bulan zulhijah, 2 dzulhijah 1436 h, maka tema jumat kita hari ini adalah memaknai hikmah idul adha dalam kehidupan. Sebelum itu marilah kita senantiasa selalu meningkatkan amal sholeh, menjauhi larangan-nya, agar kita selalu dalam petunjuk-nya, rahmat dan rahim-nya, sehingga mendapatkan predikat taqwa yang dimuliakan disisi-nya.

Hadirin jemaah jumat rahima kumullah :
Firman allah swt : Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan allah terhadap hidayah-nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.Hadirin jemaah jumat rahima kumullah :
Idul adha , dikenal hari raya haji dan hari raya qurban, disebut hari raya haji mengingatkan kita kepada baitullah di masjidil haram  yang dibangun bangsa ka’ab. Nabiyyalallah ibrahim as. Umat islam di dunia suka-cita, telah melaksanakan syariat haji sebagai syariat agama .
Kemudian disebut hari raya qurban, qurban berasala dari kata qorib berati “dekat”, sehingga qurban secara syariat  ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada allah swt, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.Sedangkan secara maknawiyah menyembelih sifat kekikiran menjadi suka memberi, putus asa, menjadi optimis, sombong menjadi tawadhu’, sifat maksiat menjadi orang yang bertaubat dan lain sebagainya.
Hadirin shalat jumat rahima kumullah,
Peristiwa qurban, kita diingatkan pada perjuangan seorang ayah, ibrahim as. Ibrahim adalah seorang ayah mengalami proses hidup pernuh perjuangan, memiliki kesabaran dan selalu taat kepada allah swt, meskipun berbagai ujian yang menimpanya sehingga ibrahim diangkat allah derajatnya sebagai imam semua manusia.
 Sebagaimana firman allah swt :Dan ketika ibrahim diberi cabaan (bala?) Oleh tuhannya dengan beberapa kalimat (berbagai cobaan) , lalu ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman, ?sesungguhnya aku menjadikan kamu hai ibrahim imam semua manusia ....?. (qs. Al-baqarah : 124)?
Berdasarkan ayat tersebut, bahwa nabi ibrahim as, diuji dengan suatu ujian yang hari ini bagi yang beriman satupun tak sanggup, yakni menyembelih seorang anak yang ia sayangi dan kasihi, anak yang sangat cerdas, anak yang apabila melihatnya hilang rasa lelah dan letih, temannya bermain bersuka cita, dan satu-satunya anak yang atas doanya siang dan malam, usaha dan ikhtiarnya, ketika ia sudah memperolehnya ia disuruh untuk menyembelihnya, ..
Namun, ibrahim dengan ketaatannya dan kesabaranya ia tidak mengeluh, ia tidak membantah, malah imannya semakin kokoh semakin kuat sebagai hamba allah yang menginginkan ridho allah swt.
Kalau itu yang diujikan kepada kita sebagai orang yang beriman, apakah kita sanggup, apakah kita mau mengorbankan anak kita, apakah kita mau anak kita diganti dengan emas permata ? Apakah kita mau memilih diuji allah dengan mengurbankan anak kita dengan mengorbankan harta kita. Apakah kita sanggup memilih ujian mengurbankan anak dengan ujian kondisi alam yang saat ini, kemarau panjang, kabut asap, yang diakibat perbuatan, tangan-tangan manusia yang tak bertanggungjawab, pasti kita memilih anak simata wayang kita, kita memilih keuturanan kita yang nantinya akan meneruskan perjuangan dan mendoakan, mengurus jenazah kita ketika meninggalkan dunia ini.
 kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka shalatlah karena tuhanmu, dan sembelihlah hewan ( qurban). Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus? (qs. Al-kausar : 1-3)
Begitupula dengan anaknya ismail dengan pasrah dan tunduk terhadap perintah allah :  sebagaimana firman allah swt:
“tatkala anak itu sudah dewasa, ibrahim berkata kepada anaknya: “wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi menyembelih kamu. Karena itu, apa pendapatmu tentang mimpiku itu?” Ismail berkata: “wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.” (qs. As-shaffat [37]: 102)Sungguh ayah dan anak ini  merupakan uswah hasanah bagi kita semua. Bahkan syariat nabi muhammad saw merupakan syariat yang dulunya telah diwahyukan allah kepada ibrahim (asy-syura : 13).  Sebagaimana sabda nabi saw :
Sunnatu abikum ibrahim.? (sunnah bapakmu adalah ibrahim)
(hr. Ahmad dan ibnu majah).

