Pengalaman menunjukkan bahwa ruh tidak lain adalah kesadaran

Siapapun yang memiliki kesadaran lebih besar memiliki semangat yang lebih besar; Ketika semangat menjadi lebih besar dan melampaui semua batas, roh segala sesuatu menjadi patuh padanya Jalaludin Rumi

Selasa, 23 April 2013

MAKNA ISLAM DAN IMAN DALAM TELAAH SPRITUAL


MAKNA ISLAM DAN IMAN DALAM TELAAH SPRITUAL
Oleh Jamani, S.Pd.I

Pendahuluan
Alhamdulilah rab sekalian alam yang memberikan nikmat yang tak ternilai kepada kita.Yakni Nikmat Islam dan Cahaya Iman sehingga manjadikan hati kita tumbuh cinta, Penulis kepada  diri kita, keluarga kita, tetangga kita, masyarakat, dan makhluk Allah lainnya. Semoga kita selalu dalam safaatnya melalui meomohon keselamatan dan Bersholawat kepada Nurullah Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai sosok Hamba Allah yang dapat kita jadikan suri tauladan disetiap ucapan, sikap maupun perbuatan dalam segala aspek kehidupan.
Bapak-bapak ibu-ibu yang dirahmati Allah.
Pada kesempatan berbahagia ini, sesuai permintan orangtua Penulis yang di sukadana ini, Penulis mencoba menyampaikan makna Islam dan IMAN dalam telaah Spiritual.
Sebagaimana konsep dasar kita:  Innaddina ‘indallahi islam. Sesungguhnya agama yang mulia disisi Allah adalah Islam. Untuk menjelaskan apa itu agama Penulis kutip hadists Rasulullah SAW:
Seorang lelaki menemui Rasulullah saw. dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah menjawab, “Akhlak yang baik.” kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kanan dan bertanya,”Ya RAsulullah, apakah agama itu?” Nabi menjawab, “Akhlak yang baik.” Kemudian ia menghampiri Nabi dari sebelah kiri, “Apakah agama itu?” Dia bersabda,”Akhlak yang baik.” kemudian ia mendatanginya dari belakang dan bertanya,”Apa agama itu?” Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda,”Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik.” (al-Targhib wa al-Tarhib 3:405).
Jadi berdasarkan sabda Rasullah ini sangat tepat dengan pengertian bahasa sanskerta bahwa kata agama berasal dari kata a dan gama a berarti tidak dan gama berarti kacau.
Dapat kita pahami bahwa Orang yang beragama adalah orang berakhlaq baik, hatinya tidak kacau dan sikap dan perbuatannya tidak mengacaukan. Tidak merugikan dirinya, tidak merugikan oranglain dan lingkungannya, tidak menipu dirinya dan tidak menipu orang lain dan lingkungannya.
Maka Rasulullah SAW menegaskan:
Innallah la yan zuru, ila suwarikum wa amwalikum, walakin yanzur ila qulubikum wa a’malikum;
Sesungguh Allah tidak memandang wajah dan tubuhmmu tetapi Allah memandang hati dan perbuatanmu.
Bapak-bapak Ibu-ibu yang dirahmati ALLAH.
Terlepas dari pengertian bahasa arab tentang kata Islam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurchlois Majid bahwa Islam itu pasrah, tunduk dan taat kepada aturan Allah. jadi semua makhluk Allah yang ada dilangit dan dibumi adalahislam yaitu  pasrah, tunduk, dan taat kepada aturan Allah yang kita sebut dengan sunnatullah. Matahari terbit disebelah timur, terbenam disebelah barat. bumi berotasi dan sebagainya.
Kemudian Manusia, pasrah, tunduk kepada aturan Allah, sejak manusia diberikan kehidupan dalam alam rahim, dibentuk fisiknya, hingga ia keluar- masuk ke alam dunia, tidak pernah manusia protes, ngape hidung begini, ngape mukeku tang bulat, petak panjang segitiga dan sebagainya.
Bapak-bapak ibu-ibu yang dirahmati Allah
Iman yang kita miliki saat ini adalah nikmat yang terbesar dalam hidup kita, dengan cahaya iman ini kita dapat meyakini Allah dan Rasulnya beserta segala makhluk Allah adalah dalam ciptaannya.
Perbedaan orang Mukmin dan Kafir adalah terletak pada sholat, yakni shalat yang bermakna bukan hanya sekedar ucapan dan gerakan tetapi pada makna membuat diri kita atau nafs kita tunduk dihadapan Allah, kita tidak menyia-nyiakan kalimat Allahu Akbar, kita tidak menyiakan-nyiakan kalimat Subhana Rabii’aZIM dan kalimat-kalimat sempurna lainnya.
Namun sebuah pertanyaan besar dalam diri kita, mengapa kita shalat, masih saja bersifat sombong merasa lebih tinggi, berbohong, menipu, mengumpat, dengki, dan sebagainya. Wallahu alam bisawwab.
Penulis mengulang pernyataan Penulis pada saat khatib dimimbar dua minggu yang lalu sebagai kesimpulan bahwa Islam dan Iman itu tidak akan bermakna jika dipahami dalam bentuk hafalan alias kita tahu mengucapkannya dan menyampaikannya, tetapi yang paling utama adalah hati kita dan mengamalkannya yang semua itu hanya mengharapkan Ridho Allah SWT. Maka dari itu Belajar Agama bukan untuk membuat Kita Pintar Berdalil atau beretorika Indah tetapi belajar Agama adalah membuat hati menjadi suci, bersih yang melahirkan sikap, perbuatan yang dicimtai semua makhluk. Wallahu..



MAKNA ISLAM DAN IMAN DALAM TELAAH SPRITUAL
Oleh Jamani, S.Pd.I
Pendahuluan
Alhamdulilah rab sekalian alam yang memberikan nikmat yang tak ternilai kepada kita.Yakni Nikmat Islam dan Cahaya Iman sehingga manjadikan hati kita tumbuh cinta, Penulis kepada  diri kita, keluarga kita, tetangga kita, masyarakat, dan makhluk Allah lainnya. Semoga kita selalu dalam safaatnya melalui meomohon keselamatan dan Bersholawat kepada Nurullah Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai sosok Hamba Allah yang dapat kita jadikan suri tauladan disetiap ucapan, sikap maupun perbuatan dalam segala aspek kehidupan.
Bapak-bapak ibu-ibu yang dirahmati Allah.
Pada kesempatan berbahagia ini, sesuai permintan orangtua Penulis yang di sukadana ini, Penulis mencoba menyampaikan makna Islam dan IMAN dalam telaah Spiritual.
Sebagaimana konsep dasar kita:  Innaddina ‘indallahi islam. Sesungguhnya agama yang mulia disisi Allah adalah Islam. Untuk menjelaskan apa itu agama Penulis kutip hadists Rasulullah SAW:
Seorang lelaki menemui Rasulullah saw. dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah menjawab, “Akhlak yang baik.” kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kanan dan bertanya,”Ya RAsulullah, apakah agama itu?” Nabi menjawab, “Akhlak yang baik.” Kemudian ia menghampiri Nabi dari sebelah kiri, “Apakah agama itu?” Dia bersabda,”Akhlak yang baik.” kemudian ia mendatanginya dari belakang dan bertanya,”Apa agama itu?” Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda,”Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik.” (al-Targhib wa al-Tarhib 3:405).
Jadi berdasarkan sabda Rasullah ini sangat tepat dengan pengertian bahasa sanskerta bahwa kata agama berasal dari kata a dan gama a berarti tidak dan gama berarti kacau.
Dapat kita pahami bahwa Orang yang beragama adalah orang berakhlaq baik, hatinya tidak kacau dan sikap dan perbuatannya tidak mengacaukan. Tidak merugikan dirinya, tidak merugikan oranglain dan lingkungannya, tidak menipu dirinya dan tidak menipu orang lain dan lingkungannya.
Maka Rasulullah SAW menegaskan:
Innallah la yan zuru, ila suwarikum wa amwalikum, walakin yanzur ila qulubikum wa a’malikum;
Sesungguh Allah tidak memandang wajah dan tubuhmmu tetapi Allah memandang hati dan perbuatanmu.
Bapak-bapak Ibu-ibu yang dirahmati ALLAH.
Terlepas dari pengertian bahasa arab tentang kata Islam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurchlois Majid bahwa Islam itu pasrah, tunduk dan taat kepada aturan Allah. jadi semua makhluk Allah yang ada dilangit dan dibumi adalahislam yaitu  pasrah, tunduk, dan taat kepada aturan Allah yang kita sebut dengan sunnatullah. Matahari terbit disebelah timur, terbenam disebelah barat. bumi berotasi dan sebagainya.
Kemudian Manusia, pasrah, tunduk kepada aturan Allah, sejak manusia diberikan kehidupan dalam alam rahim, dibentuk fisiknya, hingga ia keluar- masuk ke alam dunia, tidak pernah manusia protes, ngape hidung begini, ngape mukeku tang bulat, petak panjang segitiga dan sebagainya.
Bapak-bapak ibu-ibu yang dirahmati Allah
Iman yang kita miliki saat ini adalah nikmat yang terbesar dalam hidup kita, dengan cahaya iman ini kita dapat meyakini Allah dan Rasulnya beserta segala makhluk Allah adalah dalam ciptaannya.
Perbedaan orang Mukmin dan Kafir adalah terletak pada sholat, yakni shalat yang bermakna bukan hanya sekedar ucapan dan gerakan tetapi pada makna membuat diri kita atau nafs kita tunduk dihadapan Allah, kita tidak menyia-nyiakan kalimat Allahu Akbar, kita tidak menyiakan-nyiakan kalimat Subhana Rabii’aZIM dan kalimat-kalimat sempurna lainnya.
Namun sebuah pertanyaan besar dalam diri kita, mengapa kita shalat, masih saja bersifat sombong merasa lebih tinggi, berbohong, menipu, mengumpat, dengki, dan sebagainya. Wallahu alam bisawwab.
Penulis mengulang pernyataan Penulis pada saat khatib dimimbar dua minggu yang lalu sebagai kesimpulan bahwa Islam dan Iman itu tidak akan bermakna jika dipahami dalam bentuk hafalan alias kita tahu mengucapkannya dan menyampaikannya, tetapi yang paling utama adalah hati kita dan mengamalkannya yang semua itu hanya mengharapkan Ridho Allah SWT. Maka dari itu Belajar Agama bukan untuk membuat Kita Pintar Berdalil atau beretorika Indah tetapi belajar Agama adalah membuat hati menjadi suci, bersih yang melahirkan sikap, perbuatan yang dicimtai semua makhluk. Wallahu..