Para hadirin jemaah juamat rahikumullah
Kemudian kita diingatkan diingatkan oleh seorang wanita sekaligus istri dan ibu siti hajar yang bersikap sabar dengan keadaan dan kondisi yang berba sulit,serba ketiadaan mengandung ismail sampai melahirkannya, pada saat menyusui ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Dengan linangan air matanya dimana seorang ibu yang baru merasakan, berbagi kasih sayang kepada anaknya, tiba-tiba suaminya datang untuk menjemput untuk dikorbankan,

Namun ia tapi ia pasrah, ikhlas tawakal atas kehendak allah swt. Tetap patuh taat seta pada suaminya ibrahim as, dengan penuh kasih sayang membesarkan membimbing anaknya ismail...dan yakin bahwa allah bersamanya “la tahzan wala tahzan innallahama’ana. Jangan gentar, janganlah bersedih yakinlah bahwa allah bersama kita).

Hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Dari beberbapa dalil dan uraian di atas bahwa pada intinya adalah melalui ujian yang allah berikan kepada kita saat ini, kita diberikan kesuburan alam, kesehatan, harta, kedudukan dan jabatan, istri, anak dan keluarga yang utuh adalah merupakan sebuah nikmat dan karunia yang patut kita syukuri dengan sabar dan selalu mengingat allah.
Berapa banyak nikmat dan karunia yang tak terhitung allah berikan kepada kita, apakah kita juga tidak pandai bersyukur !Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Para hadirin jemaah jum’at rahikumullahMarilah kita menyadari kembali bahwa segala nikmat yang diberikan allah pada hakikatnaya adalah sebagai cobaan atau ujian. Apabila nikmat itu diminta oleh yang memberi. Sedang nikmat yang berupa harta yang kita miliki, hendaknya kita ikhlas untuk berinfaq; bersedekah di jalan allah, umur dan kesehatan mari kita pergunakan sebaik-baiknya sebelum ajal menjemput.
 Realisasi rasa syukur tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan mempertebal iman dan takwa kepada maha pencipta, dan yang terpenting kita akan terhindar dari murka dan siksaan allah seperti firmannya dalam surat al-an’am ayat 46 yang berbunyi:
artinya: “katakanlah, terangkanlah kepadaku jika allah mencabut pendengaran dan penglihatan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (kami) berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (kami) kemudian mereka tetap berpaling juga.”
satu hal lagi yang lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan allah subhannahu wa ta'ala bagi hambanya dengan firmannya dalam surat ibrahim ayat 7:
 Artinya: “jika kalian bersyukur niscaya aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaku sangat pedih.
Demkian khutbah ini semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur dan mengingat allah melalui sabar dan sholat.
 

Sabtu, 05 September 2015

Memaknai Ilmu Sebagai Amanah

MEMAKNAI ILMU SEBAGAI AMANAH ALLAH SWT
OLEH : JAMANI


Marilah kita banyak bersyukur,  atas segala karunia dan nikmat allah swt yang kita rasakan hingga detik ini, selain diberikan jasad yang sehat, kita juga tergolong manusia yang sangat beruntung, meskipun disela kesibukan dalam memenuhi kebutuhan hidup, maka dengan cahaya keimanan yang tertanam dalam jiwa kita, sehingga kita dapat hadir untuk melaksanakan shalat fardhu jum’ah sebagaimana perintah allah dan rasulullah saw

maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Sholawat dan salam kita persembahkan kepada ikutan kita nabiyyallah muhammad saw.
Yang membawa umatnya dari kegelapan kepada cahaya terang benderang !

Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Marilah kita senantiasa selalu meningkatkan amal sholeh, agar kita selalu dalam petunjuk-nya, rahmat dan rahim-nya, sehingga mendapatkan predikat taqwa yang dimuliakan disisi-nya.


Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Hidup ini adalah ujian, salah satu ujian itu berupa amanah, menjalankan amanah adalah satu kewajiban, salah satu amanah tang akan disampaikan pada khutbal kali ini adalah amanah ilmu sebagai titipan dan milik allah swt.

Allah swt berfirman :

“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati allah dan rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (q.s al anfal: 27).