Kamis, 18 April 2013

Khutbah Jum'at hari ini; Makna Tanda-tanda Orang Yang beriman


MAKNA TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN
Oleh:  Jamani, S.Pd.I

Marilah kita maknai ayat ini Q.S al-Anfal (8): ayat 2
 Yang berarti :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Jika kita pahami ayat ini tentunya sebuah pertanyaan di benak kita, mengapa hatiku tidak bergertar ketika mendengar Asma Allah, dan mendengar ayat al-Qur’an.
Kecuali kalau yang membacakan itu bagus bacaannya, katakanlah seperti Qori maupun Qoriah.
Sepertinya disini kita lebih tertarik dengan suara yang merdunya alunan lagu-lagu atau tilawah yang disampaikan. 
Sama halnya kita memandang sesuatu itu dari sudut luarnya saja, padahal Nabi Bersabda “Innallah la yanzuruna suwarikum wa am-walikum walakina yanzuruna qulubikum wa a’malikum.
Sesungguh-nya Allah tidak melihat bentuk. suara dan rupamu melainkan hatimu dan amalmu
Berangkat  dari dalil di atas maka sangat perlulah kita memaknai ayat Qur’an itu.
Sebagaimana disebutkan bahwa akhlaq adalah ajaran utama yang dibawa Rasulullah SAW, maka sangat tepatlah dikatakan bahwa akhlaqnya Rasulullah adalah al-Qur’an. Al-Qur’an terdapat dalam dadanya Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT:

Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu (Muhammad) dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman (Q.S al-Baqarah: 97)
Al-Qur’an adalah akhlaqya Rasulullah SAW akhlaq yang berasal dari kata “makhluk” yang berarti ciptaan yang disebut dengan benda, sedangkan benda itu memiliki sifat. Ternyata al-Qur’an itu bukan hanya sekedar untuk dibaca, didengar, dihafal, dan dinyanyikan atau tilawati namun yang paling utama adalah sami’na wa atha’na.
Mendengar apa yang dibisikkan Qur’an dalam dada  kita dan mentaatinya: maka itulah yang disebut mukmin sedangkan lawannya adalah sami’na wa ashaina mendengar tapi mengabaikannya. 
Untuk lebih jelasnya, bagaimana yang dimaksud “sami’na wa atho’ marilah kita merujuk kepada Sifat-sifat yang difirmankan kedalam dada Nabi Muhammad Rasululullah SAW seperti  Amanah, Siddiq, Fathonah dan tabligh, setia, malu, rendah hati dan penuh kasih sayang.

Dari beberapa sifAt tersebut salah satunya sifat Amanah . sebagaimana firman Allah SWT.Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S Annisa: 58).
Bagaimana supaya hati kita dapat menangkap perintah kebaikan tersebut kita masukkan ke dalam hati  kita pada ayat tersebut seperti :
Sesuggunya Allah menyuruh aku untuk amanah, dan aku harus memberikan amanah ini kepada berhak yang menerimanya. Kalau aku dapat melaksanakan amanah ini, maka Allah akan sayang kepadaku dan memberikan kemudahan dan membimbingku menjadi seorang pemegang amanah yang baik. Allah selalu mendengar kata hatiku dan melihat perbuatanku. Subhanallah.
Namun kita juga tidak terhindar dari nafs dunia yang melawan rasa itu, hati kita berkata, tapi aku sangat butuh, kalau ku ambil sedikit tidak apa-apa, hitung-hitung untuk usahaku. Lagipun orang mana tahu dengan ini, dan banyak lagi kata-kata yang mempengaruhui kita untuk berbuat baik, yang dapat mengarahkan kita kepada “sami’na wa ashaina” mendengar tapi mengabaikannya. Nauzubillahi min zalik.
Itulah sebuah ilustrasi yang membuat hati ini “harus berjuang” . Secara konsep atau teori sangatlah  gamblang; mudah untuk menjadi orang yang baik  namun sangat sulit jika hawa nafsu dunia bericara dalam dada kita semua. Renungkanlah dalam diri kita masing-masing apakah saat ini kita sudah berbuat amanah, jujur, setia, bertanggungjawab, rendah hati, dan lainnya. Atau sebaliknya kita jauh dari sifat-sifat tersebut. Wallahu alam bi sawab. Hannya Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Demikianlah khutbah singkat ini semoga kita selalu mendapat petunjuk dan termasuk kedalam golongan “jika disebut Nama” Allah hati kita bergetar dan Jika mendengar ayat akan bertambah Iman kita dan termasuk orang yang selalu bertawakkal. Amin ya Robbal ‘Alamin.

Jam, Jum'at, ‎18 ‎April ‎2013

Selasa, 16 April 2013

Berita Terbaru UJian Nasional SMP 2013


sebagaimana ungkapan "Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh" menjanjikan bahwa pelaksanaan UN bagi siswa tingkat SMP tidak akan di undur seperti halnya UN SMA.

"Ujian Nasional tingkat SMP nantinya akan bersamaan dengan Ujian Nasional SMA" kata Nuh, di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Minggu (14/4/2013).

Berikut jadwal UN SMA sederajat yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud, Senin (22/4/2013):

IPA : Fisika dan Bahasa Inggris
IPS : Ekonomi dan Bahasa Inggris
Bahasa : Bahasa Asing dan Bahasa Inggris
MA : Tafsir dan Bahasa Inggris
SMK : Bahasa Inggris

Sedangkan UN SMP pada hari tersebut melaksanakan UN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengatahuan Alam (IPA).

Sama seperti tingkat SMA, UN susulan dilakukan satu minggu setelah UN dilaksanakan yaitu pada tanggal 29 April - 2 Mei 2013.

Sebelumnya, UN di sebelas propinsi di wilayah Indonesia bagian tengah tertunda akibat kelalaian perusahaan percetakan dalam mencetak soal sehingga perusahaan tersebut kesulitan dalam mendistribusikan soal-soal ke box soal yang telah ditentukan. [mes]

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menjanjikan bahwa pelaksanaan UN bagi siswa tingkat SMP tidak akan di undur seperti halnya UN SMA.

"Ujian Nasional tingkat SMP nantinya akan bersamaan dengan Ujian Nasional SMA" kata Nuh, di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Minggu (14/4/2013).

Berikut jadwal UN SMA sederajat yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud, Senin (22/4/2013):

IPA : Fisika dan Bahasa Inggris
IPS : Ekonomi dan Bahasa Inggris
Bahasa : Bahasa Asing dan Bahasa Inggris
MA : Tafsir dan Bahasa Inggris
SMK : Bahasa Inggris

Sedangkan UN SMP pada hari tersebut melaksanakan UN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengatahuan Alam (IPA).

Sama seperti tingkat SMA, UN susulan dilakukan satu minggu setelah UN dilaksanakan yaitu pada tanggal 29 April - 2 Mei 2013.

Sebelumnya, UN di sebelas propinsi di wilayah Indonesia bagian tengah tertunda akibat kelalaian perusahaan percetakan dalam mencetak soal sehingga perusahaan tersebut kesulitan dalam mendistribusikan soal-soal ke box soal yang telah ditentukan. jam's



Kurikulum 2013; Dasar pemikiran Pro dan Kontra

Mendikbud


PerjuanganKan Nasib Guru


Mengemukakan apa yang ditulis oleh sutanto subijoto tentang pro kontra kurikulum 2013 dismabut dengan Berbagai kritik dan serangan terhadap Kurikulum 2013 ternyata tidak menyurutkan langkah pemerintah. Terbukti Kurikulum 2013 akan tetap dilaksanakan pada pertengahan Juli nanti dengan pendekatan terbatas dan bertahap.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa tak akan ada penundaan atau uji coba terhadap Kurikulum 2013 ini. Bahkan, menurut rencana, pada hari ini dirinya akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk melaporkan perkembangan kurikulum baru ini.
"Kurikulum 2013 akan tetap dilaksanakan tahun ini. Saya akan lapor ke Presiden," kata Nuh di Jakarta, Sabtu (13/4/2013).
Nuh juga mengungkapkan bahwa sejak awal orang nomor satu di Indonesia tersebut telah memberikan dukungan dan arahan terkait implementasi Kurikulum 2013. "Pak Presiden selalu bilang siapkan! Tentu kami segera siapkan dengan baik," kata Nuh.
Sebelumnya, dirinya telah melakukan paparan di hadapan Wakil Presiden Boediono terkait dengan implementasi Kurikulum 2013. Tanggapan positif muncul dari Wapres dan juga ada kebijakan baru untuk Kurikulum 2013 mengenai jumlah sasaran sekolah yang akan menerapkan Kurikulum 2013.
"Awalnya, kan, untuk SD target 30 persen. Tapi karena terbatas dan realistis saja, dikurangi menjadi hanya lima persen. Untuk SMP ada tujuh persen dan SMA/SMK tetap 100 persen," kata M Nuh.