Bedasarkan ayat ini, kita bisa memahami bahwa allah dengan tegas melarang sifat khianat. Rasulullah dengan tegas membimbing umatnya untuk menjalankan amanah ilmu sekecil apapun amanah yang diberikan. Meskipun satu ayat.

Para hadirin jemaah jum’at rahima kumullah
Berkenaan dengan menjalankan amanah ilmu seperti yang dikemukakan, ada 4 prinsip yang mendasari kita dalam menjalankan amanah ilmu, harta dan keluarga.
1.    Menyampaikan ilmu dengan menjaga hak allah swt
2.    Menyampaikan ilmu dengan menjaga hak sesama manusia
3.    Menyampaikan ilmu dengan menjauhkan diri dari sifat berlebihan.
4.    Menyampaikan ilmu dengan mengandung sebuah pertanggungjawaban

 Kaum muslimin rahimakumullah
Dalam konteks keislaman, para ulama, pengajar, pelajar, mahasiswa dan sarjana harus menunaikan amanah yang ada di pundak mereka dengan mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan dan menyampaikannya kepada orang lain.

Dengan ilmu yang disampaikan haruslah memberikan dampak kebaikan dan manfaat bagi orang lain, menimbulkan rasa aman, menimbulkan kedamaian,  tumbuhnya kasih sayang dan persaudaraan ukhuswah islamiyah,
Pertama dengan mendepankan prinsip menjaga hak allah swt.

Dalam menyampaikan kebenaran, yakinlah bahwa kebenaran hanya milik allah, bukan dengan klaim / pengakuan kebenaran yang kita miliki dan pelajari.
Hal inilah yang saat ini berkembang di masyarakat kita, munculnya kelompok-kelompok dari eksklusiv, sekuler dan liberalis yang menciptkan pepercahan ummat,

Bergitu juga sebagai penuntut ilmu seharusnya tidak langsung menerima, haruslah kita lebih mengkaji, bukan sekedar mendengar dan membaca kitab-kitab secara tekstual, tetapi belajar yang dituntun dan dibimbing sehingga menghindari distorsi atau penyimpangan pemahaman dalam keberislaman di masyarakat.

Kemudian dalam menyampaikan ilmu kita harus menghormati hak sesama manusia, yaitu hak ingin dicintai dan dihargai, bukan saling mendikte, melecehkan, apalagi saling memvonis sehingga menyakitkan dan sampai memutuskan tali kasih sayang allah,Dalam hal ini allah swt berfirman :
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?

Mereka itulah orang-orang yang dila'nati allah dan ditulikan-nya telinga mereka dan dibutakan-nya penglihatan mereka (q.s muhammad 22-23)

Para hadirin jemaah jumah rahima kumullah
 jangalah kita menyampaikan ilmu yang melampaui batas dan berlebihan, ketahuilah bahwa kita sangat sedikit dititipkan tentang ilmu dan ajarkanlah dengan bimbingan dan tuntunan sebagaimana yang diajarkan rasululullah dengan sifatnya penuh kebijaksanaan, penuh kecintaan dan kasih sayang, sesuai porsi dan  kemampuan yang kita miliki,

Dengan meyakini bahwa setiap kata; kalimat dan pernyataan ilmu yang disampaikan sehingga menjadi perilaku dan pemahaman seseorang dalam kehidupannya, akan dimintai pertanggujawaban dihadapan allah swt di akhirat kelak.
Para hadirin sidang jum’ah rahimakumullah
Adapun hikmah dalam meyakini bahwa ilmu itu milik allah swt.

Pertama,
1.       Membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan allahswt, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkandengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepadayang maha mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber- taqorub kepada-nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.
2.       Dengan menyadari bahwa ilmu allah swt sangat luas, tidak ada satupun -betapa pun kecil dan halusnya- yang luput dari ilmu nya, maka manusia akan dapat mengontroltingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai allahswt.
3.       Keyakinan terhadap ilmu allah swt akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya

Demikilanlah khutbah singkat ini , semoga ilmu yang kita miliki yang sangat sedikit ini dapat bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat dan yakin bahwa setiap kata, kalimat yang kita ucapkan akan dimitai pertanggunjwaban dihadapan allah swt.
Dan jadikanlah ilmu kita ini membawa kedamaian, kasih sayang sehingga terciptanya ukhuwah islamiyah dalam kehidupan kita.