Sedangkan dilain pihak Pak Slameto salah satu pengunjuk rasa kontra terhadap kurikulum 2013 menegaskan Dengan menggunakan sepeda ontel, salah seorang guru yang masih aktif mengajar di salah satu SMA negeri di Jakarta ini mendatangi Istana Negara untuk menyerahkan surat petisi penolakan Kurikulum 2013. Slamet Maryanto, nama guru tersebut, mengatakan bahwa kebijakan penerapan Kurikulum 2013 pada pertengahan Juli mendatang sulit dilakukan.
Slamet berharap Presiden Republik Indonesia (RI) sebagai pemegang tampuk kekuasaan mau mendengar aspirasi guru yang menjadi ujung tombak dari pelaksanaan kurikulum. "Kami guru ini adalah agen perubahan. Kami siap menjalankan perubahan, tetapi harus matang persiapannya," kata Slamet saat dijumpai di depan Istana Negara, Jumat (12/4/2013).
Ia menilai, pemerintah belum benar-benar siap melaksanakan perubahan kurikulum ini. Hal ini dibuktikan dengan anggaran yang terus berubah dan rencana pengadaan buku serta pelatihan guru yang bersifat instan sehingga dikhawatirkan justru tersendat saat di lapangan.
"Pemerintah tidak siap untuk perubahan kurikulum ini. Anggaran berubah-ubah. Bahkan, untuk KTSP, juga tidak pernah dipaparkan kurangnya apa sehingga harus diubah," jelas Slamet.
Ia juga menyoroti kritik pemerintah yang menilai bahwa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru hanya sekadar menyalin silabus dan tidak mengembangkannya. "Katanya guru tidak siap dengan KTSP. Kami hanya copy paste silabus. Itu kan mestinya diatasi dengan mengadakan pelatihan intensif, bukan mengganti kurikulumnya," kata Slamet.
"Kami selaku guru yang menjadi agen perubahan. Kami siap menerima perubahan, tetapi tidak semena-mena dan harus ada perencanaan yang matang," ujarnya.

Senin, 15 April 2013

Pembelajaran Bermakna; Ubah Gurunya Baru Muridnya

Guru hampir tak bisa pernah lelap tidur, zaman berputar, dan teknologi selalu mati muda. Itulah yang terjadi ketika manusia menggunakan “mesin dahsyatnya”, berupa otak yang cerdik untuk selalu dan selalu berkreasi, inovasi ke dalam ranah teknologi.
Pembelajaran dengan segenap metodenya, yang beriringan dengan modelnya penyajian, adalah salah satu serpihan teknologi, yakni teknologi pembelajaran. Kini karya-karya unggul bidang pembelajaran muncul, konsekuensinya adalah lahirlah terminology alias istilah-istilah baru. Dalam proses pembelajaran, dari paradigma, model dan penerapannya, juga disentuh oleh kemajuan itu. Akhirnya orang mengenal istilah-istilah ini, mulai dari Quantum Teaching, Quantum Learning, Cooperative Learning, hingga Contextual Teaching Learning. Istilah yang kadang bikin pening, kadang pula juga mengundang tanggapan miring, adalah suatu realita yang menuntut adanya daya suai bagi profesi Guru. Rupanya hal itu menuntut suatu keharusan, dengan kata lain, Guru harus berubah. Pertanyaannya sudah siapkah sang Guru, merubah beton-beton mental yang telah lama membatu, dan sudah menjadi jati diri.
Teknologi secanggih apa pun tak akan mampu diaplikasi, ketika manusia sebagai aktornya enggan merubah mentalitasnya.
Hari ini kita dalam wahana sosialisasi, yang akan mengangkat sebuah materi pembelajaran bermakna, namun jika mentalitas kita memberi jawaban enggan berubah, maka wahana sosialisasi ini tidak memiliki arti.
MENGUBAH MENTALITAS YANG TERLANJUR BEKU & MEMBATU
Hadirnya sesuatu yang baru, serta merta membelah sikap mental seorang-orang, ada yang setuju, ada yang pula menggerutu. Sosialisasi kalau ini memiliki maksud untuk menjebatani belahan sikap tadi. Seperti lahirnya “PEMBELAJARAN BERMAKNA”, yang kini akan kita dicerna bersama, kita kunyah-kunyah berjama’ah. Kadang mengundang pertanyaan yang sangat menyeramkan, apakah selama ini pembelajaran tidak bermakna ?. Apakah pembelajaran yang kita lakukan selama ini sia-sia?. Tentu itu tidak benar. Pembelajaran yang kita lakukan sudah benar, namun kemajuan teknologilah yang menstimuli kita untuk beradaptasi, artinya mengadaptasikan proses pembelajaran sesuai zaman.
Bagaimana dengan profesi kita?, Tentunya yang harus kita kedepankan saat ini adalah kerelaan kita untuk berubah.
Model pembelajaran, adalah sebuah metodologi, atau sarana, lebih kasar kita sebut “alat” atau “piranti”. Guru adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metodologi, kendatipun aturan telah dicanangkan, namun sikap mental masih pada pusaran yang rentan berubah, maka segalanya menjadi kalah dan “mentah”
Kuncinya adalah, saat ini kita harus berubah. Dari paradigma lama menju yang baru.
MODAL MENGGAPAI PARADIGMA BARU
Seorang Guru pasti memahami istilah yang satu ini. “Learning Process”. Manusia bisa berubah dan menerima paradigma baru, tidak serta merta. Tapi perlu tahapan. Tahapan itu adalah, “Know”, “Believe”, “Attitude”, “Behavior”, “Habit” dan ” Culture”.
Know:
Semua stimuli dari akibat interaksi kita dan lingkungan, akan menjadi bahan dasar untuk mengetahui sesuatu, dan selanjutnya berfungsi untuk memicu munculnya perilaku. Workshop kali ini adalah wahana menstimuli, agar meransang munculnya perilaku baru.
Yakni menerima atau menolak, setuju dengan pembelajaran bermakna atau tidak
Believe:
Setelah kita mengetahui sesuatu yang baru, yang sudah disaring oleh keyakinan kita. Keyakinan yang bersumber dari nilai-nilai yang terbentuk di lingkungan. Jika hal itu bermakna, maka kita pasti menerimanya.
Attitude :
Sinergi antara apa yang kita ketahui dengan apa yang kita yakini, dan akhirnya membuahkan perilaku. Hebatnya, metodologi yang baru, apakah Quantum Teaching, Learning, atau Cooperative leraning. Jika Guru tidak yakin akan hal itu, maka hampir dipastikan tidak akan lahir perilaku yang baru.
Behavior :
Perilaku yang ditampilkan oleh seorang Guru, adalah akumulasi dari Know, believe dan Attitude. Ketiga paduan tersebut, acapkali disebut sebagai “software”, sedangkan behavior adalah ‘hardwarenya” Jika seorang Guru dalam memahami pembelajaran bermakna tidak melalui proses know, believe, hingga attitude, maka bekerjanya akan setengah hati.
Habit :Perilaku yang didemonstrasikan secara konsisten adalah kebiasaan [habit], merupakan bentuk kristalisasi perilaku. Jika hal ini terbentuk, maka Pembelajaran Bermakna, akan menjadi santapan, alias menu utama Guru. Semuanya akan menjadi jalan tanpa hambatan, metode pembelajaran ini kan popular, setara film “ayat-ayat cinta”
Cultutre:Budaya adalah cerminan dari nilai-nilai yang diketahui dan diyakini. Budaya merupakan pemantapan dari kebiasaan [habit]. Pada tahapan inilah, perilaku seorang-orang sudah melekat dan sulit untuk diubah kembali, kendati ada nilai-nilai yang baru.
Jika ada intervensi nilai yang baru, harus melalui “Learning Process”. Pengalaman yang kita tarik dari pemahaman ini adalah, bahwa workshop ini, tidak serta merta langsung berubah budaya yang sudah membatu dan membeku. Namun tersimpan sebuah kesadaran, yang menyatakan bahwa workshop kali ini adalah utaian dari “learning process
MEMBANGUN ABILITY TO RESPONSE
Guru juga manusia “. Manusia yang memiliki kemampuan untuk menanggapi adalah manusia yang mampu mengendalikan kehidupannya, sehingga dia mampu menentukan tindakannya sendiri. Terkait dengan profesi seorang Guru, maka dalam membangun citranya sedikitnya, ada lima kemampuan yang harus dikantongi.
Kemampuan-kemampuan itu adalah:

  • Ability to fact [kemampuan memahami fakta]
  • Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
  • Ablity to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
  • Ability to analysis [kemampuan analisis]
  • Ability to response [kemampuan menanggapi]. adalah kemampuan yang muncul, akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti: kemampuan memahami fakta; kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan, kemampuan evaluasi dan kemampuan analisis]
Ability to fact [kemampuan memahami fakta];
Jika kemampuan ini telah ada pada diri seorang Guru, maka pengalaman empirinya yang akan mengendalikan apakah sesuatu itu yang diterima inderanya memiliki nilai-nilai manfaat. Jika hal itu tidak menjadikan sebuah ancaman bagi dirinya, dan justru memiliki manfaat besar bagi dirinya, maka akan diterimanya.
Apakah Pembelajaran Bermakna itu, sebuah ancaman bagi eksistensi profesi, atau justru itu membantu Guru ?. Kemampuan inilah yang mengendalikannya.
  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena fakta telah menunjukkan eksistensinya
Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
Guru hampir semuanya telah memiliki kemampuan ini, tidak ada seorang pun yang mengatakan tidak. Semua Guru telah memilikinya, telah menyadarinya, dan merupakan bagian dari profesinya.
“Jika” selalu diikuti “Maka”. Jika seorang Guru enggan mengubah paradigmanya, maka akan disisihkan oleh zaman.
Hadirnya pengetahuan baru, model pembelajaran baru, tidak harus ditunggu, tapi diantisipasi.
  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena pengetahuan telah mengawalnya.
Ability to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
Kemampuan ini adalah, bagian yang melekat pada profesi Guru. Setiap berpikir bertindak, dan berperilaku selalu mengedepankan kemampuan ini. Tentunya ketika menjalankan profesinya, seorang Guru selalu memberikan pertimbangan akan manfaat, dan keruginya. Menimbang kemungkinan risiko yang dihadapinya. Hadirnya model pembelajaran baru, hampir dipastikan merupakan “rekayasa nilai-nilai” [reengineering] atas model pembelajaran yang lama.
  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, tidak perlu diragukan lagi, karena merupakan rekayasa nilai-nilai atau metode yang mendahuluinya.
Ability to Analysis [kemampuan analisa]
Merupakan kemampuan dalam mengurai permasalahan secara detil, dan menggunakan berbagai dimensi ketika memandang sesuatu masalah. Guru sadar atau tidak telah lama memiliki dan menggunakannya. Guru setiap menjalankan profesinya, selalu melakukan tahapan ini. Bahkan Guru-guru telah lama melakukan Penelitian Tindakan Kelas [PTK], jauh sebelum PTK se-populer saat ini. Saat ini PTK populernya hampir menyamai seorang artis seperti Kridayanti. Namun Guru tidak mampu menuliskannya, kedalam bahasa tulis ilmiah.
Kalau di analisa lebih tajam, sebenarnya Guru-guru telah lama mengaplikasikan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan zamanya, termasuk metode pembelajaran bermakna. Namun Guru masih ragu apakah yang dilakukan itu telah memenuhi kaidah bermakna.
  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena yang sebenarnya Guru-guru telah lama melakukannya, tetapi ada keraguan apakah yang dilukukan itu, Pembelajaran yang bermakna.
Ability to response [Kemampuan menaggapi]
Adalah kemampuan yang muncul, akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti: kemampuan memahami fakta; kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan, kemampuan evaluasi dan kemampuan analisis.
Bagi profesi seorang Guru, kemampuan managgapai adalah citra diri dalam melihat dirinya [self image].
Detilnya antara lain:
  1. Kemampuan dalam memahami kompetensi [competency]
  2. Kemampuan untuk meciptakan visi [Vision] sebagi harapan dan cita-cita
  3. Kemampuan untuk memberikan makna pada hidupnya yang diwujudkan dalam bentuk pemaknaan misi [Mission] hidupnya
  4. Kemamuan menggunkan kompetensinya untuk mewujudkan visi dan misinya dalam bentuk strategi yang dijalankan
  5. Kemampuan menterjemahkan strategi sebagai aksi.
  6. Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus respon secara positif, karena kompetensi Guru, yang didalamnya menggambarkan Visi, Misi, Startegi, dan Aksi. Semuanya adalah bagian dari kekuatan atau potensi profesi.
MENGAPA PEMBELAJARAN BERMAKNA
Kita diingatkan oleh adigium yang dibangun dari reklame minuman.
Pertama: Kapan saja, Dimana, saja “Minum” Metode Pembelajaran Bermakna
Kedua: Apapun “makanan” model pembelajarannya , “minumnya” model pembelajaran bermakna.
Tapi mengapa model pembelajaran bermakna ?
Tentunya harus dikembalikan pada fakta sebenarnya, karena jika dilacak sebuah pembelajaran harus diindikasikan pada tingkatan yang kondusif, menyenangkan, dan kontekstual.
Mencuplik dari buku “Menggagas Pendidikan Bermakna”, buah pikir Prof. Muchlas Samani, bahwa apapun model pembelajaran, maka harus bermakna [meaningful learning]. David Ausubel, adalah seorang orang ahli psikologi pendidikan, menurut Ausubel [1966] bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ [meaning full]. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah sipelajari dan dingat siswa.
Suparno [1997] mengatakan, pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang-orang yang sedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, factor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran bermakna, adalah pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran yang menyenangkan, akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara utuh, konsekuensi akhirnya adalah meningkatkan kemampuan siswa.
Anlogi seperti yang ditulis oleh Taufiq Pasiak, dalam penelitiannya terhapad tikus yang mendapat perlakuan penekanan[stressor] dan tikus yang enjoy [tanpa stressor]. Hasil penelitian menujukkan bahwa intervensi dari luar [berupa stressor] akan mengubah struktur otak , terutama pada kadar reseptor dan neurotransmitter. Ringkasanya perlakuan stresoor [tidak] menyenangkan akan menurunkan kemampuan tangkapannya.
Sejalan dari pemikiran itu Bobbi DePorter, mengenalkan lompatan pembelajaran yang menyegarkan dan menyenangkan. Dengan mengubah energi potensial siswa menjadi cahaya, menjadikan semuanya bermakna. Oleh karenanya motede pembelajaran yang dikreasi Bobbi, memberikan jargon, T-A-N-D-U-R dan AMBAK.
Berikut kerangka rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
  1. TUMBUHKAN. Tumbuh- kan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKU ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar
  2. ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar
  3. NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”
  4. DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”
  5. ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
  6. RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
KAPAN KITA MENGGUNAKAN
Revolusi cara belajar mengubah segalannya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi atmosfir pembelajaran bermakna. Maka ketika menerapkaj harus tetap memperhatikan kaidah-kaidah tertentu. “Warung Jamu”, adalah sebuah kaidah yang merupakan kepanjangan dari WAktu-RUaNG-JumlAh dan MUtu. Makna Warung Jamu adalah dimennsi ukur yang harus diperhatikan, ketika seorang Guru melakukan pembelajaran.
  • Kapan [waktu], kita melalukan pembelajaran
  • Pada rentangan bagaimana atau pada kondisi yang bagaimana [ruang], kita melakukan pembelajaran
  • Kuantitas audience [jumlah]
  • Kualitas yang diharapkan [mutu]
Sejalan dengan kaidah tersebut, kita diingatkan pula dengan kaidah “ABCD” –[Audience, Behavior, Condition and Degree]. Kaidah inilah, bagaikan bintang pengarah para guru untuk memilih metode pembelajaran yang EER[Efektif, Efisien dan Rasional].
Saat ini terjadi revolusi pembelajaran, yang mengenarasi banyak metode pembelajaran, namun kita dicermati adalah berubahnya paradigma pembelajaran. Dari Guru sebagai pusat pembelajaran, atau semuanya sangat ditentutkan dari atas “driver company”, menuju pembelajaran yang memberikan ruang gerak secara utuh dan menyeluruh pada siswanya “driver customer“. Paradigma inilah yang menuntut setiap Guru untuk cermat dalam memilih metode pembelajaran. Tentunya metode pembelajaran Bermakna
PUSTAKA PEMBERI NUANSA:
  • Barbara K. Given [2007]. Brain Based Teaching [Merancang Kegiatan Belajar Mengajar yang Melibatkan Otak Emotional, Sosial, Kognitif, Kinetetis, dan Reflektif]. Penerbit Kaifa Bandung.
  • Ijoni [2007]. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Penerbit Alfabeta Bandung.
  • Muchlas Samani [2007]. Pendidikan Bermakna: integrasi Life Skill-KBK-CTL-MBS, Penerbit SIC Surabaya
  • Suprano,P.[1997]. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Penerbit Kanisius Yogyakarta.
  • Yosi Novian dan Faqih Syarif [2008]. Quantum Quotient, Learning Behavior, Ability To Respones & Training, PT Jaya Pustaka Media Utama, Surabaya
Posted by jamani, S,Pd,I Guru SMK Negeri 1 Sukadana

Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.

Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental. 

Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik  yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah:  lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).

Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991). 
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)

Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif. 
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey). 

Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.

Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry).

Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.

Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a.    karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b.    sumber referensi terbatas;
c.    jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d.    alokasi waktu terbatas; dan
e.    jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut.
a.    Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b.    Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c.    Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d.    Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran.


Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a.    karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b.    sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c.    jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; 
d.    materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e.    alokasi waktu cukup tersedia.

Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut.
a.    Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b.    Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
c.    Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d.    Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e.    Melakukan generalisasi

Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya. sumber : PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM (CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik) DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010